JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Jangan Tergiur Sapi yang Dijual Murah dari Luar Daerah, Bisa Jadi Terkena Penyakit Mulut dan Kuku Alias PMK

Penyakit Mulut dan Kuku
Monitoring peternakan sapi di Wonogiri. Dok. Polres Wonogiri
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM Ketua DPRD Wonogiri Sriyono yang juga merupakan tokoh masyarakat Kecamatan Puhpelem Wonogiri menuturkan kecamatan tersebut berbatasan dengan Jawa Timur.

Sementara sapi dari daerah Jawa Timur dengan kasus PMK ada yang dijual lebih miring. Dia pun meminta masyarakat untuk tidak tergiur sapi murah dari luar daerah.

Selain itu, Ketua DPRD Wonogiri Sriyono menilai ternak seperti sapi adalah salah satu aset bagi petani. Jika dilihat dari sudut pandang petani, tak ada petani yang mau kehilangan sapinya.

Jika memang sampai ada sapi milik warga yang terpapar PMK Wonogiri, maka sapi itu harus segera ditangani. Sementara itu, jika ada sapi lain di lingkungan sekitar maka bisa dijual dengan catatan kondisinya benar-benar sehat dan melewati masa inkubasi virus penyebab PMK.

“Yang sapi masih sehat (sebelum dijual) diperiksa dulu oleh petugas dinas terkait. Kalau memang benar-benar sehat ya monggo, yang sehat lho ya. Tapi kalau sakit jangan. Ini untuk memutus mata rantai penyebaran PMK, supaya tidak menyebar,” tegas Ketua DPRD Wonogiri Sriyono baru baru ini.

Baca Juga :  Eling eling Bolo! Area Blackspot alias Rawan Kecelakaan selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Dengan begitu, potensi kerugian petani bisa diminimalisir. Apalagi saat ini sedang masa pertumbuhan ekonomi usai negara api menyerang dengan pandemi Corona. Yang jelas, PMK Wonogiri patut diwaspadai dan jangan sampai meluas di kabupaten ujung tenggara Jateng. Pihaknya juga tak ingin sampai terjadi endemi PMK Wonogiri.

Ketua DPRD Wonogiri Sriyono menilai langkah Pemkab Wonogiri dalam menutup seluruh pasar hewan di Wonogiri sudah tepat. Potensi kerugian petani atas adanya PMK juga perlu diperhatikan.

Ketua DPRD Wonogiri Sriyono menilai kebijakan penutupan seluruh pasar hewan di Wonogiri yang dilakukan oleh Pemkab Wonogiri sudah tepat. Seperti diketahui, seluruh pasar hewan ditutup dua pekan pasca temuan belasan sapi terpapar PMK di Pasar Sapi Pracimantoro Senin (23/5) lalu.

“Menurut saya ini sudah tepat (penutupan pasar hewan yang dilakukan). PMK bisa menyebar sangat cepat,” jelas Ketua DPRD Wonogiri Sriyono.

Selain itu, dia menilai pertemuan ternak yang bisa terpapar PMK seperti sapi banyak terjadi di pasar hewan. Jika kebijakan yang diambil menutup pasar hewan untuk sementara, itu dinilai sebagai upaya agar PMK tak meluas.

Baca Juga :  Wajib Tahu!Jadwal Oneway Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 via Tol Cipali

Sriyono menuturkan, masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi dan sosialisasi terkait PMK. Misalnya gejala-gejala mengarah PMK.

Sebagai informasi, sejumlah gejala PMK di antaranya ternak berkuku belah mengalami demam tinggi dengan suhu 39 hingga 41 derajat selsius.

Gejala lainnya adalah luka melepuh pada lidah dan rongga mulut, produksi air liur berlebihan dan berbusa. Bahkan, bisa juga gejala dimana kuku ternak terlepas, tremor dan tidak nafsu makan karena luka di mulut.

“Dengan ditutupnya pasar hewan lalu lintas ternak berkurang. Utamanya di daerah perbatasan yang rentan,” ujar Ketua DPRD Wonogiri Sriyono.

Pada Senin (30/5), Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek mengkonfirmasi adanya lima ternak terpapar PMK yang sudah sembuh. Sementara 39 ternak suspect PMK. Setelah sampel diperiksa, lima suspect terkonfirmasi positif PMK. Kasus itu ditemukan di wilayah berbatasan Jawa Timur. Kasus itu mayoritas ditemukan di Kecamatan Bulukerto dan Puhpelem. Aris Arianto

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com