JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Kematian Nakes Oleh Covid-19  di Indonesia Lebihi Jumlah Kematian Warga di 6 Negara Asia Tenggara

Ilustrasi virus corona. Pixabay
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ada fakta mengejutkan, karena jumlah tenaga kesehatan di Indonesia yang meninggal karena Covid-19, ternyata lebih besar dari jumlah kematian warga di 6 negara Asia Tenggara.

Hal itu diungkapkan oleh inisiator Pandemic Talks, Firdza Radiany.  Fakta tersebut, jelas Firdza, menunjukkan bahwa penanganan Covid-19 di Indonesia masih belum maksimal.

“Jumlah perawat atau nakes yang meninggal di Indonesia ini jumlahnya jauh lebih besar dari kematian Covid-19 warga Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei, Laos,” kata Firdza dalam webinar, Kamis (3/12/2020).

Firdza mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia belum maksimal atau sangat buruk. Bahkan, positivity rate atau tingkat penularan di Indonesia konsisten 14-15 persen selama beberapa bulan.

Baca Juga :  Presiden PKS Kunjungi NasDem Tower, Paloh: NasDem dan PKS Siap Gabung Pemerintah Maupun Oposisi

“Padahal standar WHO itu maksimal 5 persen,” katanya.

Menurut Firdza, kondisi itu terjadi karena pemerintah tidak pernah bisa mencapai standar 3T, yaitu testing, tracing, treatment. Kapasitas testing di Indonesia, kata dia, belum pernah stabil dan masih di bawah standar WHO.

Jika penduduk Indonesia sebesar 267 juta jiwa, maka jumlah penduduk minimal yang harus dites sebanyak 38.500 orang.

“Sampai 9 bulan gagal nembus angka itu secara konsisten. Idealnya minimal 80 ribu lah,” katanya.

Firdza juga menyoroti tracing atau pelacakan yang buruk. Ia menyebut rasio pelacakan kontak positif Covid-19 di Indonesia hanya 1 berbanding 3 orang. Padahal, idelanya 1 orang positif Covid-19, maka yang dilacak harusnya 30 orang.

Baca Juga :  TPN Ganjar-Mahfud Masih Optimis MK Terima Gugatan Sengketa Pilpres, Ini Alasannya

Pelacakan yang buruk, menurut dia, menjadi penyebab angka harian Covid-19 sempat mencapai 6.000 kasus.

“Jadi, ibaratnya karena strateginya tidak maksimal, efeknya yang kasihan para pejuang kita di rumah sakit ini,” ujar dia.

Firdza juga menilai, tidak ada penanganan serius dari pihak yang berwenang untuk mengintervensi tingkat kematian para tenaga kesehatan.

Misalnya, harusnya ada perwakilan dinas kesehatan yang mengawasi agar tingkat kematian nakes di RS bisa turun.

Yang lebih mengkahwatirkan, Firdza mengungkapkan setelah para nakes meninggal, tidak ada pemberian gelar pahlawan yang benar, tanda jasa, atau fasilitas pada keluarga yang ditinggalkan layaknya penghargaan yang diterima tentara saat perang.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com