JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Gunung Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas Senin Pagi

KUBAH BARU - Kubah lava 2021 terlihat bertengger di atas sisa kubah lava 1997 yang runtuh beberapa bulan lalu. Dari sekitar gundukan lava berwarna hitam (jika malam merah seperti bara), guguran material terus berlangsung hingga Selasa (11/1/2021) / tribunnews
   

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hari Senin (18/1/2021) kemarin sekitar pukul 05.30 WIB, Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas. Kondisi itu terpantau Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

Guguran awan panas itu terpantau oleh BPPTKG Yogyakarta pada periode pengamatan pukul 00:00-06:00 WIB, Senin (18/1/2021).

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida menjelaskan, awan panas mengarah ke barat daya tepatnya menuju Kali Krasak.

Jarak luncurnya teramati sejauh mencapai satu  kilometer.

“Tinggi kolom sekitar 50 meter di atas puncak Gunung Merapi. Angin saat itu bertiup ke tenggara,” terang Hanik dalam laporannya pada Senin (18/1/2021).

Awan panas tercatat di seismograf dengan amplitudo 22 mm dan durasi selama 112 detik.

Selain itu, juga teramati guguran lava pijar sebanyak enam kali dengan jarak luncur maksimum sekitar 600 meter ke barat daya.

Sedangkan pemantauan di periode pukul 12.00-18.00 WIB, cuaca di sekitar puncak Merapi terlihat berawan, mendung, dan hujan.

Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur.

“Suhu udara 16-20 °C, kelembaban udara 67-95 %, dan tekanan udara 625-686 mmHg. Volume curah hujan 5 mm per hari,” ungkapnya.

Kemudian, aktivitas kegempaan yang terekam adalah gempa guguran sebanyak 23 kali, gempa hembusan tiga kali, dan hybrid atau fase banyak tiga kali.

Hanik mengungkapkan, potensi bahaya erupsi Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Baca Juga :  Tak Gubris Peringatan Petugas, 3 Pelajar Pria Asal Madiun Ini Terseret Arus di Pantai Parangtritis

“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak,” terangnya.

Per Jumat (15/1/2021) lalu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta secara resmi telah mengubah rekomendasi daerah bahaya Gunung Merapi.

 

“Ada penurunan aktivitas seismik atau kegempaan dan deformasi yang cukup drastis,” ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso dalam Siaran Informasi BPPTKG, Sabtu (16/1/2021).

Agus menyebutkan, pada 1 Januari sampai dengan 7 Januari 2021 terjadi aktivitas kegempaan antara lain 541 VTB, 2.270 MP, 611 RF, 4 LF, 628 DG. Sementara, deformasi 15 cm/hari.

Sedangkan, pada 8 Januari sampai 14 Januari 2021 aktivitas kegempaan menurun menjadi 206 VTB, 794 MP, 1.044 RF, 0 LF, dan 171 DG. Adapun deformasi menjadi 6 cm/hari.

“Namun, guguran tetap tinggi karena memang sedang erupsi,” imbuhnya.

Guguran besar lava pijar Merapi diabadikan dari gardu pandang Kaliurang barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Minggu (10/1/2021) malam.

Agus menambahkan, kegempaan internal Gunung Merapi saat ini rata-rata 27 kali per hari. Sementara, sebelumnya sampai ratusan kali per hari. Deformasi cukup kecil, yakni 0,3 cm/hari.

Gas vulkanik CO2 sebelumnya mencapai 750 ppm, saat ini dalam tren menurun menjadi 600 ppm.

“Kondisi ini, mengarahkan kepada kesimpulan bahwa per 15 Januari 2021 probabilitas erupsi efusif sekarang lebih dominan (40 persen) dan mengarah ke barat daya. Potensi erupsi eksplosif dan kubah-dalam menurun signifikan,” tuturnya.

Baca Juga :  Diduga Hendak Berbuat Kriminal, Remaja Yogya Ini Panik dan Lari Tinggalkan Motor Begitu Saja

Lebih lanjut, kata dia, hal ini sangat berbeda dengan rekomendasi bahaya yang BPPTKG sampaikan sebelumnya berdasarkan data yang didapatkan saat itu, yang mana terjadi deformasi yang besar di barat laut dan seismisitas yang tinggi.

“Potensi bahaya bergeser dan rekomendasi kami perlu disesuaikan. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km,” bebernya.

“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 km dari puncak,” sambung Agus.

Menurut Agus, update skenario bahaya disampaikan setiap 7 hari sekali, kecuali ada perkembangan yang mendadak.

Ia melanjutkan, rekomendasi bahaya yang BPPTKG sampaikan mengandung konsekuensi bahwa masyarakat yang tinggal di luar daerah bahaya yang disebutkan tadi bisa kembali ke rumah masing-masing.

“Rekomendasi bahaya yang kami sampaikan mengandung konsekuensi bahwa masyarakat yang tinggal di luar daerah bahaya yang kami sebutkan tadi bisa kembali ke rumah. Masyarakat di luar daerah bahaya yang kami sebutkan bisa tinggal di pemukiman mereka,” ungkap Agus.

“Namun perlu kami tegaskan, kita mengambil kesempatan terbaik yang diberikan oleh Merapi, aktivitas saat ini tenang. Namun demikian, kita harus selalu menyesuaikan jika perubahan terjadi. Hidup harmonis dengan Merapi,” sambungnya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com