JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Bikin Haru, Pidato Terakhir Sekda Sragen Tatag Prabawanto Jelang Pensiun. Tak Pernah Menyesal Jadi Korban Hingga Titip 3 Pesan!

Sekda Sragen, Tatag Prabawanto. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hari-hari terakhir menjelang purna tugas, Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto tak henti menghadirkan cerita mengharukan.

Salah satunya, saat membawakan pidato terakhirnya di upacara Peringatan Sumpah Pemuda, Jumat (28/10/2022). Di hadapan jajaran pejabat dan PNS yang hadir, Tatag menyampaikan pidato terakhirnya dengan penuh makna mendalam.

Diawali dengan perjalanannya menjadi abdi negara di Karanganyar, ia kemudian hijrah ke kampung halaman mengabdi di Sragen pada 2013 silam di masa pemerintahan Bupati Agus Fatchur Rahman.

Meski ganti kepemimpinan Bupati Yuni, jabatan Sekda tetap diamanahkan kepadanya meski sempat diiringi suara kontra di awal.

“Saya mengabdi selaku ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sragen selama 9 tahun 5 bulan 11 hari. Jabatan sekretaris daerah yang saya emban bukan merupakan ambisi atau cita-cita pribadi terlebih mimpi menjabat di Kabupaten Sragen meskipun saya menempati mulai lahir sampai saat ini di Bumi Sukowati. Semua ini karena mendapatkan sebuah panggilan kebangsaan yang diberikan kepada saya ikut mewakafkan tenaga pikiran di Sragen Bumi Sukowati, saat itu 21 Mei 2013, pulang kembali ke ibu pertiwi Sragen Bumi Sukowati dilantik menjabat sekretaris daerah. Saya harus pulang ke Sragen dengan perasaan bangga untuk bahu membahu berjuang, menderita, bahagia, senang, menangis dan merayakan kebersamaan dalam suka duka dengan seluruh jajaran ASN di Kabupaten Sragen,” ujarnya.

Baca Juga :  Pupuk Subsidi di Sragen Dijual Bebas di Media Sosial Facebook, Politikus Senior Sragen Bambang Widjo Purwanto: Kok Dibiarkan, Apa Peran KP3 Dalam Pengawasan?

Bersama pemangku kepentingan dan kebijaksanaan bahkan dengan seluruh
lapisan masyarakat Kabupaten Sragen, Tatag menyebut semua itu merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan di hidupnya.

Sekalipun dalam perjalanan mengemban amanah di lingkungan pemerintah dan mayarakat Kabupaten Sragen, ia mengaku tidak
menyesali ketika harus menjadi korban.

Ia harus tetap bahagia, yang mana bahagia itu bukan berarti tanpa ada badai, tanpa ada keletihan, tanpa ada musibah ataupun tanpa ada kekecewaan.

Sebab ia meyakini dari semua itu paling
tidak ia telah dicatat menjadi bagian kecil sejarah di Kabupaten Sragen.

“Sejarah adalah bagian dari masa lalu kehidupan, keberadaannya bisa dipelajari untuk memahami bagaimana kita dan menjadi apa kita saat ini. Saya bangga bahwa semua tugas bisa kita laksanakan dengan baik, dengan semangat Guyub Rukun, gotong royong dan tidak saling menyalahkan ataupun mencari kambing hitam. Tetapi bisa saling mengisi
kekurangan yang ada maupun saling melengkapi,” urainya.

Dalam rentang pengabdiannya, ia merasa Sragen membuat hidupnya berharga meskipun banyak tantangan.

Salah paham di tengah situasi krisis dan perbedaan friksi dinilainya bukanlah takdir yang tak pernah ia cintai. Semua itu tak akan pernah ia lupakan karena ia pernah mengalami tahun-tahun yang luar biasa.

Baca Juga :  Usai Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Ketua Umum Gribranholic Sudirman Dukung Prabowo Gibran Menuju Indonesia Emas

“Bagaimana saya harus pulang
mengabdi dengan dipenuhi pergolakan jiwa dan raga untuk berbakti di Kabupaten Sragen dengan sepenuh hati. Yang akhirnya menjadikan saya sangat bangga dengan Bumi Sukowati. Perpisahan ini memang tidak mudah, tetapi mau tidak mau harusdilakukan. Saatnya akan tiba pada 31 Oktober 2022. Saya harus mengucapkan selamat berpisah selaku ASN dengan segala atribut yang melekat pada saya, juga perlu saya sampaikan apa yang telah saya perbuat selama ini untuk Sragen saya laksanakan dengan hati dan kasih sayang maupun tentunya segala warna-warni pernak pernik dinamika pemerintahan maupun kehidupan sosial kemasyarakatan yang harus saya laksanakan dengan keikhlasan hati,” imbuhnya.

Di bagian akhir, Tatag menyampaikan dirinya tidak menakar seberapa banyak materi, tenaga dan pikiran yang ia terima. Sebab menurutnya itu adalah bentuk seberapa besar rasa saya memiliki dan mencintai serta mendharmabaktikan hidupnya untuk Sragen.

Ia juga berharap Sragen dengan kepemimpinan Bupati Yuni dapat menyelesaikan program – programnya sampai berakhirnya masa tugas Bupati.

Kepada seluruh pemangku kepentingan
dan khususnya kepada segenap ASN, ia tak lupa menitipkan tiga pesan terakhirnya.

“Ketika duduk jangan lupa menjadi manusia, di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan ketika aku mengkhianati dirimu pada hakekatnya aku mengkhianati diriku sendiri,” tandas Tatag. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com