SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perangkap jebakan tikus berlistrik terus memakan korban jiwa. Baru sehari berlalu, keganasan setrum jebakan tikus kembali merenggut nyawa.
Setelah Senin (2/11/2020) pagi tadi, petani asal Desa Kedungupit, Kecamatan Sragen, Suyadi (58) warga Dukuh Tanjang RT 21, Kedung Upit, Sragen tewas kesetrum di sawahnya, hari ini, Rabu (4/11/2020) kejadian serupa kembali terulang.
Hanya selang sehari, kali ini korbannya adalah petani di Desa Jatitengah, Sukodono.
Korban diketahui bernama Jumino (58) asal Putatsewu RT 2, Jatitengah, Sukodono, Sragen. Kakek paruh baya itu ditemukan tewas di pematang dan sawah milik tetangganya, Pariman (59) asal Lemahireng RT 5, Jatitengah, Sukodono, Sragen.
Data yang dihimpun di lapangan, insiden itu diketahui sekitar pukul 08.00 WIB. Diduga kuat, korban sudah meninggal beberapa jam sebelumnya.
Korban baru diketahui oleh petani tetangga yang mendapati korban sudah tidak bernyawa.
Saat ditemukan, posisinya tergeletak dengan kepala terjerembab di lahan sawah sedangkan kakinya menjuntai di pematang.
“Iya benar. Mbah Mino meninggal akibat kesetrum jebakan tikus. Tapi tidak ada yang tahu persis kronologinya, yang jelas saat ditemukan sudah meninggal. Tidak di sawahnya sendiri, tapi di sawah sampingnya,” papar Kades Jatitengah, Sagi, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (4/11/2020).
Warga menduga korban terpeleset lalu terjatuh dan kena jebakan tikus di sawah Pariman. Sebab kondisi tanah di sawah lokasi kejadian masih basah dan berlumpur.
Kades menambahkan korban memang biasanya sering ngangklangi (menyambangi) ke sawahnya pada malam hari. Dugaannya pada malam tadi, ia juga melakukan hal serupa untuk memantau kondisi tanaman padinya yang belum lama tanam.
Kematian Mbah Mino menambah panjang daftar korban tewas korban jebakan tikus di Sragen. Ia menjadi korban tewas ke-12 selama kurun 8 bulan terakhir.
Ironisnya, meski larangan sudah diserukan, pemakaian setrum jebakan tikus tak juga mereda. Tragisnya lagi, beberapa korban terakhir bahkan terjadi dalam hitungan amat berdekatan.
Selain Suyadi yang tewas dua hari lalu,
sebulan lalu, perangkat desa asal Kranggan, RT 21 Desa Pengkol, Tanon, Supomo (53) juga ditemukan tewas di sawahnya karena kesetrum jebakan tikus.
Sebulan sebelumnya, Kamis (13/8/2020), seorang petani di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, bernama Karno Purnomo alias No Balak (60) warga Dukuh Celep RT 14/4, Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen ditemukan tewas di sawahnya karena jebakan tikus.
Petani paruh baya itu ditemukan tergeletak tak bernyawa di dekat kawat di sawah dukuh setempat.
Sebelumnya, delapan korban juga tewas dalam kurun tak lama sebelumnya. Mereka di antaranya Prapto Wiyono alias No Banjir (66) petani asal Dukuh Bulakrejo RT 28/1, Duyungan, Sidoharjo, Sragen.
Ia tewas kesetrum jebakan tikus berlistrik di sawahnya, akhirnya dimakamkan Rabu (29/7/2020) pagi.
Sebelumnya, buruh tani bernama Atun Suryanto (50) asal Kampung Sine RT 1/4, Kelurahan Sine, Sragen juga ditemukan tewas setelah kesetrum jebakan tikus di sawahnya Kampung Klumutan Sine, Jumat (8/5/2020) pagi kemarin.
Sebelumnya, buruh tani bernama Nilam (45) warga Dukuh Donorojo RT 12, juga ditemukan tak bernyawa seusai terkena jebakan tikus bermuatan listrik, Jumat (2/5/2020).
Nilam tewas tergeletak di pematang sawah milik tetangganya, Sugiyo.
Kemudian Selasa (28/4/2020) sebelumnya seorang buruh tani asal Dukuh Ngrampal, RT 29 Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, bernama Yanto (54) juga ditemukan meninggal dunia di areal persawahan di Dukuh Bugel, Desa Kebonromo, Ngrampal, Sragen.
Saat ditemukan kondisinya telungkup dengan luka bakar menempel di kabel jebakan tikus yang ada di tepi sawah majikannya.
Tak hanya itu, jebakan tikus juga merenggut nyawa Andi Nugroho (31) warga Madiun, Jatim pada 17 Februari 2020.
Ia ditemukan dengan kondisi kaki melepuh dan luka bakar sebelum kemudian meninggal akibat kesetrum jebakan tikus di persawahan wilayah Siwalan, Sragen Kota.
Sebelumnya, dua warga Jambanan Sidoharjo juga tewas terkena jebakan tikus berlistrik di sawah setempat pada medio dan akhir 2019 lalu.
Rentetan kejadian yang terus berulang itu menyiratkan keprihatinan sejumlah pihak. Semua pun berharap tragedi setrum tikus bisa segera berakhir. (Wardoyo/*)