JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Kisah Perjuangan Polisi Muda Brigadir Eko, Perintis Ponpes Gratis Untuk Ratusan Anak Yatim Piatu di Wonogiri. Tersentuh Saat Patroli Lihat Kehidupan Miris Anak Yatim Piatu dan Putus Sekolah (Bagian 1)

Brigadir Eko Julianto saat memberikan pelajaran agama kepada ratusan santri-santri di Ponpes Santri Manjung yang didirikannya di Desa Manjung, Wonogiri, Sabtu (24/4/2021). Foto/Wardoyo
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mengemban profesi sebagai polisi memang identik dengan beban tugas dan kegiatan yang padat.

Selalu siap siaga setiap saat dan kegiatan tanpa kenal waktu, menjadi tuntutan pengabdian dari pelaku profesi ini.

Namun padatnya tugas bukan berarti menutup seorang anggota kepolisian untuk bisa berbuat lebih di luar rutinitas tugasnya.

Seperti yang dilakukan salah satu personel di Polres Wonogiri ini. Brigadir Eko Julianto namanya. Meski di usia relatif muda, ia sudah membuktikan bahwa tugas berat bukan penghalang untuk bisa memberikan pengabdian lebih untuk umat dan kebaikan.

Ya, di usia 30 tahun, Brigadir Eko yang mengemban tugas sebagai Bhabinkamtibmas Polsek Jatiroto itu, sudah menunjukkan teladannya dengan merintis sebuah pondok pesantren.

Ponpes bernama Santri Manjung itu didirikan di Dusun Manjung Wetan RT 2/3, Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri Kota, Kabupaten Wonogiri delapan tahun silam.

Menariknya, ponpes ini dirintis khusus untuk mengasuh dan mendidik anak yatim piatu serta mereka yang putus sekolah.

Hebatnya lagi, semua proses pendidikan semua anak yatim piatu hingga biaya hidup di ponpes digratiskan. Berkat perjuangan keras dan kemuliaan Brigadir Eko, ponpes itu kini banyak dikenal dan dipercaya mengasuh sekitar 138 anak yatim piatu dari berbagai wilayah.

JOGLOSEMARNEWS.COM pun berkesempatan mengorek lebih jauh sosok Brigadir Eko dan perjuangannya menjalani pengabdian mulianya ini, Sabtu (24/4/2021).

Baca Juga :  Lowongan Bupati! PDIP Segera Buka Penjaringan Cabup Wonogiri 2024
Brigadir Eko Julianto. Foto/Wardoyo

Brigadir Eko Julianto menceritakan dirinya lahir di Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen 30 tahun silam. Dibesarkan di lingkungan yang bisa terbilang pelosok, membuat mental kerja keras Eko sudah terasah sejak kecil.

Oleh orangtuanya, kemudian ia ditempatkan untuk menimba ilmu di Ponpes Nurul Falah Sragen sejak SD hingga SMA. Saat itu ia mengaku sama sekali tak terbersit bercita-cita menjadi polisi.

Namun takdir berkata lain. Selepas menamatkan jenjang SMA di Ponpes Nurul Falah, ia memutuskan untuk mendaftar calon polisi dan diterima.

Seusai menamatkan pendidikan, Eko kemudian mendapat tugas di Polres Wonogiri sebagai Bhabinkamtibmas di Polsek Jatiroto. Bertugas di lapangan dan rutinitas sambang ke desa-desa membuatnya banyak melihat sisi lain kehidupan sosial masyarakat.

Fenomena Miris

Hingga akhirnya, suatu ketika Eko mengaku begitu tersentuh melihat potret sosial kehidupan anak yatim dan piatu di beberapa desa binaan tugasnya.

Gejolak batinnya makin miris melihat fenomena anak-anak muda yang sudah tidak lagi bisa mengamalkan tata krama dan bagaimana adab menghormati orangtua.

“Jadi dari awal sebenarnya tidak ada gambaran bisa mbangun pondok pesantren. Semua berawal dari keprihatinan saya melihat moral generasi muda dengan pergaulan bebas. Anak-anak kecil sudah nggak bisa tata krama sama orangtuanya. Saya jadi prihatin, sampai kapan akan begitu. Lalu banyak anak-anak yang nggak punya bapak ibu, ekonomisnya susah dan putus sekolah. Kalau dibiarkan masa depan mereka bisa rusak kalau tidak diselamatkan,” papar Brigadir Eko ditemui di kediaman Ponpesnya, Sabtu (24/4/2021).

Baca Juga :  Geger Diduga Korban Pembunuhan, Penemuan Kerangka Manusia di Setren Slogohimo Wonogiri, Ada Bekas Terbakar
Brigadir Eko Julianto saat memberikan pelajaran agama kepada santri-santrinya. Foto/Wardoyo

Melihat fenomena miris itu, Eko lantas berinisiatif untuk mengamalkan ilmu agamanya untuk mendidik anak-anak.

Selepas dinas, setiap hari ia rela menyempatkan mengajar dari satu masjid ke masjid lain dan dari satu Taman Pendidikan Alquran (TPA) ke TPA yang lain di wilayahnya.

Jarak yang jauh dan tumpukan lelah tak menyurutkan niatnya untuk mengajari anak-anak mengaji.

Dari keseringannya mengajar ngaji itulah, rupanya membuat banyak orangtua kemudian antusias dan tergerak untuk belajar mengaji juga ke dirinya.

Sehingga selain mengajar anak-anak TPA, Eko akhirnya juga menyisihkan waktu untuk mengajar ngaji orangtua.

Tak hanya itu, kepiawaiannya dalam menyampaikan pesan-pesan keimanan dan ilmu agama kemudian membuatnya makin dikenal. Hingga akhirnya Eko banyak diundang memberikan ceramah atau tauziyah oleh masyarakat.

“Nah dari situ pula, saya tersentuh ketika kadang pas patroli atau pas sambang ke lapangan, melihat ada anak yatim piatu, hidupnya susah sampai ada yang putus sekolah. Saya berfikir betapa susahnya mereka dan bagaimana masa depannya nanti. Akhirnya saya tergerak hari untuk bagaimana bisa membantu mengangkat masa depan mereka. Akhirnya ada satu dua anak yatim dan piatu, saya tawari ikut saya mengaji dan mereka mau. Kemudian mereka saya sekolahkan juga,” terang Eko. (Wardoyo/Bersambung)

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com