Beranda Daerah Boyolali Sulit Peroleh Minyak Goreng, UMKM Keripik Usus di Boyolali Terpuruk

Sulit Peroleh Minyak Goreng, UMKM Keripik Usus di Boyolali Terpuruk

Perajin usus goreng di Boyolali terpuruk karena sulitnya mendapatkan minyak goreng / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Para perajin UMKM keripik usus dan belut di Boyolali dipusingkan dengan kelangkaan minyak goreng (migor) yang terus berlanjut hingga kini. Mereka pun terpaksa mengurangi produksi dan menggilir pekerja.

“Berat kondisinya, menjelang puasa dimana pesanan meningkat, kami malah terpaksa mengurangi produksi gara- gara migor langka,” ujar Ririn Trisnawati, perajin UMKM keripik usus dan belut di Dukuh Peni, Desa Kuwiran, Banyudono.

Ditemui wartawan, Selasa (15/3/2022), dia mengaku dampak kelangkaan migor membuat dirinya tak bisa berproduksi penuh. Normalnya dia memproduksi 400-500 kilogram usus goreng/hari. Sedangkan kebutuhan minyak mencapai 100 liter /hari.

“Bahkan saat harga minyak melambung, saya juga masih bisa produksi normal. Namun setelah migor langka, produksi usus goreng turun. Kini maksimal hanya bisa memproduksi 250-270 kilogram/hari.”

Ririn mengaku hanya bisa mendapatkan tiga kardus migor seharga Rp 17.000  – Rp 18.000/liter. Itupun, dia harus meminta tolong teman-temannya. Sayangnya, tiap pembelian migor, dia juga harus membeli produk penyerta lainnya.

“Sekarang beli migor 3 karton tapi juga harus beli barang lain, seperti makaroni 10 kilogram yang harganya Rp 123.000. Ini jelas sangat memberatkan.”

Baca Juga :  Anggota DPRD Boyolali Wasono Joko Raharjo Tetap Gelar Reses Masa Sidang I di tengah Bulan Puasa

Bahkan, dirinya sempat berhenti produksi selama tiga hari, karena tidak mendapat pasokan migor.

Padahal pesanan usus goreng terus berdatangan dari sejumlah kota di Jawa -Bali. Untuk pembeli di kota besar, dia bisa menyetor hingga 700-800 bal ukuran 2 kilogram/minggu.

Karena produksi anjlok, dia hanya bisa mengirim maksimal 200 bal.

“Pesanan banyak, apalagi kini menjelang puasa. Kalau yang langka usus atau gas masih bisa diantisipasi karena penyuplai banyak. Kalau minyak goreng langka, sangat susah. Semua toko kosong.”

Kondisi diperparah lagi dengan melambungnya harga tepung terigu dan tapioca. Satu sak terigu ukuran 50 kilogram seharga Rp 187.000 dan tapioka seharga Rp 235.000/sak. Harga tersebut naik hingga Rp 7.000/sak dibanding sebelumnya.

“Tak hanya itu, harga bawang merah kupas juga naik Rp 32 ribu/kilogram.”

Disinggung tentang rencana menaikan harga jual, dia mengaku sulit.

“Mau menaikan harga, ya, susah. Paling kita berani menaikan hanya Rp 1.000/ kemasan. Itupun dimomen-momen tertentu saja seperti lebaran. Kami berharap, pemerintah bisa membuat harga normal. Meski jatuhnya juga Rp 18.600 tapi masih gampang dicari.”

Baca Juga :  Anggota DPRD Boyolali Wasono Joko Raharjo Tetap Gelar Reses Masa Sidang I di tengah Bulan Puasa

Senada, Setyaningsih (56), perajin keripik usus lain asal Dukuh Jetak, Desa Jembungan, Banyudono mengaku pusing karena migor langka hingga sekarang.

Tiap hari dirinya harus mengantre untuk dapat migor.

“Sehari harus mengantri ke 5-6 toko. Dapatnya juga tidak mesti, saya juga mengajak suami buat bantu beli. Karena kebutuhan minyak banyak. Itupun kadang cuma dapat 3 karton isi 12 botol,  pernah juga dapat satu karton.” Waskita