JOGJA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa bilang sukses di bidang pendidikan hanya monopoli orang dengan ekonomi cukup. Kisah sukses anak dari keluarga dengan keterbatasan pun sudah banyak mencuat.
Seperti ditunjukkan oleh mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bernama Olivia Nike Purnomo ini.
Meski hanya anak dari seorang sopir bus, Nike sukses membuka mata publik dengan prestasi menterengnya.
Ya, putri dari Yoyok Purnomo itu berhasil meraih predikat cumlaude pada wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode Februari 2022 dengan IPK 3,82.
Mahasiswi itu cumlaude usai menamatkan kuliahnya di prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi.
Namun sukses yang diraih Nike bukan hadir secara kebetulan. Perjuangan keras dan panjang harus ia lalui.
Ia mengisahkan meski keluarganya termasuk golongan menengah kebawah, namun keluarga utamanya kedua orangtuanya memang sangat concern dengan pendidikan anak- anaknya.
Meski harus susah payah membiayai, tekad besar orangtuanya adalah mendorong anak menempuh pendidikan tinggi.
“Ketika SD, orangtua saya kesulitan membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) anak-anaknya. ?arena kebetulan kami bersekolah di sekolah swasta yang pada saat itu nominalnya terbilang mahal untuk kami,” kata Nike seperti dikutip di laman resmi UNY pada Selasa, 15 Maret 2022.
Nike bercerita pernah diminta gurunya untuk tinggal kelas karena belum melunasi SPP.
Namun, dengan upaya orang tuanya bekerja keras, Nike bisa lulus SD tanpa tinggal kelas. Walaupun penuh rintangan, Nike juga bisa masuk SMP negeri dengan gratis.
Diterimanya Nike di SMP negeri cukup meringankan beban orang tuanya, yang saat itu harus membiayai kakak Nike sekolah SMA dan adik Nike di SD.
Selama sekolah di SMP Nike mendapat bantuan BOS sehingga dapat SPP gratis sampai lulus. Setelah dari SMP, Nike meneruskan ke SMA negeri dan berhasil diterima di SMA negeri favorit di kota Magelang.
Alumni SMAN 3 Magelang itu mengaku tidak pernah ikut les atau bimbingan belajar. Dia juga tidak punya akses internet di rumah sehingga hanya bisa mengandalkan buku pelajaran untuk belajar,
Segala keterbatasan itu tak membuat Nike menyerah untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri.
Sekalipun dia gagal di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri, dia tetap mencoba jalur lain yakni seleksi mandiri di UNY.
Dia diterima dengan bantuan uang kuliah tunggal rendah. Di UNY, dia pun menerima beasiswa bidik misi. Uang beasiswa tersebut dapat membantunya menyewa kos di sekitar kampus.
Ketika awal pandemi, ayahnya tidak bekerja dalam waktu yang lama. Ibu Nike akhirnya mulai berjualan nasi goreng, kue kering, dan nasi kotak untuk kebutuhan sehari-hari.
Sejak itu, Nike dan adiknya membantu ibu berjualan. Pagi-siang persiapan bahan, sore-malam berjualan.
“Saat pandemi berlangsung kuliah di online sehingga dapat menghemat uang kos,” ujar gadis kelahiran 1999 itu.
Pada awal 2021, Nike mulai mengajar les privat untuk anak SD-SMP. Kesibukannya itu tetap memperhatikan kuliahnya.
Nike mengerjakan tugas akhir skripsi dibarengi membantu ibunya berjualan dan di sela-sela mengajar les privat.
Dia tidak pernah menunda mengerjakan revisi dari dosen pembimbing dengan harapan skripsinya cepat selesai.
Dikerjakan secara maraton, Nike biasanya mengerjakan 1 bab per hari bahkan pernah mengerjakan bab 1, 2 dan 3 dalam waktu 2 hari.
“Saya terkadang tidak tidur dan tidak makan saat mengerjakan skripsi. Hal tersebut saya lakukan karena laptop akan digunakan adik saya untuk kuliah,” ujarnya.
Hingga akhirnya Januari 2022, Nike yudisium dan ikut wisuda UNY di bulan Februari. “Kedua orang tua saya yang hanya sopir bus dan penjual nasi goreng dapat mengantarkan anaknya bergelar sarjana, hanya ini kebahagiaan yang bisa saya berikan untuk mereka,” ujarnya.