JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Sejarah, Ratusan Warga Sragen Kota Mulai Dilanda Krisis Air. Sumur-sumur Mati, Warga Terpaksa Kurangi Jatah Mandi

Warga Dukuh Bugel, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, saat antri air bersih yang disalurkan oleh mobil tangki baru milik PMI Sragen, Sabtu (15/9/2018). Foto/Wardoyo
   
Warga Dukuh Bugel, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, saat antri air bersih yang disalurkan oleh mobil tangki baru milik PMI Sragen, Sabtu (15/9/2018). Foto/Wardoyo

SRAGEN- Krisis air bersih dampak kemarau berkepanjangan ternyata tak hanya monopoli warga Sragen Utara yang memang berkarakter gersang dan langka sumber air. Namun, musibah kekeringan dan krisis air bersih tahun 2018 ini ternyata juga mulai melanda wilayah Sragen Kota.

Adalah Desa Tangkil, Kecamatan Sragen yang mengalaminya. Sejak tiga bulan terakhir, ratusan warga di sejumlah dukuh di wilayah utara Kecamatan Sragen Kota itu sudah dilanda krisis air bersih.

Dan musibah kekeringan yang dialami warga Tangkil saat ini menjadi yang pertama dalam sejarah Sragen.

“Sudah hampir tiga bulan ini. Air sumur sudah nggak jalan. Semua sumur mati

Enggak tahu ada apa. Dulu-dulu juga enggak begini. Seumur-umur ya baru kali ini dan baru tahun ini, wilayah kami yang termasuk Sragen Kota bisa kekeringan nggak ada air sama sekali,” ujar Wardoyo (48) warga Dukuh Bugel RT 1/10, Tangkil, Sragen, Rabu (19/9/2018).

Wardoyo yang bersama warga ikut antri bantuan air bersih dari tangki PMI itu menuturkan krisis air bersih itu melanda beberapa dukuh. Di antaranya Bugel, Ngapan, dan Bulakrejo.

Baca Juga :  Geger di Jembatan Gunung Kemukus Sragen, Warga Menemukan Pria Tanpa Identitas Dalam Kondisi Sakit, Polisi Dibantu Warga Lakukan Evakuasi

Ada ratusan warga di dukuh tersebut yang kesulitan air bersih sejak tiga bulan terakhir. Bahkan, warga Duku Tugu, di desanya sudah lebih dulu dan lebih lama mengalami krisis air.

“Susah mas. Karena sumur semua mati, kadang untuk dapat air bersih harus ke sawah pakai jeriken. Ambil air dari warga yang nyedot pakai diesel di sawah. Bantuan kayak gini, juga enggak tentu datangnya. Kadang beberapa hari kosong, kadang ada sehari dua kali,” terangnya.

Kondisi krisis air bersih itu juga memaksa ibu rumah tangga di Desa Tangkil harus hemat air. Bahkan saking mahal dan sulitnya mendapat air bersih, warga terpaksa harus mengurangi jatah mandi dari sehari tiga kali menjadi hanya dua kali saja.

“Mandi sekarang hanya dua kali. Itu pun sedikit airnya dan diirit-irit. Ini tadi antri droping dapat sejeriken. Itu nanti paling cuma bisa untuk masak dan direbus untuk minum saja. Untuk mandi, kalau ada sisanya ya mandi kalau enggak yang penting masaknya dulu,” ujar Suminah (50) nenek asal Dukuh Bugel, Tangkil.

Baca Juga :  Tanpa Restu Bapak, Untung Wina Sukowati Calon Bupati Sragen 2024 Nekat Maju Lewat Partai Demokrat: Ini Tekat Saya Sendiri

Adanya salah satu wilayah Sragen Kota yang sudah dilanda krisis air bersih itu dibenarkan Ketua PMI Sragen, Suwarno. Di sela membantu droping, ia juga miris melihat perubahan fenomena di mana untuk kali pertama dalam sejarah, ada Desa Tangkil di Sragen Kota yang sudah dilanda kekeringan.

Menurutnya, krisis air itu tak lepas dari pola pengambilan air tanah di sawah yang belakangan semakin liar dan tak memperhatikan keseimbangan sumber air di permukiman.

“Bagaimana tidak, sumur-sumur sawah digali cukup dalam dan banyak. Kalau sistem pengambilan air tanah begitu ceroboh, maka akibatnya sumur-sumur masyarakat jadi mati,” kata dia. Wardoyo

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com