![Pesulap Merah (kiri) dan Gus Samsudin (kanan). Dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival. Tangkap layar YouTube Marcel Radhival Pesulap Merah (kiri) dan Gus Samsudin (kanan). Dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival. Tangkap layar YouTube Marcel Radhival](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2022/08/pesulap-merah-dan-gus-samsudin.jpg?resize=640%2C359&ssl=1)
JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pesulap Merah, Marcel Radhival elalui kanal Youtube membongkar dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin.
Menurut Pesulap Merah, teknik yang dilakukan oleh Gus Samsudin hanya teknik sulap receh dan tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Gus Samsudin memiliki Padepokan bernama Padepokan Nur Dzat Sejati yang berlokasi di Desa Rejowinangun, RT 02/04, Kecamatan Kademangan, Blitar, Jawa Timur.
Menanggapi itu hal itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan praktik perdukunan seperti itu.
Dirinya melarang umat Islam untuk menganggap dukun seperti kiai.
“Kita harus selektif. Kita kan kadang dukun dikiaikan, itu salah. Jangan kiaikan dukun. Masyarakat mesti ditekankan bahwa kalau karomah itu tidak diobral-obral,” ujar Gus Fahrur yang dilansir laman NU Online, Selasa (2/8/2022).
Menurut Gus Fahrur, karomah yang diberikan kepada seorang kiai berbeda dengan trik-trik yang dikeluarkan dukun.
Karomah tersebut, menurut Gus Fahrur, tidak diperuntukan untuk tujuan komersil.
“Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersil atau konten. (Kalau dukun) itu tipuan, sihir, atau sulap,” ungkap Gus Fahrur.
Menurut Gus Fahrur, karomah seseorang bisa dilihat dan dibuktikan bukan dari keanehan-keanehan yang dilakukan, tetapi ilmu dan amal.
Para kiai yang memiliki karomah, kata Gus Fahrur, adalah mereka yang mengikuti sunnah dan syariat.
“Ukurannya bukan aneh. Nabi tidak mengajari yang aneh-aneh. Mengajari shalat dan kebaikan. Tapi ukurannya Nabi. Kalau (perilaku) mereka tidak cocok dengan Nabi atau walaupun bisa terbang, tetap itu bukan wali,” jelas Gus Fahrur.
Dirinya berharap masyarakat menyadari fenomena keanehan di luar nalar yang kerap terjadi, agar tidak tertipu praktik perdukunan.