JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Karena Keyakinan, Orangtua 4 SD di Sragen Kota Tolak Anaknya Diimunisasi. Puskesmas Kumpulkan Semua Wali Kelas  

Sosialisasi imunisasi DTTD kepada wali kelas dan guru SD di Puskesmas Sragen Kota, Senin (5/11/2018). Foto/Wardoyo
   
Sosialisasi imunisasi DTTD kepada wali kelas dan guru SD di Puskesmas Sragen Kota, Senin (5/11/2018). Foto/Wardoyo

SRAGEN- Sejumlah orangtua siswa di empat sekolah dasar (SD) di Sragen Kota dikabarkan terdeteksi menolak anaknya diimunisasi. Alasan keyakinan dan kehalalan vaksin disebut menjadi faktor yang memicu penolakan imunisasi.

Hal itu terungkap dalam sosialisasi program imunisasi DTTD (Dipteri Tetanus) di Puskesmas Sragen Kota, Senin (5/11/2018). Pihak Puskesmas sengaja mengumpulkan guru UKS dan wali kelas di wilayah Sragen Kota untuk diberikan sosialisasi perihal pelaksanaan bias imunisasi DTTD yang bakal digelar mulai 8 November mendatang.

“Memang tahun lalu dari catatan kami, ada beberapa orangtua siswa di sejumlah SD berbasis Islam yang menolak anaknya diimunisasi. Tapi enggak semua siswa di sekolah itu menolak. Hanya sekitar 20 persen saja. Alasannya soal keyakinan, orangtua mereka enggak mau anaknya diimunisasi,” ujar Kepala Puskesmas Sragen Kota, Eni Sudarwati di sela sosialisasi, Senin (5/11/2018).

Baca Juga :  ASN Sragen Mendapatkan Layanan Penukaran Uang Baru dari Bank Indonesia Solo

Ia menguraikan empat SD yang menolak imunisasi itu diantaranya SD Az Zahra, Birrul Walidain, Al Hidayah dan Al Mukmin. Namun ia menekankan penolakan itu lebih bersifat parsial dan tak semua siswa atau satu kelas, menolak.

“Masih banyak yang mau diimunisasi. Data di kami, dari satu kelas paling ada 20 persen saja yang enggak mau,” tukasnya.

Baca Juga :  Geger Mobil Baru Langsung Rusak Usai Isi Dexlite di Sragen, SPBU Jetak Minta Maaf dan Pastikan Bukan Abal-abal, Melainkan...

Sementara dari 41 SD yang diundang menghadirkan perwakilan guru dan wali kelas, ada 30an yang hadir dalam sosialisasi itu. Ia berharap sosialisasi ke guru UKS dan kepala sekolah itu nantinya bisa meyakinkan dan memberikan pemahaman ke orangtua murid sehingga ketika program Bias DTTD digelar, tidak ada lagi penolakan.

“Sasaran Bias DTTD itu memang anak usia 7 dan 8 tahun atau kelas 1 dan 2 SD. Kalau nanti tetap ada siswa yang menolak, ya kami akan datangi orangtuanya. Kalau tetap enggak mau, kita akan rangkul DKK sebagai bapak kami dan Kemenag,” tandas Eni. Wardoyo

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com