Beranda Daerah Sragen Nggak Nyangka, Omzet Warung Judi Dingdong Yang Didemo Emak-emak di Sragen Ternyata...

Nggak Nyangka, Omzet Warung Judi Dingdong Yang Didemo Emak-emak di Sragen Ternyata Sampai Jutaan Perhari. Sekali Pasang Ada Yang Sampai Rp 1 Juta, Mengapa Bertahun-tahun Tak Tersentuh Aparat?

Aksi demo emak-emak pengajian di Desa Gawan, Tanon, Sragen menggeruduk markas judi ding dong dan warung miras yang meresahkan, Senin (13/7/2020). Foto/Wardoyo
Aksi demo emak-emak pengajian di Desa Gawan, Tanon, Sragen menggeruduk markas judi ding dong dan warung miras yang meresahkan, Senin (13/7/2020). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah ratusan emak-emak jemaah paguyuban Fatayat NU dan pengajian As-Syifa di Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Sragen yang nekat menggeruduk warung markas judi dingdong online dan penjual miras di wilayah setempat, beberapa hari lalu, menyisakan ironi memprihatinkan.

Betapa tidak, meski terkesan sederhana dan berada di wilayah yang notabene masuk desa, omzet perjudian ala mesin online itu ternyata bikin geleng kepala.

Ya, hasil penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , para penggemar judi dingdong yang bermarkas di warung milik Sugimin, warga Gawan RT 11, Desa Gawan, Tanon itu ternyata berasal dari berbagai desa sekitar.

Mereka berprofesi beragam mulai dari petani hingga swasta. Yang mencengangkan, meski terkesan hanya seperti mainan anak-anak, ternyata omzet judi dingdong itu bisa menembus jutaan perhari.

“Kalau menurut cerita yang sering pasang di situ, ada yang sampai habis Rp 1 juta perhari. Ada yang lebih. Mesinnya ada lebih dari satu, jadi omzetnya ya banyak. Karena yang main dari luar juga ada. Makanya istri-istri pada resah karena suaminya ada yang kepincut judi itu sampai lupa kebutuhan rumah. Lha kalau kalah ya jutaan,” ujar TO, salah satu warga Gawan kepada wartawan.

Senada, beberapa warga yang pernah singgah di warung dingdong tepi jalan di kompleks depan Pasar Gawan itu juga mengiyakan fakta tersebut.

Terkadang para bapak-bapak yang hobi dingdong, tak jarang sampai menghabiskan waktu seharian demi memuaskan syahwat judinya di depan mesin dingdong.

Fakta itu juga dibenarkan Kades Gawan, Sutrisna. Saat dikonfirmasi, ia menyampaikan saat digeruduk emak-emak, ada empat mesin dingdong yang ada di warung Sugimin.

Menurutnya, keberadaan arena judi dingdong itu agak ditaruh di dalam warung sehingga tak terlihat dari depan. Ia juga tak tahu siapa yang berinvestasi di balik judi dingdong itu.

Baca Juga :  Bupati Sragen Sigit Pamungkas Gratiskan Parkir Pasar Sukowati, Pedagang Sambut dengan Antusias

Sebab pemilik warung mengaku hanya ketempatan dan mesin dingdong itu milik orang Sragen. Lantas mengapa sampai setahun lebih tanpa tersentuh aparat penegak hukum, Kades menyebut sebenarnya pihak desa sudah berulangkali mengingatkan ketika ada laporan keresahan warga.

“Kemarin juga sudah ditindak oleh Satgas Covid-19 desa. Sempat seminggu tutup. Nggak tahu kalau kemudian buka lagi. Kami sebenarnya juga sudah sering mengingatkan dan menjaga agar Desa Gawan bebas dari penyakit masyarakat. Kami tahunya ketika ibu-ibu spontan bergerak menggerebek itu. Mungkin saking resahnya,” tukasnya.

Seperti diberitakan, ratusan emak-emak jemaah pengajian Asy-Syifa dan Fatayat satu Desa Gawan nekat turun ke jalan dan menggerebek warung judi dingdong dan penjual miras di wilayah setempat pada Senin (13/7/2020).

Ratusan emak-emak itu serentak berkumpul mulai pukul 13.00 WIB. Mereka datang dari satu desa Dukuh Ngipang, Gawan dan Ngamban.

Mengenakan seragam khas pengajian dan fatayatan, emak-emak itu kemudian serempak berjalan menuju ke warung Sugimin di RT 11 yang berlokasi di tepi jalan raya Gawan-Suwatu.

Deretan mesin judi dingdong yang digerebek emak-emak di warung Desa Gawan, Tanon, Sragen. Foto/Wardoyo

Warung ini menjadi sasaran utama demo lantaran sudah berbulan-bulan hingga setahun lebih menjadi lokasi judi ding dong online.

Mereka kompak berorasi meminta pemilik warung untuk sesegera mungkin menutup arena judi ding dongnya.

Ratusan emak-emak itu langsung menggeledah ke dalam warung dan mendapati beberapa bapak-bapak tengah asyik bermain judi ding dong.

Merasa didemo, bapak-bapak itu  langsung kabur lewat pintu belakang. Walhasil, hanya pemilik warung yang akhirnya jadi bulan-bulanan umpatan massa emak-emak.

“Pokoknya kami nggak mau tahu, judi ding dong ini harus ditutup sekarang. Gara-gara ini, suami kami jadi lupa kebutuhan. Duit blonjo entek nggo main ding dong,” seru para emak-emak saling menimpali.

Baca Juga :  Bisnis Prostitusi Anak di Bawah Umur di Gunung Kemukus Terbongkar, Polisi Amankan Mucikari TPPO

Merasa terdesak, pemilik warung berdalih hanya ketempatan. Sedangkan pemilik atau pengusaha judinya berasal dari Sragen. Ia pun ketakutan dan berjanji segera menutup.

Usai dari warung judi ding dong, massa kembali bergerak ke kios di seberang jalan yang terdeteksi menyediakan miras.

Emak-emak itu kemudian mendatangi dua kios yang selama ini dilaporkan menjual miras ke pemuda di Gawan dan sekitarnya.

Saat mendatangi salah satu kios kelontong milik pasangan muda, emak-emak meminta mereka jujur dan segera menghentikan menjual miras. Karena akibat miras itu, membuat anak-anak muda menjadi rusak dan maksiat.

Aksi berakhir pukul 15.00 WIB setelah pemilik warung markas judi dan miras  menyatakan sanggup menghentikan kegiatan judi dan miras. Jika tidak sanggup, emak-emak meminta mereka pindah dari wilayah Gawan.

Aksi itu diduga sebagai puncak kekesalan emak-emak lantaran kehadiran judi ding dong dan warung miras itu berbulan bahkan lebih dari setahun beroperasi tanpa ada tindakan.

Parahnya lagi, aparat kepolisian terkesan seolah tutup mata padahal lokasi judi dan warung miras itu berada di tepi jalan raya dan pusat ekonomi desa. Wardoyo