JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Inthuk-inthuk Tradisi yang Mulai Langka di Wonogiri, Digelar Setiap 35 Hari Sekali Banyak Dinanti Bocah-bocah. Bisa Jadi Sarana Solidaritas Ketika Pandemi Melanda Sebenarnya

Begini penampakan Sego Bancakan itu. Facebook/Ana Eboth
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masyarakat Jawa termasuk Wonogiri mengenal beragam tradisi yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia secara utuh. Mulai saat masih berujud janin, lahir, kecil, dewasa, orang tua, bahkan ketika sudah meninggal, ada saja tradisi yang digelar.

Nah, salah satu tradisi tersebut adalah inthuk-inthuk alias wetonan. Yakni peringatan kelahiran seseorang berdasarkan hari dan pasarannya atau menurut wetonnya. Misalnya ada anak yang lahir pada Sabtu Pon, maka setiap datang hari Sabtu Pon, orang tua akan memperingatinya.

Ini berbeda dengan ulang tahun yang dirayakan setahun sekali. Inthuk-inthuk digelar ketika hari lahir dan pasaran tiba. Dengan demikian diadakan setiap 35 hari sekali sesuai penanggalan Jawa atau selapan sekali.

Inthuk-inthuk bagi masyarakat Wonogiri digelar secara sederhana. Prinsipnya adalah permohonan doa dan sedekah. Biasanya orang tua akan menyajikan menu tumpeng beserta lauk tempe tahu dan telur rebus. Juga ada urap atau gudangan, gereh layur kerupuk dan uborampenya.

Baca Juga :  Cara Membedakan Jalan Nasional Provinsi dan Kabupaten, Cukup Lihat Warnanya Saja

Sesaat sebelum tumpeng disantap, orang tua memanjatkan doa untuk kesehatan, keselamatan, rejeki lancar, dan kebaikan bagi si anak. Biasanya rekan-rekan si anak juga diundang untuk ikut mendoakan.

“Setelah didoakan, maka tumpeng dimakan bersamaan. Makanya kalau saya sebut inthuk-inthuk ini merupakan perwujudan doa dan sedekah. Berdoa untuk kebaikan anak yang wetonan dan sedekah dengan mengundang makan bersama anak-anak sekitar,” ungkap perantau asal Wonogiri di Tangerang Selatan, Hendri kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (16/7/2021).

Dia ketika masih bocah sekitar dasawarsa 90-an tinggal di Wonogiri. Saat itu inthuk-inthuk kerap diadakan. Bahkan menjadi momen yang selalu ditunggu-tunggu anak-anak sebayanya dulu.

“Kalau sekarang sangat jarang ada inthuk-inthuk di Wonogiri. Tapi saya selalu mengadakannya, setiap weton anak saya, saya bikin inthuk-inthuk meskipun secara sederhana. Hanya dimakan sekeluarga dan anak sekitarnya,” beber dia.

Baca Juga :  Kenapa Harus Piknik ke Objek Wisata Air di Wonogiri? Listnya Pantai Klothok Nampu hingga Waduk Gajah Mungkur

Terpisah, salah satu warga Wonogiri, Sutarman mengatakan, inthuk-inthuk saat ini memang jarang diadakan. Terlebih tradisi tersebut bersifat tidak mengikat atau boleh digelar boleh juga tidak diadakan.

“Tergantung kondisi seseorang yang bersangkutan. Tapi memang saat ini sangat jarang ada yang mengadakan,” terang dia.

Padahal menurut dia tradisi inthuk-inthuk banyak positifnya. Selain sebagai sarana doa dan sedekah, pada saat ada pageblug atau pandemi COVID-19 inthuk-inthuk bisa menjadi wujud kepedulian.

“Misalnya ada keluarga yang menjalani isolasi mandiri, tumpengan inthuk-inthuk bisa diberikan kepada keluarga yang bersangkutan. Bagus sebenarnya, meskipun sederhana tapi banyak manfaatnya,” jelas dia. Aris

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com