JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Semarang

Mbah Pani Lakoni Tapa Pendem, Dikubur Seperti Jenazah Selama 5 Hari, Begini Kondisi Terkini dan Fakta-faktanya

Mbah Pani Juwana Pati Keluar dari Liang Kubur Tapa Pendem / tribunnews
   
Mbah Pani Juwana Pati Keluar dari Liang Kubur Tapa Pendem / tribunnews

JOGLOSEMARNEWS.COM Mbah Pani atau Supani menjalai tapa atau topo pendem di dalam rumanya di desanya, Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jateng, mulai Senin (16/9/2019) selepas magrib.

Mbah Pani merupakan pemain senior kesenian trasidional Ketoprak.

Mbah Pani memulai ritual topo pendem selepas menunaikan salat Magrib di Musala Al-Ikhlas, musala setempat.

1. Dipendam 5 hari 5 malam

Tribunjateng.com menemui Mbah Pani, beberapa saat sebelum menjalani prosesi topo pendem.

Mbah Pani mengatakan, topo pendem kali ini merupakan yang ke 10 atau terakhir.

Sebelumnya, dia sudah melakukan ritual yang sama sebanyak 9 kali.

Dalam menjalani ritual topo pendem itu, ia dikubur selama tiga hari tiga malam dalam liang di dalam rumahnya.

Dan dua kali dijalani di luar desanya yaitu di desa Ketip, tetangga desa.

Mbah Pani yang juga Ketua Ketoprak Desa Bendar, Juwana ini tampak tenang saat bertemu wartawan.

Sebelum berganti pakaian dengan kain kafan sebagaimana kain untuk orang yang akan dikubur, Mbah Pani menjawab singkat.

“Karena ini yang terakhir, nanti tidak cuma tiga hari, tapi lima hari,” kata Mbah Pani di rumahnya.

Ditanya mengenai tujuan dan hal lainnya, Mbah Pani enggan memberi keterangan sebelum ritual tuntas dilaksanakan.

Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.

Suyono, anak angkat Mbah Pani, mengatakan, ritual topo pendem dilakukan Mbah Pani dengan menguburkan diri di dalam tanah yang diberi lubang untuk pernapasan.

Topo pendem seperti ini sudah dilakukan beliau sebanyak sembilan kali. Dan hari ini adalah yang ke-10,” ungkapnya.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.

Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro.

Adapun ritual terakhir ini dilakukan 18 tahun berselang.

2. Dipendam seperti jenazah

Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.

Ia dikafani. Disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.

Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.

Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.

Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan.

Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

3. dikubur di dalam rumah

Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.

Ia dikafani. Disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.

Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.

Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.

Baca Juga :  Peduli Dunia Anak, Crazy Rich Joko Suranto Rogoh Kocek Pribadi Rp 1 Miliar Bangun Taman Bermain di Grobogan

Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan.

Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

4. Hanya keluarga yang melihat prosesi

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

Pintu dikunci dari dalam.

Tribunjateng.com serta para tetangga tidak diizinkan masuk rumah.

Menurut pihak keluarga, ritual ini adalah prosesi sakral.

Dan suasana pun hening menegangkan saat Mbah Peni dikubur.

5. Kondisi liang lahat

Warga lain menyaksikan dari luar rumah.

Saat digali, kondisi lubang itu berair. Namun segera disedot dikeringkan saat Mbah Pani sudah mengenakan kain kafan.

Sebagaimana proses pemakaman biasa, Mbah Pani juga dikafani dan dimasukkan ke dalam peti.

Ada pipa untuk saluran pernapasan yang menghubungkan Mbah Pani dari dalam kubur ke permukaan tanah.

6. Sebelum liang lahat mbah Pani dibongkar

Permintaan dari Mbah Pani, awalnya pembongkaran memang direncanakan setelah salat Jumat

Namun, tadi Mbah Pani berbisik kepada istrinya (melalui lubang saluran pernapasan-red.)

agar pembongkaran dilakukan setelah magrib,” katanya ketika dijumpai di rumah Mbah Pani, Jumat sore.

Warga sekitar sebetulnya sudah berdatangan ke rumah Mbah Pani untuk melihat langsung pembongkaran pertapaan Mbah Pani.

Namun, pihak keluarga meminta mereka untuk keluar terlebih dahulu dan menunggu magrib tiba.

Perangkat desa, Koramil, dan petugas kepolisian dari Polsek Juwana tampak hadir di rumah Mbah Pani.

Ngadino menegaskan, permintaan perubahan waktu pembongkaran adalah kehendak Mbah Pani sendiri.

Istri dan anggota keluarga lainnya belum diberitahu mengenai alasannya.

“Tadi malam Mbah Pani sudah minta dibuka setelah Jumatan.

Tetapi tiba-tiba Mbah Pani minta setelah magrib,” pungkasnya.

Sri Khomaidah, istri Mbah Pani, membenarkan keterangan Ngadino.

“Saya tidak tahu alasan Mbah Pani minta dibongkar nanti habis magrib.

Yang jelas tadi pas mau dibongkar, Mbah Pani bisik ke saya lewat lubang ventilasi agar pembongkaran dilakukan setelah magrib,” jelasnya.

8. ‘kuburan’ dibongkar sebelum magrib

Menurut Joko Wiyono, Adik ipar Mbah Pani, percepatan pembongkaran liang pertapaan Mbah Pani, tidak diduga.

Hal ini disebabkan kondisi papan penutup liang pertapaan sebagian mulai retak.

“Jadi keluarga khawatir kalau ada hal-hal yang tak diinginkan. Yang di dalam juga khawatir,” ucapnya.

9. detik-detik pembongkaran tempat tapa Mbah Pani

Pembongkaran ini lebih awal sekira satu jam dari rencana sebelumnya. Sedianya, liang tersebut akan dibongkar setelah magrib.

Dibantu warga sekitar, keluarga Mbah Pani membongkar liang kubur pertapaan menggunakan cangkul.

Setelah papan penutup liang tampak, pipa paralon yang digunakan Mbah Pani untuk saluran pernapasan dan berkomunikasi dengan keluarga disingkirkan.

Baca Juga :  Peduli Dunia Anak, Crazy Rich Joko Suranto Rogoh Kocek Pribadi Rp 1 Miliar Bangun Taman Bermain di Grobogan

Ketika papan penutup dibuka, Mbah Pani terbaring menyamping menghadap kiblat, dengan posisi tangan kanan berada di bawah. Ia masih mengenakan kain kafan, sebagaimana orang dikubur.

Mbah Pani tampak pucat dan lemas.

Keluarga segera turun ke liang untuk memberi minum dan makanan kepada Mbah Pani.

Sebelum Mbah Pani beranjak dari lokasi, keluarga juga memandikan Mbah Pani dengan air bunga.

Setelahnya, kain kafan yang masih dikenakan Mbah Pani dilepaskan, kemudian ia diselimuti sarung.

Dibantu keluarga, Mbah Pani lalu keluar dari liang pertapaan.

Begitu keluar, Mbah Pani berpelukan dengan istrinya sambil bertangisan.

10. Kondisi Mbah Pani setelah dipendam

Meski tidak makan dan minum selama 5 hari 5 malam menjalani topo pendem, dari hasil pemeriksaan, Mbah Pani dinyatakan sehat.

“Kondisinya bagus. Pernapasan dan tensinya juga bagus,” ujar Hardi Widiyono, anggora tim medis.

Ia menyebut, saat keluar dari liang kubur, Mbah Pani memang lemas.

Hal ini menurutnya wajar. Sebab, Mbah Pani tidak makan dan minum selama lima hari.

“Apalagi selama di dalam bisa dikatakan kekurangan cairan,” katanya.

11. Mbah pani keluar dari pertapaan

Seusai diangkat, Mbah Pani kemudian berganti pakaian dan pamit untuk salat magrib.

Ia mengaku masih pusing dan belum kuat bicara banyak.

Setelah isya, para tetangga diundang untuk Manaqiban di rumah Mbah Pani.

Menurut keluarga, Mbah Pani bersedia memberi sedikit keterangan usai pelaksanaan manaqiban.

12. Liang Lahat terus mengeluarkan air

Joko Wiyono, adik ipar Mbah Pani (63), mengatakan air tanah terus keluar di liang kubur tempat Mbah Pani melakukan ritual tapa pendem.

Pihak keluarga secara rutin menguras air menggunakan pompa air setiap 10 menit sekali.

Joko menyebut, pada awalnya air tanah tersebut asin seperti air laut.

Namun, beberapa saat setelah liang kubur digunakan Mbah Pani untuk bertapa, air disebut berubah tawar.

“Awalnya asin, karena di sini memang dekat laut.

Tapi kemudian berubah jadi tawar setelah digunakan Mbah Pani untuk topo pendem,” katanya.

Joko mengaku sempat mencicipi air tanah yang keluar dari liang kubur Mbah Pani dan rasanya tawar, seperti berasal dari sumber mata air asli.

“Rasanya itu seperti air sumber asli, nggak seperti air matang, tapi seperti air yang di mata air begitu, khas dan segar. Saya minum berkali-kali,” jelasnya.

Air tanah itu, lanjutnya, kemudian ditampung di jeriken air berukuran besar. Kini, lebih dari dua jeriken besar terisi penuh dengan air dari liang pertapaan Mbah Pani.

Joko mengatakan, selagi air tersebut belum habis, pihak keluarga akan mempersilakan siapa pun yang ingin meminta air tersebut.

www.tribunnews.com

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul 12 Fakta Tapa Pendem Mbah Pani, Selamat Seusai Dikubur 5 Hari hingga Kondisinya Terkini, Artikel Asli

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com