Beranda Nasional Jogja Erupsi Gunung Merapi Mengarah ke Arah Eksplosif

Erupsi Gunung Merapi Mengarah ke Arah Eksplosif

Ilustrasi erupsi Gunung Merapi. Foto: Twitter/ BPPTKG

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gunung Merapi Mengalami sejumlah perubahan gejala mendasar pada Selasa (29/12/2020), yang mengindikasikan jenis erupsi yang akan dilakukan gunung api tersebut jika terjadi erupsi.

Demikian informasi yang dikabarkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

“Karena ada penambahan jumlah kegempaannya, probabilitas tertinggi Merapi saat ini menguat ke arah eksplosif (letusan),” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Selasa (29/12/2020).

Hanik merinci penilaian terakhir dilakukan pihaknya pada 28 Desember 2020 yang membandingkan tingkat probabilitas itu berdasar salah satunya jumlah kegempaan yang terjadi.

Hasilnya, probabilitas tipe erupsi efusif sebesar 26 persen, eksplosif 28 persen dan kripto eksplosif 27 persen.

Data terakhir ini sudah berbeda dibanding saat status Merapi dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) pada 5 November 2020 lalu. Saat itu dari gejala yang muncul, perbandingan probabilitas erupsi ekplosif 51 persen dan efusif hanya 10 persen.

Padahal sepekan lalu, 21 Desember 2020, probabilitas erupsi Merapi juga kembali bergeser dengan giliran probabilitas terbesarnya menjadi efusif 31 persen.

Baca Juga :  Sering Tergenang Air di Musim Penghujan, Underpass Kulur di Kulonprogo Ditutup

BPPTKG membeberkan, meski aktivitas Merapi menurun, namun energi yang dihasilkan melalui kegempaan pada 2020 ini jumlahnya hampir 3 kali lipat dibanding erupsi 2010 silam.

Satu contoh, jika erupsi pada 26 Oktober 2010 silam energi yang dihasilkan sebesar 76 GJ dengan jumlah gempa VT-MP sebanyak 8.894, maka pada 22 Desember 2020 energi yang dikandung Merapi sudah sebesar 203 GJ dengan jumlah gempa berlipat menjadi 20.592.

Namun anehnya, meski sudah mengandung energi sebesar itu, sampai saat ini BPPTKG belum mendeteksi terbentuknya material atau kubah lava baru.

Satu-satunya gejala di dalam kawah hanya perubahan morfologi pada dindingnya akibat terus berlangsungnya guguran lava lama 1948 dan 1888.

Selain itu rekahan yang terbentuk di puncak juga semakin melebar dan memanjang hingga 120 meter, pengangkatan permukaan kawah, dan guguran lava terus mengarah ke Kali Lamat, Gendol dan Senowo.

“Dari data–data itu, jika mengacu model krisis gunung api dunia, saat ini aktivitas erupsi Merapi yang terjadi masih dalam kategori berpotensi membahayakan penduduk,” ujarnya.

Baca Juga :  Lawan Truk dan Bus di Jalan Magelang, Honda HRV Ringsek, Begini Nasib Sopirnya

Sehingga, ujar Hanik, aktivitas Gunung Merapi ini tetap butuh perhatian pemerintah dan masyarakat untuk langkah pengamanan dan antisipasi guna mendapatkan zero victim atau tak ada korban jiwa.

“Sebab probabilitas erupsi Merapi masih tinggi dengan intensnya kegempaan, deformasi, dan juga perubahan morfologi di puncak dan kawah,” ujarnya.

www.tempo.co