JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Satu Perangkat Desa Pengkol Sragen Tewas Kesetrum Jebakan Tikus. Bhabinkamtibmas Terjun Pasang Ini di Sawah-Sawah

Tim Polsek Tanon saat melakukan olah TKP di lokasi sawah tempat kejadian perangkat desa Pengkol tewas kesetrum jebakan tikus, Kamis (10/9/2020) malam. Foto/Wardoyo
ย ย ย 

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Serangan hama tikus yang makin merajalela terus menjadi momok menakutkan bagi petani di Sragen.

Belum adanya solusi dan perhatian Pemkab untuk pemberantasan, memaksa petani menempuh upaya sangat berisiko yakni menggunakan setrum jebakan tikus.

Sayang, meski 22 nyawa sudah melayang dalam dua tahun terakhir, petani tak juga berhenti untuk menggunakan setrum jebakan tikus.

Salah satunya di Desa Pengkol, Kecamatan Tanon. Satu perangkat desa wilayah itu, Supomo meninggal dunia setelah kesetrum jebakan tikus yang dipasang di sawah bengkoknya.

Kondisi tersebut mengetuk inisiatif anggota Polres Sragen, Bripka Dwi Santoso untuk andil mengatasi masalah hama tikus.

Inisiatif muncul setelah ada korban perangkat Desa Pengkol, Kecamatan Tanon, Sragen yang terkena perangkap jebakan tikus listrik berapa saat lalu.

Sebagai anggota bhabinkamtibmas Desa Pengkol, Bripka Dwi Santoso tergerak untuk membantu pemerintah desa dalam menyikapi permasalahan yang kini di hadapi petani.

Selama ini populasi burung hantu liar jenis tito alba cukup banyak di wilayah Desa Pengkol.

Hanya saja tidak ada pagupon (rumah burung hantu) yang ada di areal persawahan.

Bripka Dwi bersama Pemerintah Desa Pengkol kemudian saweran (iuran) membuat pagupon untuk dipasang di area persawahan.

“Pendirian rubasan atau pagupon untuk rumah singgah burung hantu jenis tyto alba. Memang pembasmian hama tikus tidak bisa instan, namun cara ini prosesnya jangka panjang setidaknya tidak membahayakan nyawa orang tentunya juga ramah lingkungan,” kata Bripka Dwi Santosa di sela – sela peninjauan pagupan di Desa Pengkol, Selasa (12/1/2022).

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

Dwi menyampaikan serangan tikus ini dinilai sangat meresahkan bagi petani. Beberapa upaya pengendalian tikus yang dilakukan kelompok tani seperti teknik emposan, gropyokan, bahkan sampai nekat menggunakan jebakan listrik.

Menurutnya perlu keseimbangan alam dengan mengembangbiakkan musuh alami tikus yaitu burung hantu tyto alba atau burung hantu lokal.

Hama tikus ini karena terputusnya rantai makanan di alam. Pemanfaatan burung hantu liar sebagai pembasmi alami akan terganggu jika ada jebakan listrik karena gemerlap lampu,” jelasnya.

Upaya yang dilakukan oleh Dwi saat ini, terbukti persawahan yang berada di kawasan kebayanan satu yang kini jadi pilot project pengendalian hama tikus secara alami dapat di tekan.

Di sisi lain, Dwi juga bakal mengembangkan pemasangan pagupon ke kebayanan lain.

Satu Perangkat Desa Tewas

Sementara, Sekertaris Pemerintah Desa Pengkol, Heri Puwanto mengapresiasi Bripka Dwi Santoso yang saat ini juga sebagai Bhabinkabtimas Desa Pengkol atas inovasi dan kepedulian menjaga populasi burung hantu liar untuk membantu petani dalam menekan hama tikus.

“Ide pak dwi sangat luar biasa saat ini terbukti di wilayah kebayanan satu. Sebetulnya rencana pemerintah bersama pak Dwi sudah lama. Ketika mau memulai rencana itu menyusul satu perangkat kita menjadi korban jebakan tikus,” ungkap Sekdes Pengkol.

Baca Juga :  Harga Gas LPG 3 Kg di Sragen Naik Ugal Ugalan Per Tabung Tembus Rp 30000 Warga: Sudah Terjadi 1 Minggu Sebelum Lebaran Idul Fitri

Dikatakan Heri, bersama bhabinkabtimas kedepan akan terus mendorong pendirian pagupon untuk menekan populasi hama tikus.

Selain itu, dirinya menghimbau untuk tidak memasang jebakan tikus dengan listrik.

“Tinggalkan jebakan listrik sudah banyak saudara kita kita jadi korban,” tandasnya.

Seperti diketahui, perangkat desa Pengkol, Supomo (53) tewas pada Kamis (10/9/2020) malam Jumat usai kesetrum jebakan tikus di sawahnya sendiri.

Perangkat desa asal Dukuh Kranggan RT 21 yang menjabat Kasi Pelayanan itu ditemukan meregang nyawa di sawahnya di Dukuh Kranggan, Desa Pengkol, Tanon pukul 20.00 WIB.

Data yang dihimpun di lapangan, kejadian kali pertama diketahui putranya, Abriyan (16). Ceritanya, pukul 18.00 WIB ia curiga dengan bapaknya yang belum pulang.

Kemudian ia mencari ke balai desa karena mengira bapaknya masih kerja di balai desa. Namun tenyata korban tidak ada di balai desa.

Setelah itu, ia bersama tetangga berinisiatif mencari ke sawah. Tak dinyana, keduanya kaget dan menemukan korban dalam kondisi meninggal dunia.

Saat ditemukan, korban dalam kondisi sudak tidak bernyawa dalam posisi tengkurap. Dari kondisi fisik, kaki korban mengalami luka bakar menyentuh kabel listrik perangkap tikus. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com