JOGLOSEMARNEWS.COM Sosok

Salman Subakat, CEO Wardah Kosmetik yang Terus Bergerak Membangun Mimpi Indonesia dari Dunia Pendidikan

Salman Subakat
   

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —Tak berhenti menebar kebajikan dan bermanfaat bagi orang lain. Tekad itulah yang menggema dalam diri Salman Subakat, bos perusahaan kosmetik terkemuka di tanah air, Wardah. Wardah adalah kosmetik halal produk asli Indonesia yang kini makin digandrungi perempuan di dalam maupun di luar negeri.

Salman Subakat menjadi pemegang estafet kepemimpinan Wardah di bawah naungan PT Paragon Technology and Innovation. Pria keturunan Jawa-Minangkabau ini tak bisa menolak untuk meneruskan bisnis yang dirintis orang tuanya tersebut, pasangan Nurhayati-Subakat Hadi. Salman kini memimpin perusahaan yang mempekerjakan 10.000 pegawai, mengendalikan 41 pusat distribusi di seluruh Indonesia, dan punya lebih dari 200 mitra kegiatan corporate social responsibility (CSR).

Selain terus mengembangkan kemajuan bisnis dan manajemen Wardah, Subakat juga punya komitmen dengan kegiatan sosial. Ia ingin perusahaannya juga punya kepedulian yang kuat dalam bidang sosial dan tidak melulu mengejar profit. Ia juga bergerak di bidang sosial terutama di sektor pendidikan dan pemberdayaan peremupuan.

Dalam percakapan sambil menikmati sahur di Kota Solo, Rabu (21/4/2021), Salman Subakat menyebut bahwa pendidikan adalah sektor kunci bagi maju mundurnya suatu negara-bangsa. “Kalau ingin negara Indonesia maju, maka pendidikannya harus maju. Itu mutlak,” kata Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation (PTI) ini.

Karena kepeduliannya yang tinggi terhadap pendidikan inilah, sosok kelahiran 20 Juli 1980 ini bukan hanya sebagai seorang pemimpin bisnis perusahaan kosmetik tetapi juga sebagai top executive yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan. Tidaklah mengherankan jika CEO perusahaan kosmetik yang insinyur elektro itu lancar ketika bicara tentang pendidikan.

Suami Dini Ardi ini selalu antusias ketika bicara tentang pendidikan dan inovasi bisnis. Kepeduliannya terhadap pendidikan tidak hanya sebatas di lingkungan perusahaan yang dia pimpin. Lebih dari itu, dia juga bergerak di berbagai daerah untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Bagi Salman, pendidikan merupakan jalan tol dan eskalator guna mengantarkan anak bangsa meraih mimpi-mimpi masa depan. Mimpi naik kelas, minimal sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dan sejahtera. “Seperti kata Bung Karno, gantunglah mimpi setinggi langit dan jangan takut jatuh. Karena, kalaupun jatuh, kita akan jatuh di antara bintang-bintang,” katanya.

Salman menyadari, memajukan pendidikan guna mewujudkan mimpi anak-anak bangsa ke depan itu tidak dapat dilakukan sendirian, apalagi dilandasi ego sektoral. Karena itu, pemegang sertifikat coach internasional untuk pendidikan dan pengajaran itu, terus bergerilya membangun ekosistem pendidikan. Untuk memajukan pendidikan harus melibatkan lima pemangku kepentingan, yakni pemerintah, kalangan pengusaha, komunitas, media, dan akademisi.

“Agar pendidikan ini menjadi arus utama dalam membangun dan memajukan bangsa ini. Istilah kerennya mainstreaming education di semua level, baik pemikiran atau mindset, kebijakan, maupun pemberitaan,” ujar Salman.

Di tingkat akar rumput, Salman secara pribadi maupun via peruahaannya menginisiasi dan menggerakkan serangkaian kegiatan yang dimotori para aktivis dan relawan yang bergerak di bidang pendidikan. Perusahaan kosmetik yang dipimpinnya terus menebar insentif beasiswa. Rumah Amal Salman (RAS) ialah salah satu mitra “binaan” Salman Subakat dalam menyalurkan beasiswa. RAS merupakan lembaga amil zakat, infaq, dan sedekah yang dimotori para aktivitas Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB).

Di tingkat akar rumput, Salman Subakat secara TSM (terstruktur, sistematis, dan masif) bergerilya. Dia termasuk salah satu tokoh di balik aktivitas dan eksisnya komunitas Semua Murid Semua Guru (SMSG) dan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK). Baik SMSG maupun PSPK merupakan perkumpulan nirlaba yang menghimpun para aktivis pendidikan di berbagai tingkatan di seluruh Indonesia.

Salman juga menggelar berbagai kegiatan yang menyasar kalangan kampus di Tanah Air, baik mahasiswa maupun para dosen. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kapasitas para dosen beserta mahasiswa dan mendekatkan mereka dengan dunia kerja atau industri. Misalnya, kegiatan safari Lecturer Coaching Movement yang dalam setiap sesinya diikuti ratusan dosen dari berbagai perguruan tinggi.

Salman dengan mengusung bendera Paragon juga menggelar Kuliah Umum Kewirausahaan bertema Business Innovatove Leader. Salman juga mengerahkan Paragonians, sebutan untuk tim pegawai PTI, untuk terjun berbagi (sharing) mengajar anak-anak di berbagai daerah dalam wadah gerakan Wardah Inspiring Teacher.

“Membangun dan memajukan pendidikan Indonesia tidak mungkin dapat dilakukan sendirian. Upaya memajukan pendidikan Indonesia harus melibatkan seluruh ekosistem atau pemangku kepentingan terkait,” jelasnya.

Dalam konteks itulah, Salman secara khusus memandang penting dan strategisnya peran media dan para wartawan yang mengawakinya. Bersama koleganya yang pakar komunikasi dan motivator kondang, Dr Aqua Dwipayana, Salman kemudian menginisasi gagasan perlunya gerakan dari kalangan wartawan sebagai mata rantai ekosistem itu untuk mengarusutamakan isu-isu pendidikan dalam pemberitaan di media massa.

Lalu, apa motif seorang Salman Subakat yang insinyur elektro dan CEO perusahaan kosmetik jatuh cinta pada dunia pendidikan? Pada mulanya, dia mengaku “tercebur”.  Namun, dia akhirnya merasa asyik juga bergaul dengan kalangan aktivis pendidikan, baik di kampus maupun luar kampus atau sekolah.

“Ibu Nurhayati yang menurunkan kecintaan terhadap dunia pendidikan. Orang tua saya memang sangat concern terhadap pendidikan. Kakek-nenek saya guru,” kata Salman, merujuk leluhurnya dari garis ibunya, yakni Nurhayati Subakat, pendiri sekaligus pemilik PTI.

Kepedulian terhadap pendidikan itu antara lain tercermin dalam lima nilai perusahaan yang disemaikan di benak seluruh Paragonian. Kelima karakter kunci yang wajib dimiliki Paragonian itu ialah: ketuhanan, kepedulian, rendah hati, tangguh, dan inovasi.

Wardah Kosmetik di bawah naungan PT Paragon Technology and Innovation, berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah memberikan beasiswa kepada ribuan mahasiswa, pelatihan dosen, serta guru di seluruh Indonesia.

 

“Pendidikan merupakan hak semua orang dan fondasi pembangunan sebuah negara. Selain itu pendidikan yang baik juga akan membentuk karakter bangsa yang unggul dan mendorong peningkatan kualitas hidup bangsa. Mengingat pendidikan menjadi bagian penting dalam setiap aktivitas yang kami selenggarakan, maka investasi pendidikan harus kita dukung penuh,” ujarnya.

 

Salman menjelaskan, bahwa Wardah Kosmetik telah bekerjasama dengan DIKTI dalam bidang pendidikan, dengan memberikan beasiswa bagi ribuan mahasiswa. Selain itu juga perusahan yang dipimpinya juga memberikab pelatihan kepada para dosen dan guru di seluruh Indonesia. Perusahaan yang memproduksi kosmetik dan make over halal itu juga memberikan pelatihan kewirausahaan baik bagi para mahasiswa, guru, maupun dosen.

 

“Kami juga mendukung program pemerintah Kampus Merdeka. Dimana kita melibatkan mahasiswa dan dosen dalam aktivitas kegiatan kita di berbagai wilayah dan di semua kampus. Bentuk kegiatannya Training dan Coaching. Ada HRD turun langsung dengan membawa Trainer Nasional. Mereka sharing dengan para dosen. Ada juga dosen yang kita programkan magang di beberapa perusahaan.(ASA)

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com