
YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Demi proyek revitalisasi benteng Keraton Yogyakarta, puluhan bangunan yang menempel di sepenjang benteng Baluwarti terpaksa harus digusur.
Dari pantauan di lokasi terlihat, sebagian bangunan benteng keraton di sisi timur, tepatnya di depan Jalan Kenekan sisi dalam, atau jeron benteng terlihat sudah selesai dipugar.
Sementara itu, aktivitas pengerjaan proyek ke arah selatan menuju Plengkung Madyasura masih masih berlangsung.
Ketua RW 14 Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta, Kurniawan mengungkapkan, di wilayahnya tercatat ada sekitar 50 rumah yang tergusur. Seluruhnya merupakan bangunan yang menempel di pagar benteng.
“Yang dalem beteng semuanya nempel beteng. Sekitar 50 KK (kepala keluarga), 50 bangunan lah. Ya disuruh pergi, diminta pergi,” ujar Kurniawan kepada Tribun Jogja, Rabu (20/9/2023).
Kurniawan mengungkapkan, masyarakat setempat disebut tidak keberatan dengan adanya penggusuran tersebut.
Sebab tanah yang sempat ditinggali warga itu merupakan lahan magersari milik Keraton Yogyakarta.
Selain itu, masyarakat terdampak juga mendapat bebungah atau semacam uang pengganti dari pemerintah.
“Iya (masyarakat) menerima, kan (tanah) bukan punyanya jadi menerima,” ungkapnya.
“Ada namanya bebungah. Bukan ganti rugi, bukan ganti untung loh, soalnya tanah itu kan tanah magersari. Jadi saat disuruh mengosongkan keraton memberikan namanya bebungah. Besarannya sesuai dengan ketentuan keraton,” sambungnya.
Adapun nilai bebungah yang diterima warga terdampak jumlahnya bervariasi antara Rp 80 juta hingga Ro300 juta.
Besarannya tergantung luasan, jenis, dan material bangunan.
Bebungah tersebut dimanfaatkan warga untuk membeli rumah hunian baru.
Ada pula yang memutuskan untuk membeli lahan kemudian tinggal di tempat kerabatnya serta menyewa kontrakan.
“Kisarannya ada yang Rp80 juta ada yang sampai Rp300 juta tergantung bangunannya. Kalau bangunannya luas dan bahannya itu beton semua bisa di atas Rp200 juta,” terangnya.
Menurutnya, pihak keraton telah melakukan sosialisasi terkait adanya proyek revitalisasi sejak satu tahun lalu.
Kala itu berbarengan dengan pembangunan Pojok Beteng Lor Wetan yang kini sudah selesai direvitalisasi.
Dari hasil sosialisasi itu, dia mendapat informasi bahwa Keraton Yogyakarta akan memugar seluruh bangunan benteng yang mengelilingi keraton Yogyakarta. Adapun pemugaran itu ditarget selesai pada 2025 mendatang.
“Jadi setiap kali ada pembangunan semua RW itu dipanggil akan diberitahu nanti akan seperti ini seperti ini kayak master plan,” jelasnya.
Tribun Jogja juga sempat mendatangi sejumlah pertokoan sepanjang Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta.
Sebab ada sebagian bangunan pertokoan khususnya pada sisi barat yang terdampak proyek revitalisasi, sehingga sebagian bangunan toko harus diratakan dengan tanah. Namun, sejumlah pemilik toko tidak bersedia diwawancarai.
Kurniawan mengatakan, warga telah menetap secara mengindung di kawasan jeron benteng sejak tahun 1970-an.
Raja Keraton Yogyakarta kala itu yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengizinkan warga untuk tinggal di sepanjang kawasan jeron benteng. Sebab daerah itu dulunya memang merupakan lahan kosong.
“Nah itu juga kerjasama dengan Wali Kota, makannya lalu warga yang mau menempati itu harus mendaftar dulu ke RK atau Rukun Kampung,” ungkapnya.
Sebelumnya diketahui, bangunan-bangunan itu merupakan kios atau tempat usaha warga.
Namun sebagian di antaranya berubah menjadi tempat hunian karena penambahan jumlah penduduk.
Dia mengungkapkan, selama menetap di sana, warga tetap membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Namun sama sekali tidak membayar retribusi ke Keraton Yogyakarta selaku pemilik tanah.
“Pajak kita membayar PBB tapi untuk retribusi ke keraton nggak ada,” katanya.
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com