Beranda Daerah Sragen Angka Kemiskinan Naik 0,45, Sragen Kini Jadi Kabupaten Termiskin di Soloraya. Bupati...

Angka Kemiskinan Naik 0,45, Sragen Kini Jadi Kabupaten Termiskin di Soloraya. Bupati Sampai Terheran-Heran

Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku tak habis pikir dengan angka kemiskinan yang terjadi di Sragen.

Alih-alih menurun, angka warga miskin di Bumi Sukowati dalam setahun terakhir justru naik. Dari 2020 ke 2021 angka kemiskinan Sragen naik ke 0,45 persen dari 13,38 menjadi 13,83.

Bahkan, yang mengejutkan, kenaikan angka kemiskinan itu membuat Sragen menempati daerah dengan kemiskinan tertinggi di Soloraya atau kabupaten termiskin di Soloraya.

Keheranan Bupati tak lepas dari upaya keras Pemkab yang tak henti menggelontorkan program dan anggaran untuk pengentasan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir.

“Perlu saya sampaikan angka kemiskinan di Kabupaten Sragen tidak turun justru naik. Pada 2020 diangka 13,38 persen kemudian di 2021 angka kemiskinan kami bertambah 13,83 persen. Hanya dibalik saja angkanya,” ujarnya saat mendampingi Wagub Jateng, Taj Yasin Maimoen di Tanon, kemarin.

Bupati menguraikan upaya menekan kemiskinan sebenarnya tak henti dilakukan. Berbagai cara telah dilakukan namun ternyata hasilnya tidak mampu menurunkan angka kemiskinan meski hanya 1 persen.

Baca Juga :  Gandeng Koramil 20/Plupuh, SMKN 1 Plupuh Gelar SKANIP Berbagi Kebahagian

Ia juga heran karena angka kemiskinan itu berbanding terbalik dengan angka pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sragen.

Padahal saat ini pertumbuhan ekonomi dan IPM Sragen sudah meningkat melampaui rata-rata Provinsi Jateng.

“Kami coba membuat road map untuk menurunkan angka kemiskinan itu. Tapi kok ya angkanya justru naik ” ujarnya penasaran.

Bupati Yuni bahkan mengaku sempat berkunjung ke Badan Pusat Statistik (BPS) Sragen dilanjutkan BPS Provinsi Jateng untuk mencari tahu mengapa Sragen masih masuk zona merah kemiskinan di Jawa Tengah.

Ternyata ia curiga dengan metode survei yang dilakukan oleh BPS. Sebab metodenya hanya melakukan survei dengan 10 sampai 20 sampling per kecamatan.

“Kami tanya tentang management survei di BPS. Ternyata ketika survei ada 10-20 orang yang ditanyai setiap kecamatan. Padahal penduduk Sragen sudah satu juta lebih, tentu tidak bisa mewakili,”BB urainya.

Baca Juga :  AKBP Petrus Parningotan Silalahi Kapolres Sragen Pimpin Penanaman Jagung Program Satu Juta Hektar di Lahan Perhutani KPH Telawa Miri

Setelah mendapatkan penjelasan itu, Yuni bertekad untuk menggerakkan semua potensi di Kabupaten Sragen, seperti Baznas, Lazismu, Lazisnu, hingga CSR perusahaan.

Bahkan Yuni mengatakan Bank Jateng telah menyumbangkan Rp 1 miliar untuk pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Sragen namun juga tidak menurunkan angka kemiskinan di Sragen. Wardoyo