Mbah Mardjo, Saksi Hidup Ganasnya Letusan Merapi 1994

Mbah Mardjo Utomo (75), saksi hidup keganasan Gunung Merapi. Ia bahkan mendapatkan pertanda Merapi hendak memuntahkan materialnya (Meletus) lewat mimpi. Joglosemarnews/ Kiki Dian
Mbah Mardjo Utomo (75), saksi hidup keganasan Gunung Merapi. Ia bahkan mendapatkan pertanda Merapi hendak memuntahkan materialnya (Meletus) lewat mimpi.
Joglosemarnews/ Kiki Dian

Namanya Mbah Mardjo Utomo (75), lelaki tua yang masih nampak energik di usia senjanya saat ini. Hobinya pun menghisap lintingan rokok kertas tanpa mengenal waktu. Badannya kecil, namun kedua kakinya terlihat membengkak. Ia pun sangat ramah kepada tamu yang mengunjungi rumahnya di dusun Turgo RT 03 RW 02 Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Rumah ini hanya berjarak 5,5 KM saja dari Gunung Merapi.

Namun, tampaknya perlu menjaga emosi Mbah Mardjo, apabila ingin mengorek kisah tentang Letusan Merapi yang cukup dahsyat hampir 24 tahun lalu. Sebab ingatan Mbah Mardjo seakan masih merekam jelas setiap bencana yang penuh dengan duka, air mata, kehilangan dan kesedihan tersebut.

Ya, Mbah Mardjo adalah salah satu saksi hidup bencana Gunung Merapi pada tahun 1994 lalu, di mana saat itu menelan korban nyawa hingga 68 orang dari Desa Turgo, Tegal, Titis dan Ngandong. Ironisnya, sebelum Merapi mengamuk, Mbah Mardjo menjadi orang yang mendapat pertanda. Hanya saja pertanda yang diperolehnya lewat mimpi itu, justru tidak digubris, bahkan dicueki sanak keluarga, dan masyarakat, sehingga banyak korban yang tidak dapat menyelamatkan diri. Bencana Merapi meletus itu tepatnya pada Selasa Kliwon, 22 November 1994.

Halaman selanjutnya »

Halaman :  1 2 Tampilkan semua
  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com