Beranda Nasional Jogja Desa Ekowisata Pancoh Siap Memberikan Pengalaman Baru Bagi Para Wisatawan

Desa Ekowisata Pancoh Siap Memberikan Pengalaman Baru Bagi Para Wisatawan

Kegiatan wisata mengubah sampah plastik menjadi berbagai barang kerajinan, seperti rangkaian bunga, taplak meja, gantungan jlbab, dan lain-lain di desa Pancoh, Sleman, Yogyakarta. Tempo/Dini Pramita
Kegiatan wisata mengubah sampah plastik menjadi berbagai barang kerajinan, seperti rangkaian bunga, taplak meja, gantungan jlbab, dan lain-lain di desa Pancoh, Sleman, Yogyakarta. Foto: Tempo

JOGJA – Desa di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, ini tampil beda dalam kancah wisata di tanah air. Kawasan ini dengan bangga menyebut dirinya sebagai Desa Ekowisata Pancoh.

Desa Pancoh di Kabupaten Sleman, DIY dengan bangga menyebut dirinya sebagai Desa Ekowisata. Disebut demikian karena mereka memiliki semangat cinta lingkungan dan mengembangkan kreatifitas dari limbah plastik.

Warga desa Pancoh berhasil menyulap limbah plastik menjadi barang kerajinan yang menarik.

“Jadi sampah yang berasal dari homestay, dari turis, telah diolah menjadi kegiatan wisata yang menarik,” tutur Menuk, pengelola Desa Ekowisata Pancoh, Sleman, DIY, Sabtu (30/6/2018).

Di tangan tiga ibu kreatif ini, sampah plastik bekas minuman kemasan dapat dibuat menjadi hiasan berbentuk bunga, gantungan jilbab, hingga wadah serbaguna. Bahkan, kantung plastik pun dapat dibuat menjadi rangkaian bunga cantik dengan tekstur unik.

Kegiatan menyulap sampah plastik menjadi barang-barang unik tersebut lantas dikelola menjadi kegiatan wisata. “Mereka (wisatawan) dapat bonus, apa yang dibuat akan jadi oleh-oleh untuk dibawa pulang,” kata dia.

Dengan model pengelolaan sampah plastik tersebut, Menuk menuturkan, masalah sampah yang biasa dialami oleh pengelola homestay ketika kebanjiran tamu, teratasi. Kini, pengelolaan sampah merupakan salah satu sendi desa ekowisata yang menitikberatkan pada kelestarian lingkungan.

Baca Juga :  Polisi Bongkar Sindikat Perdagangan Orang di Cafe Room Yogyakarta, Korbannya 8 Orang Perempuan

Jika pengelolaan sampah sudah dilakukan dengan baik, kata dia, keberlangsungan pariwisata akan lebih terjaga. “Yang untung masyarakat juga,” kata dia.

Kegiatan warga desa Pancoh itu mendapat dukungan dari Bank Sampah Pancoh. Mariyah, 40 tahun, Ketua Bank Sampah Pancoh, Sleman, Yogyakarta, menuturkan lembaganya menerima plastik dari para nasabah. Dia tak tahu pasti berapa jumlah sampah yang disetor para nasabah itu. Sebab, sampah rumah tangga sangat tak tentu jumlahnya.

Dari Bank Sampah, limbah itu yang sudah dipilah berdasarkan jenisnya akan disetorkan kembali ke Bank Sampah Handayani. Sebagian berpindah tempat ke kelompok para ibu pemandu kegiatan merangkai bunga di Desa Ekowisata Pancoh.

Mariyah lalu memperlihatkan susunan plastik-plastik bening yang ditempel di dinding. Bukan sembarang plastik. Di dalam plastik tersebut ada sampel berbagai jenis botol pet bekas minuman kemasan, botol beling, dan sebagainya.

Menurut Mariyah, sampel tersebut menunjukkan jenis sampah apa saja yang memiliki nilai ekonomis dan diterima oleh bank sampah yang dikelolanya. Dia tak tahu pasti berapa jumlah sampah yang disetor oleh para nasabah, layaknya menyetor uang. Sebab, sampah rumah tangga sangat tak tentu jumlahnya. “Dalam setahun rata-rata nasabah mendapatkan Rp 100-180 ribu,” kata dia, di Sleman, 30 Juni 2018.

Baca Juga :  Jangan Harap Buang Sampah Sembarangan di Jogja! Warga Harus Punya Kartu Pembuang Sampah

Dari Bank Sampah ini, sampah yang sudah dipilah berdasarkan jenisnya akan disetorkan kembali ke Bank Sampah Handayani. Sebagian ada juga yang berpindah tempat ke kelompok para ibu pemandu kegiatan merangkai bunga di Desa Ekowisata Pancoh.

www.tempo.co