JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Cerita Air Sumur Jobong yang Digunakan Membasuh Wajah Ganjar sebelum Masuk Rumah Kelahiran Ir Soekarno

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyapa para buruh saat kegiatan jalan sehat di Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (5/5/2023) / tempo.co
   

SURABAYA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Air sumur Jobong, secara simbolis digunakan untuk membasuh wajah calon presiden (Capres) dari PDIP, Ganjar Pranowo sebelum ia memasuki rumah kelahiran Presiden RI pertama, Ir Soekarno di Jalan Pandean IV, Peneleh, Surabaya.

Agus Santoso, salah seorang perwakilan komunitas yang bergerak di bidang edukasi sejarah, membawa sebuah kendi yang berisi air dari Sumur Jobong.

Air tersebut digunakan Ganjar untuk membasuh wajah, telinga dan rambut Ganjar Pranowo. Setelah itu, barulah Ganjar memasuki rumah kelahiran Sukarno.

Ketua Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menjelaskan, Sumur Jobong merupakan sumur tertua di Surabaya yang berlokasi di Pandean I.

Sedangkan filosofi membasuh diri untuk Ganjar, lanjut Kuncar, adalah agar Capres dari PDIP ini ‘bersih’ untuk memasuki sebuah rumah kelahiran Bung Karno.

“Karena Kampung Peneleh ini juga sebagai simbol spirit awal lahirnya bangsa,” ucap Kuncar, Sabtu (6/5/2023).

Sumur tertua di Surabaya

Baca Juga :  Putusan Sengketa Pilpres 2024, Tinggal Menunggu Hati Nurani dan Keberanian MK

Melansir laman tourism.surabaya.go.id, penemuan arkeologi Sumur Jobong yang terletak di Kampung Pandean disebutkan menjadi bukti adanya peradaban kuno Surabaya di kawasan delta Kalimas.

Adapun awal penemuan Sumur Jobong sebagai sumur tertua di Surabaya disebutkan tidak sengaja oleh para pekerja. Saat itu para pekerja tengah menggali tanah untuk proyek box culvert di kawasan Jalan Pandean Gg I RW 13 RT 10, Kelurahan Peneleh, pada 8 Oktober 2018.

Lingkungan tempat ditemukannya Jobong adalah di perkampungan padat penduduk. Kondisi rumah-rumah warga di Pandean Gg I diceritakan saling berjejer satu sama lain. Tanpa ada halaman samping. Demikian pula bagian depan rumah. Berbatasan langsung dengan jalan kampung yang lebarnya sekitar 3 – 4 meter.

Pada saat penemuan, kondisi jobong tertutup tanah liat dan air limbah dari rumah-rumah di sekitarnya. Alhasil, yang terlihat hanya jobong 1 (paling atas), dan jobong 2 (di bawahnya), sedang jobong 3 tertutup air.

Baca Juga :  Banjir Amicus Curiae ke MK, Pakar: Bukan Bentuk Intervensi

Struktur sumur jobong tersebut dalam kondisi masih in situ. Pengertian in situ adalah proses konservasi flora dan fauna yang dilakukan pada habitat atau ekosistem aslinya.

Berdasarkan hasil Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dari Trowulan-Jatim, saat melakukan peninjauan langsung di lokasi temuan yaitu mengukur sumur tua, mengidentifikasi temuan fragmen yang ada di dalam sumur serta mengambil foto.

Dari pengamatan awal, peneliti sepakat bahwa sumur tua yang ditemukan warga itu mirip dengan jobong atau sumur di era Kerajaan Majapahit. Hal tersebut didukung dengan fungsi dari Sumur Jobong yaitu sebagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan digunakan untuk ritual keagamaan dan pertanian dalam skala kecil, misalnya untuk menyirami tanaman ketika kemarau tiba.

Di kawasan delta Kalimas inilah, konon peradaban kuno Surabaya diyakini mulai bergeliat terlebih dahulu. Lebih awal jika dibandingkan dengan kawasan yang kelak bernama Surabaya (1275) lalu Ngampel (1420).

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com