JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Internasional

Gara-gara Menstruasi di Sekolah, Siswi Ini Disetrap Guru. Pulang ke Rumah Langsung Gantung Diri

gantung diri
ilustrasi
   
gantung diri
ilustrasi

KENYA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Nasib siswi di sebuah sekolah menengah di Kenya ini sungguh memilukan. Ia tewas gantung diri lantaran merasa dipermalukan oleh guru saat mengalami menstruasi di sekolah.

Sang guru menyuruhnya berdiri di luar kelas karena berkas menstruasinya mengotori seragam, sementara tak ada pembalut di sekolah tersebut.

Menurut laporan media Kenya, ibu dari siswi berusia 14 tahun ini menyatakan putrinya gantung diri sesudah dipermalukan oleh gurunya di sekolah.

Kejadian tersebut memicu sekitar 200 orang melakukan protes di luar sekolah tersebut. Sampai-sampai, polisi harus menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka.

Sebagaimana diketahui, tahun 2017, Kenya mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah menyediakan pembalut bagi para siswi yang membutuhkan.

Kini parlemen sedang menyelidiki mengapa program itu belum dilaksanakan di seluruh sekolah.

Terkait dengan kasus siswi gantung diri tersebut, ibu dari korban menyatakan sang guru menyebut putrinya “kotor” karena bercak di seragam sekolahnya dan memerintahkannya keluar dari kelas.

Ini terjadi di Kabiangek, sebelah barat ibukota Nairobi, Jumat (6/9/2019) pekan lalu.

“Ia tak punya apa-apa yang bisa ia gunakan sebagai pembalut. Ketika darah menodai seragamnya, ia disuruh keluar kelas dan berdiri di luar,” kata ibunya sebagaimana dikutip oleh media di Kenya.

Kemiskinan membuat perempuan Asia lebih sulit membeli produk terkait menstruasi.

Sang ibu mengatakan anaknya pulang ke rumah dan bercerita apa yang terjadi. Namun ketika si ibu pergi mengambil air, putrinya ditemukan gantung diri.

Orang tua melaporkan persoalan ini ke polisi. Tapi mereka frustrasi karena kurangnya tindakan kepolisian, menurut laporan media Daily Nation.

Bersama orang tua lain, mereka kemudian melakukan protes di luar sekolah hari Selasa (11/9/2019). Polisi bertindak dan menahan lima orang ketika para demonstran memblokir jalan dan merobohkan gerbang sekolah. Sekolah ini kini ditutup.

Kepala polisi setempat Alex Shikondi menyatakan kepolisian tengah menyelidiki keadaan kematian siswi tersebut.

Kepala sekolah menolak untuk berkomentar mengenai soal itu.

Di Kenya dan banyak negara Afrika lainnya, banyak perempuan yang tidak mampu membeli produk kesehatan seperti pembalut dan tampon.

Laporan PBB tahun 2014 menyebutkan, satu dari 10 siswi di kawasan Afrika Sub-Sahara tak masuk sekolah pada saat menstruasi mereka.

Menurut laporan itu, beberapa dari siswi menyatakan mereka ketinggalan 20 persen pelajaran karena alasan ini, dan hal itu memperbesar kemungkinan mereka untuk akhirnya tak menyelesaikan sekolah mereka.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com