JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Semarang

Selain Covid-19, Hingga 7 Juli 2020, Kasus DBD di Temanggung 668 Orang, Empat Meninggal Dunia

Ilustrasi fogging memberantas nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue. Istimewa
   

TEMANGGUNG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi corona virus disease (covid-19) yang kini melanda Kabupaten Temanggung membuat pemerintah harus mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penularannya.

Namun, ancaman penyakit lain juga merebak di Kabupaten Temanggung yaitu demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah sendiri dipicu oleh gigitan nyamuk aedes aegypti yang berperilaku menggigit dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Data yang dihimpun, angka kasus DBD Temanggung sepanjang tahun 2020 hingga bulan Juli ini tergolong tinggi. Puncak penyebaran penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini diperkirakan akan terjadi sekitar Oktober-November, saat curah hujan mulai tinggi.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Temanggung Sri Hartati, menyebutkan, data per 7 Juli 2020, jumlah penderita DB di Temanggung sudah mencapai 668 orang, dengan empat orang di antaranya meninggal.

“Dari 668 kasus itu terdiri dari 399 kasus Demam Dengue (DD), dan 265 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sedangkan yang mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) sebanyak empat orang. Dari ratusan kasus tersebut, ada yang berupa kasus impor atau dari luar dan ada yang indegenius atau penularan setempat,” terang dia, Kamis (9/7/2020).

Baca Juga :  Pemkot Semarang Ancam Pengembang yang Tak Lakukan Kajian Teknis Tata Ruang dan Bangunan Hingga Picu Banjir

“Puncak penyebaran penyakit Demam Berdarah diperkirakan Oktober-November. Pada saat itu biasanya curah hujan tinggi dan banyak genangan air, sehingga memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang lebih cepat,” sambung Sri Hartati.

Sebelum memasuki puncak penyebaran Demam Berdarah sekitar Oktober mendatang, kata Sri Hartati, saat ini Dinkes tengah melakukan berbagai upaya antisipasi. Antara lain Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pengasapan insektisida atau fogging dan metode 3M. Yakni, menguras tempat penampungan air, menutup, serta mendaur ulang barang yang berpotensi jadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.

Selain itu, dilakukan pula langkah plus untuk membantu pencegahan, antara lain dengan mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk pada ventilasi rumah, menaburkan bubuk larvasida (Abate) pada penampungan air yang sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan menghentikan kebiasaan menggantung pakaian.

Baca Juga :  Dampak Banjir Kudus, 141 Warga Masih Tinggal di Posko Pengungsian Sepekan Ini

“Kami meminta masyarakat tetap menggalakan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS). Kami juga berupaya melakukan penguatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat, terutama untuk daerah endemis,” katanya.

Sementara itu, Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Temanggung, Khabib Mualim, mengatakan, angka kasus Demam Berdarah tahun ini tertinggi dalam empat tahun terakhir.

“Pada 2017 terjadi 326 kasus, terdiri dari 137 kasus Demam Dengue (DD) dan 189 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sepanjang 2018 terdapat 318 kasus, terdiri dari 168 kasus DD dan 150 kasus DBD. Kemudian selama 2019 terjadi 643 kasus, terdiri dari 346 kasus DD, 297 kasus DBD, dan tiga kasus DSS,” ujar dia. Satria Utama 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com