JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Perlu Tahu, 50 % Lebih Batik di Solo Ternyata Diproduksi dari Sragen. Perajin Batik Pilang Masaran Didorong Ciptakan Ciri Khas!

Para pakar dan perwakilan dari Kementerian Parekraf saat memberikan paparan dalam acara BISA Fest mengupas soal prospek batik Pilang Masaran di Balai Desa Pilang, Kamis (21/7/2022). Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Batik produksi Desa Wisata Batik Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen dinilai sangat prospektif untuk dikenal lebih luas lagi.

Namun diperlukan ciri khas dan pengenalan lebih massif untuk menggaungkan Batik Pilang agar bisa bersaing dengan Batik produk daerah lain seperti Batik Solo dan Pekalongan.

Hal itu terungkap dalam BISA Fest Desa Wisata Batik Pilang atau festival bersih, indah, sehat dan aman (BISA) di balai Desa Pilang, Masaran, Kamis (21/7/2022).

Acara yang diprakarsai Kemenparekraf bersama Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wiludjeng Pramestuti itu dihadiri puluhan pengusaha dan perajin batik di desa setempat.

Perwakilan Direktorat Event Daerah Kemenparekraf sekaligus Sub Koordinator Event wilayah II A,
Rosalin Ketrina K memandang Batik Pilang sebenarnya cukup potensial karena banyak ditopang oleh perajin.

Namun menurutnya, dibutuhkan identitas atau ciri khas yang dikuatkan dengan narasi agar membedakan dengan batik produksi daerah lain.

“Penting untuk menciptakan identitas batik Pilang ini ciri khasnya apa. Misalnya motif ini maknanya apa, apa yang membedakan dengan motif batik lain. Kalau sudah siap dengan identitas itu nanti tinggal dikenalkan ke sosial media yang selama ini menjadi media pemasaran paling mudah dan menjangkau masyarakat,” paparnya saat memberi sambutan.

Sementara, salah satu pakar yang dihadirkan, Aulia Assahidin menyampaikan produksi Batik Pilang sebenarnya menguasai hampir 50 persen lebih pasar di Solo.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

Dari pantauannya, banyak pengusaha batik di Pilang juga terbilang cukup sukses yang dibuktikan rumah mereka bagus dan memiliki mobil.

Akan tetapi ia melihat cerita sukses itu belum banyak terekspos di media sehingga nama Batik Pilang selama ini seolah kalah terkenal dibanding produksi Solo maupun Pekalongan.

“Beda dengan Batik Solo, Rembang, Pekalongan dan Jogja yang lebih dikenal. Ini kecelakaan sejarah yang harus segera diubah. Karena kalau bicara batik, 50 persen batik yang beredar di Solo salah satunya produksi dari Sragen. Nah, harusnya batik Pilang Sragen ini minimal punya identitas sendiri,” ujarnya.

Karenanya ia juga mendorong agar perajin batik di Pilang bisa berkreasi menciptakan motif batik khas Pilang atau ciri khusus yang membedakan dengan batik lain.

Jika belum punya ciri khas motif khas, para perajin bisa berkreasi dengan prinsip ATM. Yakni amati motif yang sudah beredar, tiru atau menirunya dan lakukan modifikasi motif sehingga akan lebih menarik.

Identitas juga bisa diciptakan dengan mendesain motif yang variatif dan menyesuaikan pangsa pasar. Misalnya berkreasi dengan membuat motif batik Korea atau motif batik kekinian untuk kalangan muda.

“Seperti kaos Joger di Bali atau Dagadu Jogja, orang belum ngaku ke Bali kalau belum bawa oleh-oleh kaos itu. Nah sama, dengan ada ciri khas Batik Pilang, maka nanti jangan pernah ngaku ke Sragen kalau belum beli Batik Pilang. Memang ada motif Blakasuta di Batik Pilang tapi belum menjadi sebuah kemandirian,” urainya.

Baca Juga :  Harga Gas LPG 3 Kg di Sragen Naik Ugal Ugalan Per Tabung Tembus Rp 30000 Warga: Sudah Terjadi 1 Minggu Sebelum Lebaran Idul Fitri

Pemasaran Via Medsos

Untuk pemasaran, ia menyarankan bisa memanfaatkan media sosial seperti Instagram pribadi yang kini bisa dikoneksikan langsung ke WhatsApp untuk pemesanan.

Perajin atau pengusaha disarankan tidak terpancang dengan platform market place besar seperti Shopee, Bukalapak, Tokopedia dan lainnya yang persyaratan banyak dan potongan juga besar.

“Bisa dimulai memasarkan dengan IG pribadi. Nanti langsung dikoneksikan dengan WA bisnis. Jadi yang mau pesan langsung bisa kontak ke WA,” imbuhnya.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wiludjeng Pramestuti saat mencoba belajar membatik tulis bersama perajin batik dalam acara BISA Fest di Balai Desa Pilang, Masaran, Masaran, Kamis (21/7/2022). Foto/Wardoyo

Kades Pilang, Sukisno menyampaikan di desanya, membatik ibarat sudah menjadi profesi yang ditekuni turun temurun oleh hampir mayoritas warga.

Namun ada beberapa kendala yang dihadapi perajin yang berjumlah sekitar 130an KK.

Mulai dari modal, manajemen hingga pemasaran. Selain itu kurangnya tenaga ahli desain juga membuat perajin kesulitan menciptakan motif khas.

“Harapan kami nanti bisa ada pendampingan untuk perajin agar bisa menciptakan batik khas Pilang. Sehingga motif tidak monoton dan bisa jadi ciri khas batik Pilang. Untuk pemasaran rencana kami akan kami buat sentra penjualan batik di balai desa,” ujarnya.

Kepala Disporapar Sragen, Yuniarti menyampaikan batik tulis di Pilang Masaran sudah ada sejak tahun 1880. Selama ini, Pemkab melalui dinasnya sudah terus berupaya mengenalkan produk batik khas Desa Wisata Pilang dan desa batik lainnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com