SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebuah potret miris dunia pendidikan di Sragen mencuat di Dssa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen.
Betapa tidak, sebuah SD yang puluhan tahun menjadi andalan warga untuk menyekolahkan putra-putri mereka kondisinya sangat memprihatinkan.
SD itu adalah SDN Kebonromo 3. Selama hampir 9 tahun, empat lokal ruangan kelas di SD itu terbiarkan rusak tanpa tersentuh penanganan.
Kondisi itu sangat ironis dengan mimpi besar para siswa yang ingin belajar dengan nyaman. Mimpi itu bahkan sempat ditulis dalam sebuah papan yang dipajang di depan ruang kelas.
Tulisannya “Kelasku Adalah Surgaku”. Dilihat dari kondisinya, tulisan motivasi itu terlihat sudah lama dipajang. Hal itu terlihat dari kondisi kertas dan tulisan warna warni yang sudah agak memudar.
Tulisan itu kebetulan dipajang tepat di depan ruang kelas III yang kondisinya sudah lapuk dan nyaris roboh.
Karena kondisinya sudah membahayakan, kelas itu sudah setahun terakhir terpaksa dikosongkan dan siswa dipindahkan belajar ke musala sekolah.
“Iya, tulisan itu sudah ada sejak dulu. Enggak tahu juga. Kenapa justru kelas itu yang rusak. Waktu saya masuk pertama kali bertugas di sini kondisinya sudah rusak. Saya sampai nangis, Ya Allah sekolah kok seperti kandang pitik (ayam),” ujar Sri Mulyati, Kepala SdN Kebonromo 3 Ngrampal kepada Joglosenarnews.com, Rabu (24/11/2021).
Kasek menuturkan sebenarnya pihak sekolah tak tinggal diam. Dua kali sudah proposal perbaikan diajukan ke Dinas Pendidikan kabupaten.
Kemudian dua kali pula diajukan lewat anggota DPRD, Tono yang kebetulan berdomisili tak jauh dari sekolahnya.
Namun hingga kini, harapan agar sekolahnya mendapat anggaran untuk perbaikan, masih sebatas harapan.
“Kami sendiri sudah 2 kali laporan ke dinas. Bahkan dulu sorenya sudah ditindaklanjuti ke sini ngefek sama pengawas dan korwil laporan ke dinas. Tapi sampai sekarang juga belum dapat. Terakhir bangunan ini direhab tahun 2012 waktu itu cuma dikuliti saja nggak direhab bangunannya,” terang Sri.
Ia menceritakan bangunan yang rusak parah itu terdiri dari 6 lokal. Dua lokal kelas yakni kelas 2 dan 4 sudah tidak bisa digunakan karena hampir semua kayu penopang sudah patah dan berjatuhan.
Sedangkan dua lokal lainnya terpaksa masih digunakan itupun guru dan siswanya selalu dihantui rasa was-was. Kondisi cuaca ekstrim seperti saat ini, sangat rentan terhadap kondisi ruangan yang sudah rapuh tersebut.
“Terus terang kami was-was kalau tiba-tiba ada angin trus ambruk blek. Kita juga kan yang kena Pak,” jelasnya.
Kotak Infaq
Karena harapan bantuan anggaran tak kunjung datang, selama ini pihak sekolah terpaksa menggalang iuran infaq sedapatnya.
Meski hanya sedikit, dari iuran keikhlasan para guru itu kadang bisa digunakan untuk menambal kerusakan sementara.
“Karena nggak dapat-dapat bantuan. Kita inisiatif kemarin buat kotak infaq. Alhamdulillah dari infaq guru, sebagian wali murid malah tergerak ikut bantu. Akhirnya kita pakai untuk mbangun nambal dikit-dikit,” imbuhnya.
Anggota Komisi IV DPRD Sragen, Tono mengaku sangat prihatin melihat kondisi bangunan sekolah di SD tersebut.
Legislator asal Nasdem itu juga menyayangkan lambannya respon dinas yang tak segera melakukan perbaikan padahal kerusakan sudah bertahun-tahun.
Padahal setahunya hampir tiap tahun ada anggaran untuk perbaikan sekolah rusak di Dinas Pendidikan. Sementara keberadaan SDN Kebonromo 3 sangat vital karena menampung siswa dari beberapa kampung.
“Harapan kami Pemkab melalui Dinas Pendidikan segera memprioritaskan pembangunan gedung yang rusak parah di SDN Kebonromo 3 ini. Apalagi sudah beberapa kali diajukan proposal perbaikan tapi belum ada realisasi. Apa harus nunggu korban baru diperbaiki?” ujarnya kesal. Wardoyo