JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Khawatir Ekonomi Terpuruk, PKL Malioboro Minta PSTKM Tak Diperpanjang

Suasana Malioboro pada hari pertama penerapan PSKTM, Senin (11/01/2021) / tribunnews
   

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Malioboro khawatir kebijakan pembatasan kegiatan akan berlangsung lebih lama dari rencana.

Karena itu, mereka  meminta pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) sesuai dengan amanat pemerintah pusat yakni hanya dua pekan.

Pasalnya, PKL menilai, perpanjangan masa PSTKM hanya akan memperparah kondisi ekonomi.

Presidium Paguyuban Komunitas Kawasan Malioboro (PKKM) Sujarwo Putro mengatakan, pelaku ekonomi rakyat yang terdampak bukan hanya lesehan, pasar sore dan Pasar Senthir yang terpaksa tidak dapat beraktivitas, tetapi juga menyasar ke pengemudi becak, andong, dan pedagang asongan serta PKL lainnya.

Baca Juga :  Dalam Dua Setengah Bulan, 56 Warga Sleman Terjangkit DBD

“Mereka harus menerima kenyataan, pendapatan terjun bebas,” kata Sujarwo, Jumat (15/1/2021).

Sutirah, satu-satunya pedagang lesehan malam di Malioboro yang masih buka sejak PSTKM menceritakan bahwa ia membuka lesehan atas permintaan empat pegawainya yang berasal dari NTT.

Mereka meminta agar dirinya tetap buka supaya bisa mendapatkan biaya hidup dan tetap kuliah.

“Demi empat anak mahasiswa yang bekerja sebagai pegawai, saya masih bisa mempertahankan berjualan meskipun hanya satu sampai dua jam. Mereka yang meminta tetap buka agar bisa mendapat uang untuk biaya hidup. Mereka perlu makan, bayar kos dan lainnya,” tambah Sutirah.

Baca Juga :  Gempa M 5.0 di Gunungkidul, Getarannya Sampai Wonogiri, Trenggalek dan Pacitan

Sementara, Desio Hartonowati, Ketua Pedagang Lesehan Malioboro mengatakan para pedagang  tidak bisa berjualan selama PSTKM ini.

“Kami total sama sekali tidak berjualan selama PSTKM ini. Kami juga tidak bisa apa-apa karena kami cuman bertumpu dari jualan di Malioboro saja,” jelasnya.

Pihaknya juga meminta pemberlakuan hanya sampai 25 Januari saja dan tidak lagi diperpanjang. Sebab, kondisi ini memang sangat berat bagi pihaknya yang sangat menggantungkan hidup dengan berjualan.

“Kami harap pemerintah juga pikirkan soal ekonomi. Jangan hanya kesehatan saja, biar tidak timpang,” ujarnya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com