JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM -Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom menilai kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Terutama jika dibandingkan dengan negara-negara berpopulasi di atas 150 juta orang.
Hal itu disampaikannya dalam konferensi virtual yang digelar oleh The Korea Indonesia Management Association (KIMA) dengan tema perdagangan Indonesia-Korea di tengah perang dagang AS dan China, pada Jumat (5/6/2020).
Acara ini digelar sebagai salah satu perpisahan untuk Kim yang akan segera melepas tugas di Indonesia dan kembali ke Korea.
“Negara-negara Asia Tenggara melakukan penanganan dengan baik, dibanding wilayah lain seperti Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, sampai wilayah dengan populasi besar lainnya. Terutama Indonesia. Dan saya mengatakan ini bukan karena pendukung salah satu elemen pemerintah atau kementerian,” ungkap Kim.
Indonesia yang sampai saat berita ini diturunkan sudah menyentuh angka 28.000 kasus positif corona. Ia membandingkan angka tersebut dengan India, Pakistan, maupun neegara populasi besar Asia seperti Bangladesh, kasus di Indonesia lebih rendah dilihat dari kasus per populasi.
“Angka positif Covid-19 sebenarnya bisa lebih besar. Namun walau begitu saya yakin kondisi dan penanganan di Indonesia jauh lebih baik,” sambungnya.
Kim pun optimis Indonesia maupun negara-negara Asia Tenggara lainnya akan jauh lebih siap menjelang era setelah Covid-19. Optimisme itu harus dibangun mengingat tanpa Covid-19 pun perdagangan dan ekonomi dunia sedang dalam kondisi kurang baik karena tensi antara AS dan China.
Menurut data WTO, perdagangan dunia bisa menurun dari 19 sampai 32 persen karena Covid-19. Dan diperkirakan ekonomi dunia akan membaik dan recovery baru pada tahun depan atau 2021.
Hermawan Kartajaya, pakar marketing yang juga co-founder KIMA melihat efek perdagangan ini adalah soal supply chain. Baik Indonesia maupun negara-negara Asia Tenggara lain harus membangun ekonomi bernilai. Ini yang akan menarik investor, termasuk Korea.
Menurutnya, Indonesia memiliki kondisi jauh lebih baik setelah krisis 1998. Semenjak itu pertumbuhan ekonomi terutama dalam beberapa tahun terakhir stabil di kisaran 5 persen. Walau di kuartal pertama 2020 mengalami penurunan, Hermawan yakin faktor ekonomi tidak hanya jadi satu poin berharga, tetapi juga stabilnya demokrasi di Indonesia sangat berperan.
“Korea yang berinvestasi di Indonesia saya yakin akan sangat diuntungkan karena faktor value chain location. Selain lokasi strategis, pasar potensial, faktor stabilnya ekonomi dan demokrasi akan menjadi benefit utama,” tutupnya.
KIMA sendiri dibentuk oleh profesor marketing dari Catholic University of Korea Ki-Chan Kim dan Hermawan Kartajaya. Dibentuk pada 4 November 2019 di Seoul, Korea Selatan, tujuannya adalah menjembatani perusahaan-perusahaan Korea yang ingin berbisnis dan berinvestasi di Indonesia.(ASA)