SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus teror dan ancaman terhadap petugas medis yang menangani pasien positif corona atau covid-19 di Puskesmas Kedawung, akhirnya menguak fakta gamblang.
Sebelum teror terjadi, petugas medis di Puskesmas itu sempat menangani satu keluarga yang baru pulang dari wilayah Jatim dan berasal dari klaster yang selama ini banyak kasus positif covid-19.
Kepala UPTD Puskesmas Kedawung, Sragen, Windu Nugroho pun akhirnya menjelaskan kronologi lengkap penanganan pasien positif yang malah berujung ancaman via WhatsApp (WA) kepada salah satu staf tenaga medisnya itu.
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (31/5/2020), ia mengatakan cerita intimidasi itu bermula ketika di salah satu desa di Kedawung ada satu keluarga yang anak-anaknya baru pulang dari luar daerah.
Karena ketiganya terkait dengan salah satu klaster yang banyak pasien positif Covid-19, otomatis setiba di rumah mereka diminta melakukan karantina mandiri.
Selanjutnya, dilakukan rapid test terhadap tiga orang satu keluarga itu. Ternyata dari hasil rapid tes yang dilakukan pihak puskesmas, ketiganya dinyatakan reaktif alias positif.
Mengetahui hasil tersebut, petugas kemudian melakukan tes swab, yang berujung satu orang dinyatakan positif terpapar covid-19.
Petugas pun kemudian berupaya melakukan karantina terhadap pasien positif tersebut di gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS), yang memang dijadikan lokasi karantina terhadap pasien positif COVID-19 tanpa gejala oleh Pemkab Sragen.
“Awalnya susah, mereka nggak mau dikarantina. Terus kita pendekatan akhirnya mau, tapi minta agar tidak dijemput di rumah. Sudah, kita manut dan turuti saja. Akhirnya malam-malam kita turuti janjian di jalan, kita antar ke gedung SMS,” papar Windu.
Setelah itu, Windu menjelaskan sebelum dijemput, ada laporan bahwa ternyata pasien positif tersebut masih nekat sempat melakukan ibadah di masjid setempat.
Sesuai protap, akhirnya petugas melakukan contact tracking, diperoleh ada 18 orang yang diperkirakan melakukan kontak dengan pasien positif tadi.
“Itupun informasi dari Satgas covid-19 Desa karena (pasien) yang positif ini tidak mau memberikan keterangan. 18 orang kita rapid, hasilnya non reaktif semua,” urai Windu.
Pihaknya melanjutkan, usai melakukan karantina terhadap pasien positif ke gedung SMS, dan merampungkan tracing untuk memastikan tidak ada penularan baru, sebenarnya tugas para tenaga medis sudah selesai.
Namun Jumat (29/5/2020) pagi, salah satu tenaga media perempuan justru mendapatkan intimidasi berupa ancaman via WA.
“Kita juga bingung. Lha kami saja bekerja dengan penuh resiko sekian lama dari Februari, kok tiba-tiba ada ancaman seperti itu,” jelas Windu.
Pihaknya menyesalkan bentuk ancaman seperti ini, karena semua prosedur penanganan yang dilakukan petugas sudah sesuai aturan. Windu khawatir intimidasi ini berimbas pada psikologis para petugas medis.
“Itu kan melemahkan kita. Ini kan Corona juga belum selesai, dampaknya kalau kita nyuruh-nyuruh lagi passti mereka (tenaga medis) juga pada takut kalau diancam seperti ini. Padahal kita kan juga rawan, kita ada 3 positif satu wilayah,” papar Windu.
Pihaknya berharap ada perlindungan kepada tenaga medis yang mendapatkan bentuk intimidasi seperti ini. Karena jika hal ini dibiarkan, pihaknya khawatir kejadian serupa akan menimpa tenaga medis lain yang sedang berjibaku melawan pandemi covid-19.
“Menurut saya itu bukan ancaman terhadap satu perseorangan. Nanti kalau itu dibiarkan bisa jadi dia juga ngancam saya, ngancam teman-teman yang lain, kan seperti itu. Harusnya ada perlindungan, kita bekerja sudah beresiko, sudah was-was terus, tapi kok malah diancam,” keluhnya.
Windu mengaku tidak tahu secara pasti siapa pengirim ancaman melalui WA tersebut. Pihaknya hanya memastikan semua prosedur penanganan terhadap pasien itu sudah dilakukan sesuai ketentuan.
Bahkan tim, berusaha menuruti kemauan dari pasien terkait penjemputan demi agar mau dikarantina.
Windu juga mengaku sudah membuat aduan dan menyerahkan prosesnya kepada aparat penegak hukum.
“Kita nggak tahu (pelakunya), dia menyebut di WA sebagai koordinator wilayah Sragen. Kita sudah buat aduan resmi ke polsek. Kita nggak menuntut apa-apa sebetulnya. Cuma biar dia dipanggil di kepolisian ditanyai kenapa (berbuat) seperti itu, agar tidak diulangi,” pungkas Windu.
Seperti diberitakan, seorang petugas medis perempuan berusia 53 tahun di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen mengaku ketakutan usai dikabarkan mendapatkan intimidasi usai melakukan pelayanan terhadap salah satu pasien terkonfirmasi covid-19.
Pengirim teror melakukan intimidasi dengan kata-kata bernada ancaman yang dikirim melalui pesan singkat WhatsApp (WA) kepada petugas medis tersebut.
Diantaranya dituding mendzalimi dan akan memberi balasan dengan cara mereka sendiri secepatnya. Wardoyo