
SOLO, JOGLOSEMARANEWS.COM – Dalam jagat batik Jawa yang penuh dengan filosofi dan simbol-simbol visual yang dalam, motif Slobog dan Parang Slobog kerap dianggap serupa hanya karena mengandung kata yang sama. Namun, bila ditelisik lebih jauh, keduanya menyimpan perbedaan yang signifikan, baik dari segi tampilan visual maupun makna filosofis yang dikandungnya.
Motif Slobog, dalam tradisi batik, sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai pola mandiri. Kata “slobog” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “longgar” atau “renggang”. Visual motif ini cenderung memiliki susunan yang tidak padat—biasanya terdiri atas bentuk-bentuk geometris atau floral yang diatur dengan jarak cukup lebar antar elemen. Tidak ada garis diagonal berbentuk huruf “S” yang menjadi ciri khas motif Parang. Dalam penggunaannya, motif Slobog ini lebih sering dikenakan dalam konteks duka atau peristiwa berkabung. Tujuannya adalah sebagai simbol keikhlasan dan penghormatan kepada mereka yang telah berpulang.
Laporan dari tim pengembang aplikasi Batik Nusantara, yang tersedia di repositori Universitas Amikom Purwokerto (2023) menyebutkan, bahwa motif batik Slobog “sering digunakan saat melayat orang yang sudah meninggal”, dengan makna agar yang berpulang mendapat jalan yang lapang dan keluarga yang ditinggalkan menerima dengan ikhlas.
Berbeda dengan itu, motif Parang Slobog merupakan bagian dari keluarga besar motif Parang—yakni motif dengan garis-garis diagonal menyerupai huruf “S” yang mengalir dari atas ke bawah secara teratur. Namun, sebagaimana nama “slobog” yang melekat padanya, Parang Slobog hadir dengan susunan yang lebih renggang dibanding motif Parang lainnya seperti Parang Rusak atau Parang Barong.
Sementara itu, elemen “slobog” dalam Parang Slobog bukanlah bentuk motif tersendiri, melainkan prinsip pengaturan jarak atau komposisi yang memberikan kesan lapang dan tenang.
Secara filosofis, Parang Slobog menggambarkan keteguhan hati, ketelitian, dan kesabaran dalam menjalani kehidupan. Motif ini sering dikenakan oleh seseorang yang sedang memasuki babak baru dalam hidupnya—misalnya saat pelantikan jabatan atau ketika menjalani ruwatan. Dalam konteks keraton, Parang Slobog dipercaya dapat menjadi penolak bala, sekaligus pengingat bahwa kekuasaan harus dijalankan dengan hati yang jernih dan pikiran yang ikhlas.
Parang Slobog merupakan simbol harapan bahwa seseorang yang baru diangkat menjadi pemimpin dapat menjalankan amanah dengan hati-hati, sabar, dan penuh tanggung jawab. Sumber lain dari Jurnal Sutasoma juga menegaskan bahwa pemakaian motif ini dalam konteks duka memiliki makna spiritual yang dalam, yakni sebagai bentuk pengantaran batiniah kepada yang wafat dengan doa dan keikhlasan (Siti Rohmah Soekarba dkk., 2021, Sutasoma: Jurnal Sastra Jawa).
Dari sisi visual, Perbedaan antara motif Slobog dan Parang Slobog sangat tampak. Slobog sebagai motif berdiri sendiri tidak menampilkan garis Parang sama sekali. Sementara Parang Slobog tetap mengandalkan struktur “S” diagonal khas Parang, hanya saja dalam susunan yang lebih lapang dan tidak padat. Dengan demikian, Parang Slobog bisa disebut sebagai bentuk “Parang yang direndahkan intensitasnya”, disesuaikan dengan momen yang lebih tenang dan reflektif, bukan agresif atau penuh semangat sebagaimana Parang Barong atau Parang Rusak.
Dengan menilik perbedaan tersebut, jelas bahwa meskipun mengandung nama yang serupa, Slobog dan Parang Slobog merupakan dua entitas motif yang berbeda. Keduanya mengajarkan nilai-nilai luhur yang khas dalam budaya Jawa: keikhlasan, keteguhan, dan kerendahan hati. Sebuah pelajaran visual yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga kaya akan makna untuk direnungkan.
Tabel Ringkas Perbandingan Visual
Aspek | Slobog (mandiri) | Parang Slobog |
Garis diagonal “S” | ❌ Tidak ada | ✅ Ada |
Motif utama | Geometris atau floral longgar | Garis “S” parang renggang |
Tingkat komposisi | Renggang, lapang | Parang + renggang |
Konten visual | Pola mandiri (bukan Parang) | Kombinasi Parang dan slobog |
Fungsi ritual | Acara berkabung | Pelantikan, upacara ruwatan, duka |
Inti Perbedaan
- Slobog adalah motif mandiri, biasa dipakai dalam upacara kematian untuk menandakan keikhlasan dan penghormatan.
- Parang Slobog jelas masuk dalam keluarga Parang, tapi dengan komposisi yang lebih longgar sehingga menyerap nilai slobog—keteguhan dan kesabaran, tetapi dengan visual yang ringan. Suhamdani
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.