JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah lama ditunggu-tunggu, penunjukan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 dari PDIP telah menimbulkan kontraksi-kontraksi politik bagi partai.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro.
Dikatakan, kontraksi politik itu dialami partai yang bergabung di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Perubahan untuk Perbaikan (KPP).
“Setidaknya bagi koalisi pemerintah saat ini kecuali Nasdem, dengan dideklarasikannya Ganjar sebagai capres semakin jelas siapa yang diusung,” ujarnya, Sabtu (22/4/2023).
Agung mengatakan, tak bisa dipungkiri mengusung Ganjar sebagai capres PDIP, akan menimbulkan tarikan politik yang kuat soal capres siapa yang akan didukung.
Apalagi, jika menimbang elektabilitas Prabowo dan Gerindra sedang dalam tren kenaikan pascapenolakan PDIP terhadap Timnas Israel U20.
“Di titik inilah peran Presiden Jokowi begitu krusial,” ucapnya.
Agung menyebutkan sosok presiden, selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, kini Jokowi menempatkan diri sebagai penentu capres (the king maker) untuk pilpres 2024.
Peran Jokowi sebagai The King Maker ini penting karena tingkat kepuasan publik terhadap Presiden yang tinggi.
“Ini ditambah ekses dua pilpres sebelumnya, 2014 dan 2019, yang begitu tajam sehingga memunculkan pendukung laten Jokowi yang loyal,” ujarnya.
Harapan Presiden Jokowi sebagai The King Maker, kata Agung, begitu besar untuk memuluskan misinya menjaga warisan kebijakan (legacy) pemerintahan saat ini.
Pertama, jalan PDIP menang hattrick dalam Pilpres dan Pileg akan semakin mudah bila mampu berkolaborasi dengan Presiden Jokowi dalam mengkonsolidasikan KIB dan KKIR dalam koalisi besar.
“Walaupun ini bukan pekerjaan mudah, menimbang di setiap poros prapilpres sudah mengemuka nama capres-cawapres yang akan diusung,” ujarnya.
Menurut Agung, setiap mitra politik di koalisi KIR dan KIB masing-masing menginginkan tiket capres. Misalnya, bagaimana nasib Airlangga Hartarto yang menginginkan tiket RI2 untuk mengamankan kursi ketum Golkar pascagonjang-ganjing di internal koalisi.
Lalu, di sisi KKIR lebih kompleks lagi, karena baik Prabowo maupun Cak Imin sama-sama mengunci tiket capres-cawapres.
“Artinya bukan perkara mudah mempertemukan beragam kepentingan di atas dalam sebuah titik temu karena masing-masing kandidat juga merupakan ketua umum partai yang berharap pencalonan atas dirinya memiliki efek elektoral bagi partai yang dipimpinnya,” katanya.
Yang kedua, kata Agung, dengan dicapreskannya Ganjar otomatis akan membuat Jokowi memiliki dua keranjang telur.
“Prabowo dan Ganjar sebagai bentuk investasi politik walaupun ini beresiko bila tak dikelola dengan hati-hati ketika tak turut mendukung Anies,” ucapnya.
Agung menilai saat ini elektabilitas antarcapres masih berlangsung kompetitif. Di fase ini, kata Agung, pengejawantahan peran Presiden Jokowi lainnya yakni sebagai negarawan mengemuka. “Setidaknya demi menjaga citra publik Jokowi agar tetap memiliki keseimbangan politik sekaligus agar legacynya aman siapapun presidennya,” ujar Agung.
Bila akhirnya Presiden Jokowi memilih tak menyokong Anies, maka hal ini memastikan skenario memasangkan Prabowo-Ganjar menjadi keniscayaan di tengah tren penurunan elektabilitas Ganjar dan PDIP, untuk memastikan Pilpres hanya dua calon.
“Agar 1 putaran dengan Anies sebagai lawannya,” katanya.
Kendati demikian skemanya, Agung mengatakan, akan muncul pertanyaan mendasar, apakah PDIP rela memberikan kursi capresnya kepada Prabowo.
Agung mengungkapkan tak dapat dipungkiri bahwa pengusungan Ganjar memberikan stimulus politik bagi KPP untuk mencari kandidat Cawapres ideal. Ia berpendapat KPP semakin solid.
“Sementara bagi KIB dan KKIR, proposal Ganjar sebagai capres saat kelak melebur dalam koalisi berpotensi menghadirkan dilema-dilema politik yang bila tak diatur secara optimal akan mengkristalkan poros prapilpres minimal dalam 3 kubu, yakni KIB-PDIP, KKIR dan KPP,” ucapnya.
Kebersamaan KIB-PDIP menjadi mungkin lantaran sampai saat ini KIB belum memilki capres-cawapres definitif sebagaimana KKIR dan KKP.
Sebelumnya, Megawati mengatakan pengumuman nama Ganjar dilakukan setelah ia melakukan diskusi panjang dengan berbagai pihak. Ia juga mengaku berkontemplasi sebelum sampai pada kesimpulan untuk mengumumkan Ganjar
“Pada jam 13.45, dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, menetapkan saudara Ganjar Pranowo, sekarang adalah Gubernur Jawa Tengah sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden Republik Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” ujar Megawati.
Megawati menugaskan Prananda Prabowo selaku Kepala Situation Room di PDIP untuk memonitor kondisi politik nasional. Megawati juga menugaskan Ananda melakukan konsolidasi partai dan pemenangan untuk Pemilu 2024.
Kepada Puan Maharani, Megawati memberikan tugas baru dalam Pemilu 2024.
“Saya memberi mandat kepada Puan untuk membentuk tim untuk pemenangan Presiden dan legislatif Pemilu 2024,” kata Megawati.