JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Korban Penipuan Arisan Online di Sragen Bongkar Arogansi Keluarga Mahasiswi Bandar Arisan. Mulai dari Diancam, Mobilnya Dimassa, Hingga Berkoar Tak Takut Polisi dan Satu Kompi TNI!

Irene Junitasari (21) wirausahawan asal Ngrampal Sragen yabg jadi salah satu korban penipuan arisan online By Wida yang digawangi mahasiswi asal Masaran. Foto/Wardoyo
ย ย ย 

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus dugaan penipuan berkedok arisan online By Wida yang diduga dibandari seorang mahasiswi asal Masaran, Sragen berinisial MI (19) kini sudah masuk ke meja kepolisian.

Kasus dugaan penipuan yang disebut mencapai miliaran rupiah itu tak hanya membuat para member arisan atau korban, terpukul karena uang belasan hingga puluhan juta melayang.

Namun, kasus itu juga memberi dampak psikis yang berat bagi korban yang selama ini berjuang untuk mendapatkan uang mereka kembali dari sang bandar.

Sebab mereka harus menerima perlakuan tak mengenakkan dari keluarga mahasiswi tersebut. Hal itu diungkapkanย oleh salah satu korban, Irene Junitasari (21).

Wanita cantik yang juga wirausahawan asal Ngrampal itu mengaku sejak awal bergabung hingga arisan macet, uang yang disetor bersama saudaranya mencapai Rp 17 juta. Sampai saat ini, belum ada sepeserpun uangnya dikembalikan oleh MI.

Bahkan beberapa kali upaya menagih dan meminta kejelasan selalu dijawab dengan menghindar oleh MI.

“Saya datang ke rumahnya sekitar 5 kali. Arisan itu mulai macet bulan Agustus. Setelah ada tanda-tanda nggak beres, sekitar September saya datang ke rumahnya. Tapi dia (MI) nggak mau nemui. Di-WA juga nggak balas,” papar Irene kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (8/1/2021).

Meski diacuhkan, Irene tak mau menyerah. Kemudian perjuangannya berlanjut di awal November. Lagi-lagi ia tak ditemui oleh MI.

Sampai kemudian tanggal 9 November dirinya datang ke rumah MI dan ditemui orangtua MI. Irene menuturkan dirinya kala itu datang malam-malam dan disambut dengan sadis oleh orangtua MI.

“Mereka waktu itu malah bawa pensiunan TNI, fungsinya untuk apa saya juga nggak tahu. Mungkin untuk menakut-nakuti, tapi saya nggak takut dan nggak mundur karena saya meminta hak saya. Sempat mau mediasi, tapi nggak ada titik temu,” paparnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Pembangunan Desa Toyogo Sragen, Blesscon Kucurkan Dana CSR

Meski gagal, Irene datang lagi keesokan malamnya. Lagi-lagi, MI tak ada di rumah dan ia hanya disambut orangtuanya.

Ia menceritakan saat itu ia juga disambut dengan sinis oleh keluarga MI. Belum sempat mengutarakan maksud, dirinya sudah disambut koaran orangtua yang bernada jemawa.

“Baru turun dari mobil, saya sudah dibilangi we rene ngopo. Mbok kowe nggowo polisi tentara sak kompi aku ra wedi. Saya nggak takut dan saya bilang menuntut hak saya, tapi juga ggak ada titik temu,” kenang Irene.

Merasa makin diacuhkan, akhirnya yang terakhir juga masih di bulan November dirinya datang bersama beberapa perwakilan anggota dari Soloraya.

Mobil Dimassa dan Diancamย 

Namun bukannya solusi, justru arogansi orangtua MI makin menjadi. Sesampai di lokasi, mobilnya dan rombongannya malah dimassa dan diblokade oleh warga yang diduga sudah diprovokasi oleh keluarga MI.

“Di situ sudah banyak massa, mobil saya dicegat truknya bapaknya MI. Truk itu dijalankan mundur sampai mau kena mobil saya,” urai Irene.

Ia mencatat dari lima kali usahanya menemui MI, hanya dua kali yang berhasil bertemu. Sedang sisanya yang nemui keluarganya. Meski begitu, lima kali usaha itu tak ada hasil dan MI tetap berkelit serta menghindar dari tanggungjawab.

“Akhirnya kami sudah capek. Dan terpaksa menempuh jalur hukum. Saya bersama 5 korban akhirnya menggandeng pengacara Om Henry Sukoco lapor ke Polres Sragen pada November itu. Lalu yang korban-korban di Solo juga lapor ke Polresta. Mereka beda grup dan pakai pengacara sendiri,” imbuh Irene.

Baca Juga :  Harga Gas LPG 3 Kg di Sragen Naik Ugal Ugalan Per Tabung Tembus Rp 30000 Warga: Sudah Terjadi 1 Minggu Sebelum Lebaran Idul Fitri

Tak hanya persekusi, Irene juga sempat mendapat ancaman dari MI. Ancaman itu datang dua jam setelah dirinya mengunggah foto karangan bunga di pernikahan kakak MI, 23 Desember 2020.

“Dua jam setelah foto karangan bunga beredar di medsos, MI ngeshare di Grup WA dia bilang awas ya yang kirim karangan bunga saya usut sampai tuntas sampai Polres. Meski diancam, tapi saya nggak takut selagi apa yang saya lakukan tidak menyalahi dan dalam batas wajar. Toh kami minta uang kami dikembalikan karena itu hak kami sendiri, bukan uangnya MI,'” tandas Irene.

Periksa Saksi-Saksiย 

Kapolres Sragen AKBP Yuswanto Ardi melalui Kasubag Humas Polres, AKP Suwarso, Kamis (7/1/2021). Ditemui di ruang kerjanya, Suwarso mengatakan sudah menerima laporan kasus dugaan penipuan arisan online yang disebut-sebut merugikan ratusan anggota hingga miliaran itu.

Laporan masuk ke Polres sekitar bulan November 2020 lalu. Menurutnya, laporan juga langsung ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan oleh Tim Satreskrim Polres.

“Benar, memang sudah masuk laporannya. Saat ini masih ditangani Satreskrim. Ada enam korban yang melapor dengan kerugian Rp 67 juta,” paparnya.

Iptu Suwarso menjelaskan tim juga sudah meminta keterangan terhadap enam korban. Termasuk data-data perihal arisan online yang disebut digawangi oleh mahasiswi asal Pringanom, Masaran tersebut.

“Untuk perkembangannya nanti menunggu proses lebih lanjut dari Tim Reskrim yang menangani,” terang Kasubag Humas.

Ia menambahkan dari 6 korban yang melapor, berasal dari beberapa wilayah. Ada yang dari Sragen, Klaten, Solo dan sekitarnya.

“Yang jelas korban yang melapor ini campuran dari beberapa daerah. Ini masih dilakukan pemeriksaan saksi-saksi,” tukasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com