Oleh: Rini Verary Shanthi
- Dosen UIN Salatiga
- Mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Biologi UGM
Suistainable Development Goals (SDGs) atau sering disebut pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berkesinambungan dengan menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat dengan kualitas yang baik. SDGs adalah komitmen global dan nasional untuk kesejahteraan secara luas dengan mencangkup 17 tujuan yaitu: no proverty (tanpa kemiskinan), zero hunger (tanpa kelaparan), good health and well-being (kehidupan yang sehat dan sejahtera), quality education (pendidikan berkualitas), gender equality (kesetaraan gender), clean water and sanitation (air bersih dan sanitasi yang baik), affordable and clean energy (energi bersih dan terjangkau, decent work and economy growth (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), industry, innovatin, and infrastructure (industri, inovasi, infrastruktur), reduced inequality (mengurangi kesenjangan), sustainable cities and communities (kota dan pemukiman berkelanjutan), responsiblle consumption and production (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), climate action (penanganan perubahan iklim), life blow water (ekosistem laut), life on land (ekosistem darat), peace justice and strong institutions (perdamaian keadilan dan kelembagaan), and partnertship for the goals (dan kemitraan untuk mencapai tujuan).
Tujuan pembangunan berkelanjutan ini dicanangkan bersama oleh negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan diterbitkan pada 21 Oktober 2015. Hal ini merupakan ambisi bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup pada pasal satu yang menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Indonesia memiliki komitmen untuk mewujudkan tujuan ini dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan berkomitmen agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak. Dukungan dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan melibatkan pemerintah pusat, daerah, organisasi kemasyarakatan, akademisi, pendidik profesional serta ilmuwan, filantropi, pelaku usaha serta masyarakat luas.
Sebagai akademisi, penelitian yang dilakukan harus berlandaskan pada tujuan pembangunan berkelanjutan. Penelitian etnobotani mencangkup penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan oleh kelompok masyarakat (etnik) dalam kehidupan sehari-hari. Kajian tentang pemanfaatan tumbuhan dari kajian etnobotani banyak diungkap dan diteliti oleh akademisi maupun untuk keperluan pelestarian keanekaragaman hayati, pelestarian pengetahuan lokal (local wisdom) serta keperluan industri.
Topik penelitian etnobotani mendukung beberapa tujuan yang terangkum pada penerapan SDGs, diantaranya: zero hunger (bebas dari kelaparan), good healthy and well-being (memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan manusia, dan life on land (menjaga ekosistem darat). Kajian etnobotani tentang pemanfaatan tanaman termasuk pada tanaman pangan mengungkap imformasi tentang bahan pangan, kandungan nutrisi sehingga mengkayakan database tanaman yang dapat digunakan sebagai solusi pangan yang sehat. Kemudian kajian pemanfaatan tanaman obat menggali informasi cara pemanfaatan serta fitofarmaka pada masing-masing tanaman.
Hal ini turut mendukung kesehatan melalui terwujudnya masyarakat yang memiliki kualitas hidup lebih baik. Penelitian etnobotani di berbagai daerah tidak hanya memberikan informasi tentang pemanfaatan tanaman, tetapi juga menjaga atau merawat kelestarian tanaman. Pengambilan tanaman untuk kegunaan pengobatan selalu memperhatikan keberlangsungan tanaman yang diambil supaya tetap tersedia di alam. Contoh pada pengambilan daun ke 3, 5, 7. Hal ini memberikan pesan agar tidak semua diambil, agar tanaman tetap bisa survive. Habit ini turut menjaga kelangsungan ekosistem daratan agar tetap terjaga dari segi keragaman hayati maupun kelestarian alam itu sendiri. Rini Verary Shanthi