JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Polemik Gelar Profesor Kehormatan untuk Megawati, Guru Besar Yayasan di Sragen Nilai Layak dan Tidak Berlebihan. Sebut Mega Adalah King Master, Bukan Kaleng-Kaleng!

Andi Kusnanto (kanan). Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan) RI kepada Ketum PDIP, Megawati Soekarno Putri Jumat (12/6/2021) memunculkan pro kontra.

Penobatan sebagai guru besar kehormatan yang memberi gelar Prof. DR (HC) untuk Megawati Soekarnoputri itu juga mendapat tanggapan dari Sragen.

Salah satunya datang dari Guru Besar Yayasan Pelita Bangsa Sumberlawang Sragen, Andi Kusnanto.

Pria yang juga Kepala SMK Pelita Bangsa Sumberlawang itu memandang penobatan sebagai guru besar kehormatan itu sudah pas diberikan untuk Megawati.

Sebab ditinjau dari kiprahnya sebagai pemimpin parpol, Megawati dinilai ibarat king master dan bukan tokoh kaleng-kaleng.

“Fakta penobatan Prof. DR. (HC) HJ. Megawati Soekarno Putri, kalau menurut saya pantas-pantas dan sah-sah saja apabila ditinjau dari sisi perpolitikan nasional. Sebab suka tidak suka, mau tidak mau, diakui atau tidak diakui, Ibu Mega adalah King Master dengan kepiawaiannya dalam ilmu politik dan kepemimpinan nasional,” paparnya Minggu (13/6/2021).

Baca Juga :  Patroli Presisi Polres Sragen Jaga Keamanan Kantor KPU dan Bawaslu Jelang Penetapan Presiden Terpilih 2024
SMK Pelita Bangsa Sumberlawang Sragen. Foto/Istimewa

Tokoh akademisi asal Sumberlawang itu menilai Megawati adalah pelaku yang berdarah-darah sekaligus King Maker sejak Jaman orde baru, orde reformasi hingga orde saat ini.

Perjalanan kiprahnya di dunia politik banyak mencatatkan sejarah. Mulai dari dari Wapres menjadi Presiden, lalu kalah dalam pemilu dengan SBY hingga kemudian sukses mendudukkan kadernya, Joko Widodo sebagai Presiden RI dua periode.

Di saat bersamaan partainya sukses menjadi pemenang Pemilu. Menurutnya jika takaran itu yang dijadikan parameter, tidak terlalu berlebihan jika gelar profesor disematkan untuk Mega.

“Kalau itu yang digunakan sebagai takaran, maka Ibu Megawati lebih profesor dari seluruh profesor politik, dan profesor praktisi yang tangguh dan teruji,” kata dia.

Lebih lanjut, Andi menguraikan dengan kekuasaan dan tanpa kekuasaan pun, Megawati dipandang bisa memberikan warna tersendiri bagi dunia politik dan pemerintahan di negeri ini.

Bahkan, ia menilai gaya berkuasa dan kepemimpinannya di Indonesia layak menjadi sebuah kajian yang mendalam bagi seluruh kampus-kampus di negeri ini.

Baca Juga :  Sragen Award 2024: Inovasi, Teknologi, dan Masa Depan Sragen

“Termasuk kekurangan dan kelemahan beliau dalam memimpin sebuah kekuasaannya. Mengamati Gaya Kepemimpinan beliau adalah hal menarik, setidaknya beliau adalah profesor praktisi politik nyata, bukan profesor odong-odong,” urainya.

Memang, lanjutnya, Megawati bukan professor akademisi yang meraih gelar dengan menempuh studi, membuat tulisan atau buku-buku yang tebal.

Akan tetapi, ia melihat gelar itu sepadan jika disandingkan dengan fakta hampir seluruh hidupnya digunakan untuk mengamati dan belajar serta mengajar teori politik dan kepemimpinan.

“Dan teori itu telah dipraktekkannya dengan benar dan terbukti dengan kekuatan dan kekuasaannya bisa bertahan beberapa dekade. Saya malah menantang bagi yang tidak suka, silahkan beradu argumentasi dengan bukti nyata yang sudah beliau lakukan. Ibarat makanan Ibu Megawati telah menyajikan menu tersendiri, bagi yang tertarik silahkan nikmati dengan gaya kepemimpinannya, bagi yang belum dan tidak suka masih ada waktu untuk berdebat dan membuktikannya,” pungkasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com