BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali terus diwaspadai. Apalagi, selama lima bulan terakhir, ada dua kasus kematian akibat DBD.
Menurut Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, ada dua kasus kematian akibat DBD. Temuan tersebut terjadi di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo dan Desa Sambeng, Kecamatan Juwangi.
Dijelaskan, pemeriksaan terhadap potensi DBD juga terus dilakukan.
“Begitu ada laporan dari Rumah Sakit (RS) maupun Puskesmas langsung ditindak lanjuti dengan penyelidikan epidemologi (PE),” katanya, Kamis (2/6/2022).
Berdasarkan data hingga akhir Mei, sudah ada 298 pasien yang diperiksa. Dengan rincian 171 kasus demam dengue (DD), BDB sebanyak 95 kasus, demam sock syndrome (DSS) 23 kasus dan 9 kasus diagnosa lain.
“Kemudian ada dua kasus kematian akibat DBD ini.”
Diakui, sebenarnya tingkat paparan DB dan DBD mulai melandai. Selama kurun lima bulan, puncak kasus DBD terjadi pada Januari dengan 40 kasus.
Kemudian pada Februari sempat turun menjadi 20 kasus. Paparan DBD mulai naik lagi pada Maret dengan 21 kasus dan April 25 kasus.
“Lalu melandai lagi pada bulan lalu dengan 12 kasus. Tentu menjadi kewaspadaan karena sudah ada kasus kematian.”
Diungkapkan, tidak semua gejala bisa mengindikasikan positif DBD. Perlu pemeriksaan medis dan PE. Jika ditemukan kasus baru dalam radius 100 meter di sekitar lokasi temuan awal, maka akan dilakukan fogging focus.
Apalagi, dari banyak laporan terkait DBD yang masuk, namun, setelah pemeriksaan, tidak semua tercatat sebagai DBD.
Lebih lanjut data Dinkes Boyolali pada 2021 terdapat 492 laporan yang masuk. Dari jumlah tersebut hanya ada 162 temuan DBD.
“Sisanya, sebanyak 256 mengalami demam dengue, 26 kasus demam sock syndrome dan 48 diagnosa lain.”
Tingginya kasus DBD juga dipicu faktor cuaca yang berubah-ubah. Terkadang hujan berlanjut terik membuat nyamuk pembawa virus dengue ini mudah berkembang biak. Sebab air hujan menjadi wadah nyamuk untuk bertelur.
“Kemudian panas membuat jentik-jentik bisa berkembang menjadi nyamuk. Berbeda kalau musim hujan terus, mungkin malah nyamuk nggak ada.”
Untuk itu, pihaknya juga mengajak masyarakat lebih aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Hal ini dinilai lebih efektif untuk meminimalisir potensi perkembangbiakan nyamuk aedes aegepty. Waskita