SRAGEN – Kepergian satu putra terbaik yang pernah menjadi anggota pasukan pengawal Presiden Soekarno, Letnan Dua (Letda) Ahmad Soetarjo, Rabu (24/1/2018) menyisakan kenangan soal sosoknya yang penuh kesan. Salah satunya, kepribadiannya yang dianggap tegas untuk menolak praktik-praktik korupsi di tataran birokrasi.
Bahkan, saking tak inginnya terseret ke lingkaran itu, Soetardjo sempat mengambil keputusan mengejutkan. Yakni memilih pensiun dini dari dinas ketentaraan.
Hal itu disampaikan putra sulung almarhum, Eddy Herwanto seusai pemakaman almarhum Rabu (24/1/2018). Eddy yang juga mantan jurnalis senior di Jakarta itu menjelaskan, selama ibu kota Republik Indonesia ada di Yogyakarta, Soetarjo menjadi bagian yang tak terpisahkan mengawal Bung Karno.
Kemudian saat ibu kota pindah ke Jakarta, Soetarjo juga masih mengawal Presiden RI pertama tersebut.
Soetarjo juga menjadi salah satu komandan di Wehrkreise (daerah perlawanan) III Yogyakarta, saat Serangan Umum merebut kembali Kota Yogya pada 1949.
Setidaknya, ayahnya sudah 10 kali terjun payung dalam berbagai operasi tempur. Dia mengawali dengan jabatan Sersan Mayor dan resmi pensiun pada 1978.
Menurut Eddy, meski belum waktunya purna tugas, tapi Soetarjo memilih untuk pensiun dini dari dinas ketentaraan.
“Hal ini karena tidak tahan dengan birokrasi dan ajakan untuk korupsi. Selain itu ayahnya juga paling malas untuk mengurus pangkat dan tanda jasa atau bintang penghargaan. Padahal bila mau diurus, banyak sekali tanda jasa yang layak didapatkan,” paparnya.
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com