
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah kemajuan teknologi pertanian dan perubahan lanskap budaya, keberadaan memedi sawah—orang-orangan sawah khas tradisi Jawa—masih menyisakan daya tarik tersendiri. Tak sekadar alat pengusir burung di sawah, memedi sawah merupakan simbol komunikasi tradisional, kreativitas petani, sekaligus bagian dari identitas budaya agraris yang makin jarang dijumpai di era sekarang.
Menurut Lailiyah, Wijayanti, dan Surtikanti (2024) dalam kajian etnolinguistik berjudul “Pergeseran Bahasa dan Tradisi Petani Padi di Jawa”, memedi sawah dulunya dibuat dengan penuh simbolik. Bentuknya menyerupai manusia, lengkap dengan pakaian bekas, caping, dan bahkan aksesori dari bahan alam.
Tujuannya bukan sekadar untuk menakut-nakuti burung saja, tetapi juga sebagai “bahasa nonverbal” yang menunjukkan keberadaan manusia di lahan sawah. Namun, para peneliti mencatat bahwa seiring berkurangnya jumlah petani aktif dan perubahan teknologi, pembuatan memedi sawah lambat laun mulai ditinggalkan.
Fenomena ini ternyata juga menarik perhatian pada ranah seni dan desain. Dalam tugas akhirnya, Ari Ahmad Zulfahmi (2022) merancang konsep publikasi Festival Memedi Sawah untuk Museum Tani Jawa Indonesia. Ia menekankan bahwa memedi sawah memiliki potensi besar untuk direvitalisasi sebagai bagian dari ekspresi budaya dan wisata edukatif. Dalam desainnya, Zulfahmi menampilkan berbagai rupa memedi dengan sentuhan kontemporer tanpa menghilangkan akar tradisinya.
Bahkan di ranah pendidikan anak, memedi sawah telah menjadi materi cerita lokal. Buku bilingual “Memedi ing Sawah = Orang-Orangan Sawah” karya Evi Wahyu Lestari (2023) yang diterbitkan Badan Bahasa Kemdikbudristek, memperkenalkan kepada anak-anak tentang fungsi dan cara membuat memedi sawah secara naratif. Buku tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga mengenalkan anak pada budaya agraris yang semakin pudar di tengah kehidupan modern.
Tak hanya dari sisi budaya, memedi sawah juga menarik minat kalangan teknik dan teknologi. Sebuah studi pengembangan robot oleh mahasiswa teknik pertanian menciptakan robot orang-orangan sawah bertenaga surya, yang dapat bergerak dan mengeluarkan suara untuk mengusir burung secara otomatis (2023). Meski sudah masuk ranah modern, semangatnya tetap merujuk pada fungsi asli memedi sawah.
Kini, memedi sawah bukan lagi semata soal menakuti burung. Ia adalah saksi bisu perubahan zaman, bukti kreativitas petani, dan ikon budaya yang sedang mencari ruang baru untuk hidup. Keberadaan festival-festival memedi sawah di beberapa daerah seperti Sleman atau Klaten menjadi upaya merawat dan menghidupkan kembali tradisi ini.
Menghidupkan kembali memedi sawah berarti menjaga bukan hanya budaya, tapi juga warisan semangat bertani yang lekat dengan kearifan lokal. Ia layak diberi panggung baru, bukan sekadar untuk nostalgia, tapi untuk mengajarkan kembali pada generasi kini: bahwa alat sederhana pun bisa penuh makna. Suhamdani
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.