Beranda Daerah Boyolali Uniknya Tradisi Kenduri Udan Dawet di Desa Banyuanyar, Boyolali

Uniknya Tradisi Kenduri Udan Dawet di Desa Banyuanyar, Boyolali

Tradisi kenduri udan dawet di Desa Banyuanyar, Boyolali  / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Ritual kenduri udan dawet digelar warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Jumat (14/10/2022). Tradisi turun- temurun yang sudah berlangsung ratusan tahun ini berlangsung meriah.

Riual kenduri diawali dengan kirab gunungan. Yaitu, gunungan tumpeng rasulan, tenongan jajanan pasar, gunungan hasil bumi setinggi 1,8 meter dan gunungan dawet setinggi 1,8 meter. Kemudian diikuti kirab tenongan bulat oleh para warga.

Bahkan, sebagian warga membawa tampah berisi ingkung ayam jawa, lengkap dengan nasi dan makanan pendukung. Kirab berawal dari Masjid An-Nur Dukuh Bunder, Desa Banyuanyar dibawa ke Sendang Manderejo sejauh 250 meter. Barusan menarik karena para peserta memakai pakaian adat.
Sesampai di sendang, warga duduk bersama di dekat mata air. Kemudian dilanjutkan doa bersama yang dipimpin tokoh masyarakat setempat. Baru berlanjut dengan tradisi udan buyut. Yakni menyiramkan minuman dawet ke dalam sendang Mandirejo yang dilakukan tiga sesepuh dari tiga dukuh.

Setelah itu, warga berebut dawet yang terdapat di gunungan. Acara diakhiri dengan makan bersama. Seluruh nasi dan lauk pauk, berupa ingkung ayam jawa, kerupuk dan sambal goreng serta minuman dawet dibagikan merata ke seluruh warga.

Baca Juga :  Alif Basuki, Pemerhati Kebijakan Publik Wanti-wanti Kades Cairkan Bankeu Ini Alasannya

Menurut Kades Banyuanyar, Komarudin, kenduri udan dawet ini merupakan tradisi turun- temurun. Tradisi ini bertujuan untuk meminta hujan pada Yang Maha Kuasa karena telah memasuki mongso tandur atau masa tanam. Yakni masa tanam palawija seperti jahe, kopi, jagung dan lainnya.

Tradisi berumur ratusan tahun itu terus digelar tiap tahunnya. Digelar setiap Jum’at pon mongso papat pada penanggalan Jawa. Masa peralihan dari musim kemarau menuju penghujan. Namun, tahun ini harus mundur pada mongso limo di mongso papat tak ada Jumat pon.

“Kami berharap acara tradisi ini bisa menarik wisatawan, sekaligus mendukung pengembangan Desa Wisata Banyuanyar. Bagi kami, hujan adalah air sebagai sumber penghidupan. Dan desa ini namanya Banyuanyar, (Air baru) harapannya selalu datang air baru yang membawa berkah dan bisa dimanfaatkan warga.”

Acara tersebut juga mendapat apresiasi Bupati Boyolali M Said Hidayat. Bahkan, bupati yang hadir juga turut serta melakukan ritual dengan menyiramkan minuman dawet ke Sendang Manderejo. Diharapkan, tradisi tersebut bisa dilestarikan dan terus dikembangkan.

“Ini bisa menjadi potensi wisata sehingga perlu untuk dikembangkan.”

Baca Juga :  Tempat Parkir Motor di Desa Butuh, Boyolali Terbakar, 36 Motor Tinggal Kerangka

Salah satu warga, Sri Giyatmi mengaku senang dengan adanya tradisi ini.

“Senang banget. Dari kemarin sudah sibuk memasak buat hari ini. Baik ayam ingkungnya maupun dawetnya. Tapi senang, bisa berbagi dan makan bersama-sama.”

Apalagi, ritual tersebut adalah tradisi turun temurun sejak lama yang masih dilestarikan hingga kini. Dia berharap setelah menggelar acara ini bisa mendatangkan berkah bagi seluruh warga desa. Baik rezeki, kesehatan dan berkah melimpah. Waskita