SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Musim kemarau berkepanjangan di Sragen berdampak luas tak hanya ke air bersih warga. Ribuan hektare lahan pertanian juga dipastikan tak lagi menerima pasokan air menyusul kekeringan yang melanda sejumlah embung dan waduk.
Data di Bidang Sumber Daya Air DPU PR setempat mencatat, saat ini ada 5 waduk dan 41 embung di wilayah Kabupaten Sragen yang tak lagi terisi air.
Dari total tujuh waduk dan 42 embung, hanya tinggal dua waduk dan satu embung yang ada airnya.
Itu pun debitnya sudah sangat kritis dan sangat kecil.
“Dari total 7 waduk yang ada di Sragen, 5 waduk sudah dalam kondisi kering. Sementara 2 waduk lainnya hanya tinggal menyisakan debit antara 4 hingga 6 persen,” ujar Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen, Supardi saat ditemui di kantornya, Senin (2/9/2019).
Supardi menguraikan lima waduk yang sudah dalam kondisi kering itu di antaranya Waduk Botok, Waduk Gembong dan Waduk Kembangan di Kecamatan Karangmalang, Waduk Gebyar di Kecamatan Sambirejo, dan Waduk Brambang di Kecamatan Kedawung.
Sementara, dua waduk yang masih berair adalah Waduk Ketro di Kecamatan Tanon. Debitnya saat ini tinggal sebanyak 449.800 meter kubik, atau setara dengan 6 persen dari daya tampung.
Sedangkan Waduk Blimbing di Kecamatan Sambirejo, kini tinggal menyimpan 21.914 meter kubik air, atau sekitar 4 persen dari daya tampung waduk.
“Seluruh waduk di Sragen memang tipikalnya hanya sebagai tampungan aliran-aliran sungai. Ketika musim kemarau tiba, tidak ada lagi pasokan air dari sungai. Sehingga debit waduk pun lambat laun akan mengering. Waduk Botok salah satu yang pertama (kering). Sekitar bulan Juli,” terangnya.
Kondisi yang sama juga terjadi pada puluhan embung yang tersebar di seluruh wilayah Sragen.
Dari total 42 embung yang ada, seluruhnya dalam kondisi kering, kecuali Embung Kedungpring di Kecamatan Tangen.
Keringnya waduk ini tentu saja mengganggu pasokan air untuk pertanian. Berdasarkan data Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen, jumlah lahan yang tak lagi mendapatkan pasokan air akibat keringnya waduk, luasnya mencapai 6.116 hektare.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Ekarini Mumpuni Titi Lestari memastikan meski sumber-sumber tampungan air baik waduk maupun embung mengering, sejauh ini kondisi tersebut tidak sampai memicu kegagalan panen.
Datangnya musim kering hampir bersamaan dengan masa panen Musim Tanam (MT) 2, sehingga banyak warga yang masih bisa bertahan dengan mengandalkan pasokan air dari pompa.
“Tidak sampai puso. Hanya saja memasuki MT ketiga ini, banyak petani yang lebih memilih untuk menganggurkan lahannya, untuk menghindari kerugian akibat gagal panen,” ujar Eka.
Eka pun berharap petani lebih bijak dalam menentukan pilihan tanaman, menyikapi kondisi kering yang terjadi. Dinas Pertanian melalui petugas penyuluh lapangan (PPL), kini giat memberikan sosialisasi kepada petani agar menanam palawija di lahannya.
Dibandingkan padi, tanaman palawija lebih sedikit membutuhkan air, sehingga diyakini panenannya akan tetap optimal meski di kondisi kemarau. Wardoyo