JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Solo

LPPM UMS Dampingi Warga Desa Wisata Selo Olah Sampah Sayur Jadi Energi Biogas

Instalasi bis gas di Desa Wisata Selo yang dibangun Tim LPPM UMS.
   

BOYOLALI- (JOGLOSEMARNEWS.COM ) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta (LPPM UMS) mendampingi masyarakat di Gunung Merapi Kecamatan Solo, Boyolali dalam penataan lingkungan desa wisata dan pengolahan sampah sayuran menjadi bio gas yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Tim pengabdian yang diketuai oleh Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si dengan anggota Kun Harismah, Ph.D dan Dr. Ir. Qomarun, MM serta melibatkan 6 Mahasiswa itu menyelesaikan program pengabdian masyarakat yang didanai Kemenristekdikti tahun Tahun Anggaran 2019.
Kegiatan yang berjudul “Diseminasi Teknologi Energi Terbarukan Berbasis Sampah Sayur untuk Mendukung Desa Wisata Alam di Desa Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali” itu dalam pelaksanaannya bermitra dengan Karang Taruna Jagad Manunggal dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Selo, Kecamatan Selo. Program pengabdian berlangsung selama 6 bulan, sejak Juli hingga Desember 2019.
Program Produk Teknologi yang didiseminasikan kepada masyarakat di Desa Selo, bertujuan mengejawantahkan peranan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan luaran rencana strategi riset unggulan tentang energi terbarukan dan rekayasa lingkungan yang secara lebih riil mendukung pengembangan desa wisata alam.
Desa Selo berada persis di antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang merupakan kawasan wisata alam dengan pemandangan gunung di utara dan selatannya. Obyek wisata yang ditawarkan antara lain pendakian gunung, outbound, dan New Selo (Pos Pengamatan Gunung Merapi). Di Selo juga terdapat kesenian tradisional Topeng Ireng, jathilan, reog Ponorogo, kethoprak dan masih banyak kesenian lainnya.
“Desa Selo yang terkenal dengan hasil produksi pertanian berupa sayuran dan buah-buahan, juga mampu mengembangkan usaha paket wisata. Maka kami dari Tim LPPM membantu pengembangaan desa wisata tersebut agar bisa makin diminati wisatawan,” ungkap Kuswaji dalam siaran persnya yang diterima Redaksi JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (31/12/2019).
Dikatakan Kuswaji, seiring dengan perkembangan usaha paket wisata di Desa Selo muncul persoalan penataan lingkungan serta tantangan pengembangan potensi produksi industri kreatif serta pengelolaan sampah sayuran. “Sampah sayuran dan buah-buahan berdampak negatif bagi lingkungan desa yang bau dan kotor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan,” katanya.
Oleh sebab itu diperlukan pengembangan teknologi pengolahan sampah sayuran yang dapat menghasilkan biogas sebagai energi terbarukan dan dapat dikembangkan sebagai obyek wisata ramah lingkungan.
Dipaparkan Kuswaji, penerapan di lapangan, dijelaskan Kuswadji dilakukan dengan model biogas 3 in 1, yaitu biogas berbahan dasar 3 jenis limbah sekaligus, yaitu: sampah sayur, kotoran sapi dan kotoran manusia. Sampah sayur di Desa Selo tidak banyak karena sayur dan buah yang di panen langsung dibawa ke Pasar Cepogo. Sehingga volume sampah sayur di pasar tersebut sangat besar.
“Justru kotoran sapi yang menggunung di Desa Selo. Sayangnya keberadaan kandang sapi warga yang umumnya menyatu dengan kamar rumah pemilik sapi, sebenarnya juga tidak sehat untuk wisatawan. Solusi tepat guna dilakukan dengan model kombinasi bahan baku dari kandang sapi dan toilet, yang rata-rata warga sudah memilikinya,” tambahnya.
Dijelaskannya, penggunaan metode pengelolaan limbah ini tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki nilai guna/manfaat sebagai energi terbarukan. Sementara limbah cair yang keluar dari digester dimanfaatkan serta lumpurnya digunakan pupuk organik tanaman sayuran dan pertanian lainnya.
Teknologi ini dapat menurunkan padatan pencemar berkisar 75-90% dan berdampak positif pada lingkungan yang bersih dan tak berbau. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program pengembangan desa mitra ini dengan cara sosialisasi, penerapan teknologi dengan metode anaerob yang sederhana, mudah dipraktekkan dengan peralatan yang relatif murah, dan mudah didapat.
Selain itu dengan metode ini bisa dicari alternatif penggunaan metode pengolahan sampah bernilai ekonomis yang dapat menghasilkan biogas sebagai energi terbarukan. Teknologi yang dihasilkan berupa gas metana (CH4) merupakan energi terbarukan dari hasil konsep daur ulang yang menguntungkan bagi masyarakat, karena selain limbahnya tertangani dengan baik, juga dapat dihasilkan sumber energi terbarukan.(Triawati)

Baca Juga :  Tingkatkan Literasi Sekolah Terpadu Lewat Program Nyalanesia
  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com