JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Solo

Ini Deretan Penyanyi Lintas Generasi yang Pernah Rekaman di Lokananta

studio rekaman lokananta
Tampak depan studio rekaman musik , bersejarah Lokananta / tribunnews
   

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rekaman di Lokananta untuk penyanyi dan musisi, mungkinkah? Rupanya hal itu bukan sebuah mimpi lagi. Menteri BUMN Erick Thohir baru saja meresmikan revitalisasi Lokananta Record Solo pada Sabtu (3/6/2023) malam.

Proses revitalisasi Lokananta ibarat menghidupkan kembali mimpi yang lama terkubur. Upaya menegakkan  kembali sejarah yang perlahan-lahan menuju punah.

Lokananta merupakan sebuah studio rekaman musik legendaris yang berada di Solo, Jawa Tengah. Nama studio Lokananta sudah tidak asing lagi bagi penggemar musik era 1960 hingga 1990-an.

Boleh dibilang, Lokananta merupakan pilar sejarah dunia sejarah permusikan di tanah air. Cukup banyak nama-nama musisi beken lahir dari perusahaan rekaman pertama di Indonesia ini.

Siapa saja musisi dan penyanyi yang pernah menjajal studio rekaman Lokananta dan pernah dibesarkannya? Ini sebagian penyanyi yang pernah melakukan rekaman di Lokananta yang dirangkum  Joglosemarnews dari berbagai sumber:

 

  1. Didi Kempot

 

Tak bisa disangsikan lagi, pria yang tekenal dengan julukan The Godfather of Broken Heart itu pernah menjalani rekaman lagu di Lokananta. Asisten Manajer Marketing Lokananta, Andy Kusuma pernah mengatakan Didi Kempot empat kali menggunakan Studio Lokananta dalam waktu berdekatan, khususnya untuk konser amal pada tahun 2020 lalu. Konser amal tersebut berhasil menghasilkan dana sekitar Rp 5 Miliar.

Tanda tangan asli Didi Kempot tertera pada kaset pita album Stasiun Balapan yang terpajang di toko Lokananta. Itu adalah tanda tangan terakhir sebelum sang maestro itu menutup usia pada 5 Mei 2020.

Album Stasiun Balapan telah menjadi album yang melambungkan nama Didi Kempot di belantika musik Nusantara pada 1990-an.

 

  1. Titiek Puspa

Legenda hidup musik Indonesia ini memiliki kenangan tersendiri dengan perusahaan rekaman dan studio Lokananta di Solo, Jawa Tengah. Pasalnya, di tempat itulah dia pernah menjalani proses rekaman. Hanya saja, dia tidak ingat pasti momen tersebut.

Penyanyi legendaris, Titiek Puspa (kiri) saat bertemu dengan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka dalam acara Grand Launching Lokananta, pada Jumat (2/6/2023) / Foto: Ando

Titiek Puspa memulai karier bernyanyinya di Semarang dengan mengikuti kontes menyanyi Bintang Radio. Selain menyanyi, dia juga aktif dalam menggarap beberapa operet yang digemari pemirsa TVRI. Pada awal kariernya, Titiek merekam piringan hitam pertamanya dengan label GEMBIRA, yang berisi beberapa lagu populer.

 

 

  1. Gesang

Gesang memiliki nama lengkap Gesang Martohartono (1 Oktober 1917 – 20 Mei 2010) adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia. Dia dikenal sebagai “maestro keroncong Indonesia,” dengan lagunya yang sangat terkenal berjudul Bengawan Solo. Lagu ciptaannya tersebut terkenal di Asia, terutama di Indonesia dan Jepang. Lagu  tersebut telah diterjemahkan ke dalam setidaknya, 13 bahasa, termasuk Bahasa Inggris, bahasa Rusia, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang.

Baca Juga :  Diduga Penyakit Jantung Kumat, Pengemudi Kijang Oleng Hingga Tabrak Lapak Pedagang Buah di Kawasan Pasar Klewer Solo

 

  1. Waldjinah

Penyanyi legendaris yang terkenal dengan julukan si “Walang Kekek” ini merupakan salah satu penyanyi yang pernah dibesarkan oleh studio Lokananta pada awal tahun 1960-an.

Menteri BUMN Erick Thohir saat meresmikan beroperasinya kembali Lokananta, Sabtu (3/6/2023) malam didampingi oleh penyanyi legendaris Waldjinah / Foto: Ando

Selama berdirinya Lokananta, Waldjinah menjadi penyanyi dengan bayaran termahal pada saat itu. Pada tahun itu, dalam sekali menyanyi, Waldjinah mendapat bayaran Rp 2.200 dengan kurs uang waktu itu tahun 1961. Padahal dalam satu album terdapat 20 lagu.

 

  1. Sam Saimun

Pria yang lahir tahun 1924 ini  adalah seorang penyanyi Indonesia era tahun 1950-an. Dia beberapa kali menjadi juara Bintang Radio Republik Indonesia/RRI (1951, 1952 & 1955) untuk jenis hiburan, seriosa, dan keroncong.

Salah satu cover rekaman penyanyi Sam Saimun di Lokananta / musiummusik.id

Bintang Radio saat itu adalah kontes nyanyi yang sangat bergengsi dan dengan penilaian yang bisa dipertanggungjawabkan. Atas prestasinya tersebut, ia sering mendapat kesempatan untuk tampil membawakan lagu-lagu keroncong di RRI. Nama besar Sam Saimun sebagai penyanyi, tidak bisa dilepaskan dari peran Lokananta, tempat ia merekam dan mempublikasikan karyanya.

 

  1. Bubi Chen

Bubi Chen (9 Februari 1938 – 16 Februari 2012) adalah seorang pemusik jazz Indonesia. Saat berusia 5 tahun oleh ayahnya Tan Khing Hoo, Bubi diserahkan kepada Di Lucia, seorang pianis berkebangsaan Italia, untuk belajar piano.

Saat itu Bubi belum bisa membaca apalagi memahami not balok. Meskipun begitu, Bubi Chen bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Di Lucia karena Bubi Chen sudah terbiasa melihat kakak-kakaknya, Jopie Chen dan Teddy Chen, saat sedang berlatih piano. Bubi Chen belajar pada Di Lucia hingga tahun kemerdekaan Indonesia.

 

Setelah itu, Bubi Chen mengikuti kursus piano klasik dengan pianis berkebangsaan Swiss bernama Yosef Bodmer. Suatu ketika Bubi Chen tertangkap basah oleh Yosef Bodmer ketika sedang memainkan sebuah aransemen jazz.

Bukannya marah, Yosef Bodmer justru berucap, “Saya tahu jazz adalah duniamu yang sebenarnya. Oleh karena itu, perdalamlah musik itu”. Di umur 12 tahun, Bubi Chen sudah mampu mengaransemen karya-karya Beethoven, Chopin, dan Mozart ke dalam irama jazz. Bubi Chen menilai musik jazz memiliki kebebasan dalam menuangkan kreativitas dibanding musik klasik dengan kaidah-kaidahnya sendiri.

 

  1. Jack Lesmana

Terlahir dengan nama Jack Lemmers dari ayah seorang Madura dan ibu yang berdarah campuran Jawa dan Belanda. Ia menggunakan nama “Lemmers”, mengikuti nama ayahnya yang diadopsi oleh seorang Belanda.

Ayah Jack adalah penggemar biola, sementara ibunya pernah menjadi penyanyi dan penari dalam kelompok opera Miss Riboet. Pada usia 10 tahun Jack telah pandai bermain gitar. Dua tahun kemudian ia berkenalan dengan musik jazz dengan bermain dalam sebuah kelompok musik Dixieland.

Baca Juga :  Gerak Cepat, Gibran Akan Temui Tokoh-tokoh Usai Hadiri Penetapan Pemenang Pilpres di KPU Besok

Pada usia 15 tahun, ia pernah bergabung sebagai gitaris pada grup musik Berger Quartet yang terdiri dari Berger (piano), Putirai (drum), dan Jumono (bass).

Ia juga ikut memainkan boogie-woogie bersama Boogie-Woogie Rhytmics dengan para pemusik antara lain: Micki Wyt sebagai pemimpin dan pemain piano, Oei Boeng Leng (gitar), Jack Lesmana memainkan (bass) dan Benny Heynen (klarinet).

Setelah itu bersama Maryono (klarinet), Andy Sayifin (saksofon alto), Lody Item (gitar, ayah dari musisi Jopie Item), Suwarto (piano), Tuharjo dan Kadam (trompet), bergabung dalam band Irama Samudra.

Kemudian bersama Maryono dan Bubi Chen, Jack Lesmana mendirikan Jack Lemmers Quartet, yang kemudian pada akhirnya diubah namanya menjadi Jack Lesmana Quintet.

 

  1. Glenn Fredly (30 September 1975 – 8 April 2020)

 

Pria bernama asli Glenn Fredly Deviano Latuihamallo ini adalah adalah seorang penyanyi, penulis lagu, produser, dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan mantan vokalis dari Funk Section, Glenn juga merupakan mantan anggota grup vokal pria Trio Lestari dan grup vokal pria Berlima.

Glenn Fredly mengawali kariernya saat dia menjadi vokalis Funk Section. Pada tahun 1995, setahun setelah ia lulus SMA pada tahun 1994, Funk Section meluncurkan sebuah album eksklusif yang dikemas secara apik.

Tiga tahun kemudian (1998), Glenn bernyanyi solo dan meluncurkan sebuah album yang bertajuk Glenn dengan bermodalkan 8 buah lagu. Dalam album ini terdapat 3 buah lagu yang sering dinyanyikan Glenn yaitu Kau dan Cukup Sudah serta Mobil Mama yang menjadi hits di Malaysia.

Album kedua diluncurkan pada tahun 2000 dengan judul Kembali. Dalam album ini terdapat beberapa hits seperti Salam bagi Sahabat dan Kasih Putih. Seperti album perdananya, album ini masih bernaung di bawah Sony Music Indonesia dengan produser Aminoto Kosin.

Album ini pun bernasib sama seperti album sebelumnya, meskipun cukup dikenal, namun kedua album Glenn ini belum memenuhi keinginan major label baik itu dari segi popularitas maupun penjualan.

Glenn juga pernah melakukan rekaman musik di Lokananta, dengan membawa perlengkapan musik hingga mencapai dua truk.

Bahkan, Glenn Fredly menggelorakan kampanye Save Lokananta, mengingat kala itu Lokananta sempat dilupakan oleh publik. Maka Glenn Fredly mengkampanyekan dan mengajak para artis serta musisi untuk melakukan rekaman di Lokananta. Suhamdani |dari berbagai sumber

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com