JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Pencitraan Digenjot Habis-Habisan, Survei Terbaru Puan Maharani Malah Jeblok Paling Buncit. Pakar: Sekali Muncul Gaduh, Serba Salah!”

Ketua DPR RI Puan Maharani saat menanam padi bersama petani di Jogja (kiri), Mantan Menko Kelautan, Susi Pudjiastuti (kanan). Foto kolase/JSnews
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua DPR RI, Puan Maharani secara mengejutkan menempati urutan paling bawah dari 11 figur calon presiden (capres) potensial untuk Pemilu 2024.

Berbeda dengan sejumlah kandidat yang terus meroket seperti Menhan Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan hingga AHY, Puan justru merosot dan gagal meraih simpati.

Padahal meski tak terang-terangan, pencitraan untuk mendongkrak elektabilitas Puan terus digenjot dari segala penjuru oleh kader PDIP di daerah.

Selain balihonya bertebaran, nama Puan juga mencoba digenjot dengan program massif pembagian sembako beras untuk rakyat.

Realita itu terungkap berdasarkan hasil survei Politika Research & Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia.

Faktor penyebabnya putri Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri itu dinilai terlalu kaku dan jarang tampil menyampaikan gagasan menyengat di depan publik.

“Puan tidak out of the box dalam personality politik,” kata Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, dalam paparan hasil survei di Jakarta, Minggu (6/3/2022).

Dalam survei ini, kedua lembaga meminta pandangan 207 tokoh atau Key Opinion Leader (KOL) di 34 provinsi pada Februari 2022.

Ada 11 indikator penilaian, dari kepemimpinan politik, intelektualitas, sampai integritas moral.

Dari 11 indikator ini, Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut konsisten berada di urutan paling bawah.

Adi pun menilai ada tiga penyebab utama, pertama yaitu eksposur politik kader PDI Perjuangan ini yang terlalu kaku dan lebih sering berkomentar dalam kapasitas sebagai pimpinan DPR.

Padahal, kata Adi, 10 figur Capres lain menampilkan pribadi yang out of the box. Ia mencontohkan Sandiaga yang main basket, Ganjar yang bersepeda, hingga Anies yang makan bubur bersama Ridwan Kamil.

“Itu mempengaruhi KOL memberikan pendapat,” kata dia.

Kedua yaitu 10 figur lain jarang membuat kontroversi. Sebaliknya, kata Adi, Puan jarang tampil dan berkomentar terkait politik kebangsaan.

Baca Juga :  Soal Endorsement Jokowi Selaku PRESIDEN  ke Prabowo-Gibran, Hakim MK: Tak Langgar Hukum, Cuma Potensial Jadi Masalah Etika

“Sekalinya muncul, gaduh,” kata Adi.

Adi mencontohkan pernyataan Puan terkait Sumatera Barat yang diharapkan mendukung negara Pancasila pada akhir 2020. Lalu, aksi Puan yang menanam padi hujan-hujanan pada akhir 2021.

“Jadi serba salah,” kata dia.

Ketiga yaitu soal ekspor media. Adi yakin Puan telah melakukan kerja-kerja politik menuju Pemilu 2024.

Akan tetapi, eksposur Puan di media tak sekuat 10 kandidat lain, sehingga publik tidak terlampau menangkap kerjaan dan gagasan Puan sebagai Ketua DPR.

Adapun urutan figur capres dengan perolehan tertinggi dalam rekapitulasi 11 indikator dalam survei ini yaitu sebagai berikut:

1. Ganjar Pranowo: 7,51 Persen
2. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan: 7,32
3. Menteri Pariwisata Sandiaga Uno: 7,2
4. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil: 7,14
5. Menteri BUMN Erick Thohir: 6,88
6. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto: 6,05
7. Panglima TNI Andika Perkasa: 6,69
8. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar: 6,54
9. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto: 6,41
10. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono: 6,31
11. Ketua DPR Puan Maharani: 5,8

Akan tetapi, Adi menilai angka 5 yang dimiliki Puan sudah bonus yang luar biasa mengingat popularitas putri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri ini masih rendah di 2020-2021. Sehingga, kata Adi, Puan perlahan tetap dilihat publik dan potensial diperhitungkan jadi salah satu kandidat Capres 2024.

Direktur Eksekutif Politika Research & Consulting Rio Prayogo juga menilai para KOL mungkin tidak banyak melihat peran Puan dalam berbagai isu kebangsaan.

“Atau statement dia as candidat (Capres 2024), misal berdiri menyampaikan point of view,” kata dia.

Puan pun, kata Rio, juga jarang bicara dengan media dan dinilai membuat para KOL dalam survei ini pun tidak bisa memberikan penilaian banyak untuk Puan. “Sehingga, Puan dianggap tak cukup capable dibandingkan yang lain,” kata dia.

Baca Juga :  Luhut Diminta Presiden Jokowi Koordinasikan Investasi Apple di IKN

Politika Research & Consulting dan Parameter Politik Indonesia menyebut metode survei ini dilakukan berbeda dengan survei lainnya, karena hanya mewawancarai 207 KOL di daerah.

Pengukuran dalam survei KOL ini menggunakan Skala Likerts. Dengan Skala Likert, sikap, pendapat, dan persepsi para tokoh yang bersifat kualitatif dapat diolah menjadi data kuantitatif.

Metode ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi para tokoh tentang isu-isu keamanan dan ketertiban yang penilaiannya berjenjang, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.

Dibanding survei opini publik, kata Rio, kelebihan survei KOL terletak pada bobot pendapat atau penilaian narasumber karena ketokohannya. Oleh karena itu, survei ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya persentase narasumber atas suatu pilihan jawaban, tetapi melihat kualitas jawaban narasumber.

Sebanyak 207 KOL ini berasal dari berbagai kalangan profesi di 34 provinsi. Rinciannya yaitu 33 perguruan tinggi, 35 media massa, 35 dunia usaha, 35 ormas keagamaan, 34 institusi budaya, dan 35 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

“Mereka juga adalah orang paham betul situasi politik sosial hingga roadmap Pilpres,” kata Adi

Lima kriteria narasumber atau KOL pun dipakai dalam survei ini. Pertama bukan pengurus dan tidak terafilisasi dengan partai politik. Kedua, pendidikan minimal S1. Ketiga, memimpin institusi terbesar di level nasional atau provinsi, atau memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini publik.

Keempat, kepakaran akademisi dari unsur perguruan tinggi mencerminkan keberagamaan bidang ilmu. Kelima, sering menjadi narasumber media massa.

Sebaliknya, 11 figur capres potensial 2024 yang diangkat disaring dari empat faktor. Pertama, elektabilitas tinggi dari lima survei nasional, sering tampil di media, sering muncul deklarasi dan tim sukses, dan hasil focus group discussion (FGD).

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com