JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Boyolali

Diungkap, Fakta di Balik Kegiatan Dalang Ngamen di Boyolali

Suasana dalang di Boyolali memainkan lakon singkat dalam aksinya ngamen lantaran sepi tanggapan dalam pandemi Covid-19 / Foto: Waskita
   

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Gara-gara pandemi Covid-19, para dalang wayang kulit di Boyolali terpaks mengamen. Mereka tak bisa pentas atau mendapat tanggapan sehingga tak mendapatkan pemasukan.

Kegiatan mengamen merupakan upaya terakhir yang bisa ditempuh agar dapur tetap ngebul. Pasalnya, dua tahun tak bisa pentas bukan waktu sebentar. Sama sekali tak ada pemasukan, sementara kebutuhan sehari- hari tak bisa ditunda.

Belum lagi memikirkan para pekerja seperti tukang lampu, penata wayang hingga pengrawit atau niyaga. Beruntung, sebagian besar para pengrawit memiliki pekerjaan lain seperti bertani atau beternak.

“Justru yang bingung ya dalang seperti saya ini. Kami tak memiliki pekerjaan lain. Bisanya ya hanya mendalang,” ujar Ki Wartoyo, dalang asal Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari.

Baca Juga :  Nekat Kabur  Saat Dihentikan, Pemotor Berknalpot Brong Ini  Malah Tabrak Polisi di Boyolali Hingga Patah Tulang!

Dia pun pernah mencoba banting stir membuka warung makan, namun tak jalan lama. Warung kemudian tutup karena merugi. Karena kebutuhan sehari- hari seperti makan harus tetap terpenuhi, maka dia pun terpaksa menjual sebagian wayang miliknya.

“Ini tak hanya saya alami, namun juga dialami dalang lainnya. Yang ada dijual, wayang ataupun gamelan untuk membeli beras.”

Dalang lain, Ki Joko Sunarno asal Kecamatan Karanggede, juga tak merasa malu menjual koleksi wayang yang dimiliki. Baginya, kebutuhan perut keluarga lebih penting. Namun demikian, diakui menjual wayang tak bisa serta merta laku.

“Apalagi sekarang, sulit laku. Lha sesama dalang ya sama nggak punya uang. Kalau kolektor kan pilih- pilih tokoh wayangnya,” katanya.

Baca Juga :  Kasus Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Ternyata Ada Hubungan Sesama Jenis

Tuntutan perut itulah yang memaksa sejumlah dalang senior di Boyolali  untuk ngamen. Mereka pentas dari rumah ke rumah untuk pentas climen atau singkat durasi satu hingga tiga jam sekedar untuk mendapatkan uang.

“Namanya saja ngamen, kami tak bisa menentukan bayarannya.”

Semua diserahkan langsung kepada pemilik rumah. Ada yang membayar hingga Rp 1 juta untuk pentas tiga jam. Namun ada pula yang membayar Rp 500.000. Pentas melibatkan enam dalang. Satu orang sebagai dalang yang memainkan wayang. Lainnya sebagai pengrawit.

“Ngamen ini juga sebagai bentuk hiburan bagi dalang sendiri,” ujarnya. Waskita

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com