Beranda Daerah Wonogiri Awas! Pernikahan Dini Bisa Picu Datangnya Segudang Masalah

Awas! Pernikahan Dini Bisa Picu Datangnya Segudang Masalah

Menteri Yohana Yembise
Menteri Yohana Yembise

WONOGIRI-Perkawinan membawa hal positif jika dilakukan di usia yang tepat dengan persiapan yang matang.

Sebaliknya perkawinan dini di usia anak justru akan membawa permasalahan baru bagi kaum perempuan.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise dalam rilis yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (23/4/2018) mengatakan segudang permasalahan baru yang bisa muncul dari pernikahan dini. Misalnya hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, resiko ancaman dari penyakit reproduksi seperti kanker serviks, kanker payudara.

“Juga hidup dalam keretakan keluarga karena ketidaksiapan mental mereka dalam membangun keluarga, sehingga menimbulkan perceraian”, ungkap dia.

Menteri Yohana berharap ke depannya tidak ada perkawinan yang terjadi pada anak perempuan yang belum siap menjalani perkawinan. Tidak ada lagi pernikahan dini.

“Mari kita stop perkawinan anak, kaum perempuan mampu berdiri di kaki sendiri dan menentukan masa depannya sendiri. Jangan pernah berhenti berkarya kaum perempuan Indonesia,” tegas dia.

Baca Juga :  HARGA EMAS HARI INI 1 DESEMBER 2025: Pegadaian Diam di Tempat, Antam Justru Naik! Ini Perbandingan Lengkap UBS vs Galeri24 yang Bikin Investor Melongo

Dia menerangkan, Council of Foreign Relations mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara atau tepatnya di urutan ketujuh dengan angka absolut pengantin anak tertinggi di dunia. Indonesia tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja.

KemenPPPA bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 telah melakukan riset mengenai jenjang pendidikan yang ditempuh oleh perempuan usia 20–24 tahun berstatus pernah kawin yang melakukan perkawinan di bawah atau di atas 18 tahun. Hasilnya cukup memprihatinkan, sebesar 94,72 persen perempuan usia 20– 24 tahun berstatus pernah kawin yang melakukan perkawinan di bawah usia 18 tahun putus sekolah. Sementara yang masih bersekolah hanya sebesar 4,38 persen. Aris Arianto

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.