JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Kerja Keras Sejak Kuliah, Anak Pedagang Bawang Asal Sidoharjo Sragen Sukses Jadi Pengusaha Otomotif di Usia Masih Sangat Muda

Dimas Kuncoro (kiri) pengusaha muda yang sukses di usaha jual beli mobil dan otomotif asal Taraman, Sidoharjo, Sragen saat mengecek mobil bekas yang hendak dibelinya untuk dagangan. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perjuangan tak akan pernah mengkhianati hasil. Ungkapan itu agaknya klop untuk menggambarkan perjalanan Dimas Kuncoro, pemuda asal Desa Taraman, Sidoharjo, Sragen.

Berkat ketekunannya sejak sekolah hingga kuliah, pemuda kelahiran 19 Januari 1997 itu kini menjelma menjadi salah satu pengusaha muda nan sukses di Sragen.

Meski belum lama lulus kuliah, ia sudah memiliki showroom dan bisnis otomotif serta jual-beli mobil di usia baru menginjak 25 tahun.

Namun apa yang diraih pengusaha yang akrab disapa Kuncoro itu diraih dengan perjuangan tak mudah. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , ia mengatakan ia lahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara.

Lahir dari orangtua yang hanya berprofesi pedagang bawang merah, membuat mentalnya sudah terasah sejak kecil.

“Bapak saya hanya pedagang Brambang atau bawang merah. Dari kecil memang dididik kerja keras. Saya TK di Sragen, SD sempat 1 tahun di Solo, lalu lulus SD mondok di Al Mukmin Ngruki. Setelah itu SMA di Al Islam dan lanjut kuliah di UMS jurusan manajemen internasional,” paparnya Sabtu (21/5/2022).

Kuncoro menguraikan semasa kuliah, dirinya sudah mulai aktif di organisasi. Prestasinya pun terbilang cukup bagus hingga mengantarnya terpilih mengikuti pertukaran pelajar dan studi banding di Taiwan.

Hal itu makin melecut semangatnya untuk terus aktif belajar dan berorganisasi. Lantas ia bergabung dengan Forum Komunikasi Santri Indonesia (Foksi) yang mewadahi para santri dari berbagai civitas akademika di Indonesia.

Baca Juga :  Geger di Jembatan Gunung Kemukus Sragen, Warga Menemukan Pria Tanpa Identitas Dalam Kondisi Sakit, Polisi Dibantu Warga Lakukan Evakuasi

Meski aktif di bidang organisasi santri, ia Kuncoro mengaku juga selalu menyempatkan waktu untuk utak-atik motor dan mobil yang menjadi hobinya.

Berkat kedekatannya dengan dunia otomotif, akhirnya ia mulai tertarik untuk merintis bisnis otomotif memanfaatkan waktu luang selama kuliah.

“Waktu itu semester 4, saya mulai ikut kakak saya yang sudah bisnis mobil bekas di Jakarta. Kadang saya ikut ke Jakarta, ngecek mobil bekas, kalau bagus dibawa kita jual ke Sragen,” urai pengusaha muda yang berpenampilan sederhana itu.

Dimas Kuncoro bersama bapaknya di kios bawang dan sembako yang selama ini mendidiknya menjadi wirausahawan. Foto/Wardoyo

Dari pengalaman belajar dari kakaknya itulah, Kuncoro akhirnya tertarik dan kemudian merintis bisnis jual-beli mobil sendiri.

Di sela waktu luang kuliah, ia manfaatkan untuk mencari dagangan mobil ke Jakarta hingga luar Jawa. Keuntungan yang ia peroleh bisa digunakan membiayai kuliah serta menambah modal usaha.

Bisnis itu berlanjut sampai selepas kuliah. Hingga 5 tahun berjalan, kini ia sudah bisa memiliki showroom sendiri di Taraman Sidoharjo.

“Stok dagangan mobil ada sekitar 8 yang di Sragen, ada juga di Jakarta. Kalau ada yang minta tolong dicarikan mobil, juga kita carikan. Dulu saya sempat sampai Palembang nyari mobil karena dulu di sana terkenal harga agak murah. Tapi sekarang kebalik, di sana sudah mahal sehingga kita nyarinya banyak ke Jakarta,” urainya.

Baca Juga :  Geger, Petani di Desa Baleharjo Sragen Tewas Kesetrum Listrik di Area Persawahan Dengan Kondisi Mengenaskan

Ia mengaku bisnis otomotif dipilih lantaran sesuai dengan passion dan hobinya yang suka utak atik mesin. Kemudian peluang pasar masih tinggi dan keuntungan dirasa lumayan.

Namun, jiwa wirausaha itu diakui memang sudah mengalir dari didikan orangtuanya.

“Saya sejak kuliah memang sudah nyambi kerja nyari tambahan biaya sendiri. Jadi sudah terbiasa kerja keras,” imbuhnya.

Meski aktif di bisnis, Kuncoro tak melupakan basicnya sebagai santri dan dunia pesantren yang sudah digeluti sejak kecil.

Bahkan pengalamannya sebagai pebisnis muda, tak lupa ia tularkan ke kalangan santri di sejumlah pondok pesantren melalui sosialisasi dan penyuluhan.

“Iya, saya senang memberikan penyuluhan di pesantren-pesantren, beberapa kali di Jakarta dan Jatim. Salah satunya di Tebu Ireng. Penyuluhan soal minat bakat dan merintis ekonomi kreatif sesuai dengan ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah. Karena saya melihat banyak anak-anak di pesantren yang kadang masih pasif. Mereka kadang pingin usaha tapi ilmu manajemennya belum bisa. Makanya kita beri penyuluhan dan motivasi biar bisa maju. Nanti di Sragen, saya juga siap memberi penyuluhan wirausaha ke pesantren-pesantren,” terangnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com