JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Kesehatan

PT Kalbe Farma Umumkan Harga Obat Covid-19, Dijual Rp3 Juta Per Dosis, IDI: Terlalu Mahal

Ilustrasi vaksin. Foto: pexels.com
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM PT Kalbe Farma Tbk mengumumkan secara resmi harga jual obat antivirus corona yang diklaim ampuh untuk mengobati Covid-19, yang diberi nama Covifor atau Remdesivir. Harga jual yang dipatok perusahaan tersebut yakni Rp3 juta per dosis.

Disampaikan Presiden Direktur PT Kalbe Farma, Vidjongtius, dalam memasok obat tersebut perusahaannya bekerja sama dengan anak perusahaan asal India, Hetero, yakni PT Amarox Pharma Global.

Meski telah mematok harga per dosis, namun dijelaskan Vidjongtius, harga obat Covid-19 itu bisa berubah di kemudian hari bila volume permintaannya meningkat.

“Harga sekitar Rp3 juta per pile (dosis) dan harga sangat tergantung dengan volume. Jika volumenya meningkat, harga bisa ditinjau kembali,” ujarnya di Jakarta, Kamis (1/10/2020).

Sebelumnya, Gilead Science Inc. pada Juni lalu mengumumkan harga obat antivirus Remdesivir ini dipasarkan dengan harga 2.340 dolar AS atau Rp33 juta per pasien untuk pengobatan selama lima hari.

Gilead memperluas voluntary non-exclusive license kepada Hetero untuk memproduksi dan mendistribusikan Remdesivir di 127 negara, termasuk Indonesia.

Adapun Hetero adalah perusahaan di India yang pertama kali meluncurkan Remdesivir generik. Perusahaan itu telah memasok sekitar 800.000 dosis obat untuk lebih dari 100.000 pasien di berbagai negara.

Baca Juga :  Tolak Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Pengamat: PDIP Harus Punya Calon Internal yang Kuat

Selain itu, Hetero juga telah memasok Remdesivir ke Asia, Afrika, dan beberapa negara Amerika Latin, serta Commonwealth of Independent States (CIS). Hal ini terdapat dalam perjanjian lisensi dengan Gilead.

Sedangkan Kalbe Farma dalam pengadaan obat ini hanya bertugas memasarkan dan mendistribusikan obat bekerja sama dengan Amarox Pharma Global. Sementara produksi obat dilakukan di fasilitas produksi induk usaha Amarox Pharma Global, yakni Hetero di India.

Hetero adalah perusahaan farmasi generik dan produsen obat antiretroviral terkemuka di India. Anak usahanya, Amarox Pharma Global juga sudah menerima persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) untuk Remdesivir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM).

Terlalu Mahal

Menanggapi harga jual obat Covid-19 tersebut, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Slamet Budiarto, menilai harga obar Covifor yang dikeluarkan PT Kalbe Farma terlalu mahal. Ia pun mengharap pemerintah dapat menjamin harga yang lebih terjangkau untuk obat antivirus tersebut.

Baca Juga :  Antisipasi Situasi Geopolitik dan Dampak Ekonomi Usai Serangan Iran ke Israel, Ini Strategi yang Diambil Menkeu Sri Mulyani

“Di masa pandemi, pemerintah harus menjamin harga yang terjangkau,” kata Slamet, Kamis (1/10/2020), dikutip dari liputan6.com.

Menurutnya, dana yang disiapkan pemerintah untuk membayar klaim rumah sakit rujukan Covid-19 tidak akan cukup, bila harus membeli obat Covifor untuk diberikan kepada pasien positif virus corona. Sehingga, menurut Slamet, jalan terbaik adalah dengan mensubsidi obat tersebut.

“Klaim pasien Covid-19 yang dibayarkan oleh pemerintah tidak cukup untuk membeli obat ini (Covifor), jadi pemerintah harus mensubsidi obat ini,” ujarnya.

Di sisi lain, Slamet tidak membantah klaim yang menyebut jika obat antivirus Remdesivir terbukti ampuh memberikan efek positif untuk penderita Covid-19 di Amerika Serikat.

Hanya saja disayangkan, harga per dosis memang sangat mahal. Slamet menyarankan harga yang dipatok tidak lebih tinggi dari harga Oseltamivir, yang dijual Rp750.000 hingga Rp850.000 untuk 10 tablet.

“Obat ini (Covifor) bagus, sudah digunakan di Amerika. Namun sayangnya, harganya sangat mahal. Untuk harga yang dipasarkan, sebaiknya paling tidak seharga oseltamivir,” kata Slamet.

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com