JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Sukses Turunkan 2 % Angka Kebocoran Pertahun, PDAM Sragen Selamatkan Rp 356 Juta Potensi Laba Yang Sempat Terancam Hilang. Ini Daftar 4 Kecamatan Paling Tinggi Kebocorannya!

Samuel Rudhianto. Foto/Wardoyo
   
Samuel Rudhianto. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kinerja positif ditunjukkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtonegoro Sragen.

Selama kurun tiga tahun terakhir, manajemen perusahaan air milik Pemkab Sragen itu mengklaim telah mampu menurunkan angka kebocoran sebesar 2 persen setiap tahun.

Bahkan, dengan penurunan 2 persen kebocoran atau non revenue water (NRW) itu, ada Rp 356 juta potensi laba yang berhasil diselamatkan dari ancaman kebocoran.

Hal itu diungkapkan Direktur Teknik PDAM Tirtonegoro Sragen, Samuel Rudhianto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (26/8/2020). Ia mengatakan salah satu fokus PDAM dalam beberapa tahun terakhir adalah menekan angka kebocoran air atau NRW.

Berkat berbagai terobosan dan kegigihan tim, menurutnya target penurunan angka kebocoran setiap tahun 2 persen, akhirnya bisa terpenuhi selama tiga tahun terakhir.

Samuel merinci pada akhir tahun 2017 angka kebocoran tercatat sebesar 33.95 persen. Angka ini berhasil diturunkan menjadi 32.09 persen pada akhir 2018.

Tren penurunan juga berhasil dilakukan pada 2019 di mana angka kebocoran di akhir tahun tercatat sebesar 30.06 persen.

“Dan memasuki tahun 2020 ini, sampai bulan Juli kemarin angka kebocoran kita sudah 27,05 persen. Target kita di akhir 2020 ini NRW sebesar 28.06. Artinya tiap tahun selama tiga tahun, target penurunan 2 persen itu bisa tercapai,” paparnya.

Baca Juga :  Patroli Presisi Polres Sragen Jaga Keamanan Kantor KPU dan Bawaslu Jelang Penetapan Presiden Terpilih 2024

Samuel menguraikan keberhasilan menurunkan angka NRW itu juga berbanding positif terhadap potensi pendapatan dan laba.

Ia mencontohkan dari hasil audit akhir 2019, mencatat setiap penurunan 1 persen kebocoran ekuivalen dengan kontribusi ke laba bersih sebesar Rp 178 juta.

“Artinya dengan kita mampu menurunkan 2 persen kebocoran, maka ada Rp 356 juta potensi laba yang berhasil kita selamatkan dari ancaman kebocoran,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menguraikan salah satu faktor yang menunjang penurunan NRW itu adalah etos kerja tim yang sigap dalam menindaklanjuti setiap laporan kebocoran yang masuk setiap hari di server PDAM.

Dengan laporan prediksi kebocoran yang masuk setiap pagi dan update setiap 15 menit, maka semua titik kebocoran akan segera bisa terdeteksi. Sehingga secepatnya pula kebocoran bisa ditangani.

“Karena kita sudah punya alat water meter elektromagnetik (WME) yang bisa membaca kebocoran secara akurat. Data dari WME itu kemudian dikirimkan melalui alat Logger ke server di kantor kita setiap 15 menit. Jadi setiap pagi, tim akan bisa melihat mana area yang kebocorannya tinggi lalu dianalisa untuk melokalisir di mana titik kebocorannya. Setelah itu tim teknis di area setempat akan langsung memperbaiki,” terangnya.

Tim menganalisa laporan NRW yang masuk ke server setiap hari. Foto/Wardoyo

Samuel menjelaskan saat ini PDAM Sragen sudah memiliki 67 WME dan 46 Logger. Sebagian merupakan bantuan dari program kerjasama dengan Oasen Belanda yang sudah berjalan beberapa tahun.

Baca Juga :  Tingkatkan Pembangunan Desa Toyogo Sragen, Blesscon Kucurkan Dana CSR

“Dengan WME dan Logger itu semua data kebocoran akan tersaji dengan akurat dan nggak bisa direkayasa lagi,” terangnya.

Dari 17 unit kecamatan yang sudah terlayani PDAM, menurutnya sejauh ini sudah 14 unit yang dilengkapi dengan perangkat WME dan Logger. Hal itu dinilai sangat menunjang target untuk menekan angka kebocoran.

Kabag NRW, Mursid Amboro mengatakan dari grafik tiga tahun terakhir, tren kebocoran memang menurun sebesar 2 persen tiap tahun.

Bahkan di bulan Juli 2020 ini angka kebocoran tercatat sudah di angka 25.46 persen.

“Kalau trennya seperti ini terus, mungkin di akhir 2020 bisa lebih besar lagi penurunannya. Target kami NRW di 2020 sebesar 28.06 persen,” tukasnya.

Perangkat WME dan Logger yang secara akurat bisa merekam dan menyajikan data kebocoran. Foto/Wardoyo

Sementara, Kasubag Analisa Data NRW, Idum Prasetyo menambahkan selama ini kasus kebocoran kebanyakan terjadi karena teknis. Seperti pipa pecah atau pipa bocor karena ketidaksengajaan warga.

Misalnya ketika menggali tanah untuk memasang umbul-umbul kena pipa lalu bocor. Untuk penanganan kebocoran yang besar, biasanya dipilih waktu malam hari agar tidak menggangu pelayanan pelanggan.

“Kalau dilihat data terbaru, kebocoran paling tinggi ada di unit Masaran sebesar 37 persen. Diikuti Gondang, Gemolong, Pusat Sragen,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com