JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Boyolali

Boyolali Cegah Stunting dengan Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bicara kepada wartawan usai melaunching aplikasi elsimil di Pendapa Gede, Kompleks Pemkab Boyolali,Rabu (29/12/2021) / foto: Waskita
   

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Tingginya angka stunting nasional membuat pemerintah prihatin. Saat ini, angka stunting nasional mencapai 400.000 kasus/ tahun.

Untuk itulah, pemerintah melaunching aplikasi elsimil. Launching dilakukan langsung di Pendapa Gede, Komplek Pemkab Boyolali pada Rabu (29/12/2021).

Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Nasional Hasto Wardoyo.

Hadir pula Bupati M Said Hidayat dan Wabup Boyolali Wahyu Irawan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan undangan lainnya.

Sedangkan Menko Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK), Menteri Kesehatan (Menkes) hadir secara daring.

Menurut Ganjar, untuk menekan angka pernikahan dini dan stunting dilakukan dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Tujuannya, memberikan edukasi untuk menekan angka pernikahan dini dan stunting.

Baca Juga :  Polres Boyolali Ungkap Kasus Prostitusi di 8 Hotel

“Intervensi juga dilakukan pada calon pengantin, baik dalam penampingan pemenuhan gizi maupun psikologis.”

Dijelaskan, di wilayah Jateng tercatat sekitar 500.000 kehamilan per tahun dan masih ada yang bermasalah.

Dengan intervensi tersebut, diharapkan bisa mengurangi angka stunting tersebut.

Sedangkan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan, ada 2 juta pernikahan yang tercatat dan terlaporkan. Sedangkan kasus pernikahan dini usia 15-19 tahun sebanyak 20/1.000 kasus. Jumlah tersebut diambil dari 68.000 sampel keluarga.

“Padahal, pernikahan dini turut andil dalam menyumbang angka stunting. Ada 400.000 kasus stunting per tahun,” ujarnya.

Baca Juga :  Blusukan TPID ke Pasar Tradisional Boyolali, Ini Dia Beberapa Harga Bahan Pokok yang Turun

Untuk itulah, pihaknya menggalakkan program-program pranikah. Tak hanya penyuluhan, namun, juga pemeriksaan kesehatan lainnya.

Seperti usia, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan hemoglobin.

Hasto menilai perlu ada intervensi bagi calon pengantin yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Sebab potensi gangguan kehamilan seperti anak stanting hingga angka kematian ibu menjadi besar.

Baik bagi kehamilan perempuan usia di bawah 19 maupun kehamilan usia di atas 35 tahun.

“Sehingga perlu ada pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum pernikahan. Ini sangat penting.” Waskita

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com