Beranda Nasional Jogja Tersedotnya Air di Kali Kuning ke Dalam Lubang, Ternyata Bukan Fenomena Alam,...

Tersedotnya Air di Kali Kuning ke Dalam Lubang, Ternyata Bukan Fenomena Alam, Tapi ini Penyebabnya

Pekerja memperbaiki lantai bendungan yang ambles, kamis (12/2/2019). TRIBUNJOGJA.COM / Santo Arie
Pekerja memperbaiki lantai bendungan yang ambles, kamis (12/2/2019). TRIBUNJOGJA.COM / Santo Arie

JOGJA – Kejadian tersedotnya air aliran Kali Kuning ke dalam sebuh lubang di Dusun Sambirejo, Selomartani, Kalasan ternyata bukan fenomena alam.

Hal tersebut disebabkan oleh amblesnya lantai Bendungan Samberembe, sehingga air yang mengalir langsung jatuh dan merembes ke bawah bendungan pada Jumat (8/2/2019) kemarin.

Saat ini tengah dilakukan pengecoran lubang, sementara aliran sungai dialihkan ke pintu air di sisi kanan bendungan.

Giyanto, Dukuh Sambirejo, sebelumnya memaparkan lubang tersebut terbentuk lantaran dasar sungai tidak kuat menahan aliran air di atasnya.

Ia juga menyebut bagian dasar sungai tersebut sudah berlubang kecil.

Debit air juga terbilang tinggi saat itu, ditambah dengan kondisi cuaca yang sering turun hujan deras.

“Karena tidak kuat menahan air, makanya lubang kecil yang sudah terbentuk di dasar sungai jadi membesar dan jebol,” jelas Giyanto

Sementara itu, Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kabupaten Sleman Achmad Subhan menuturkan ambrolnya lantai bendungan diduga karena faktor umur.

Dari prasasti yang ada di sana, bendungan itu dibangun pada tahun 1979/1980.

“Ini bukan fenomena alam, tapi hasil dari kombinasi curah hujan tinggi dengan umur bendungan yang tua,” terangnya.

Baca Juga :  Kekerasan terhadap Perempuan di Bantul, Fenomena Gunung Es yang Mengkhawatirkan

Dipaparkanya, saat itu pintu air tertutup sehingga air mencari jalan supaya bisa turun.

Karena di bendungan itu ada lubang kecil, maka air membentuk pusaran dan membuat lubang semakin besar.

Meskipun demikian, secara fisik dinding bendungan masih utuh.

Namun bila tidak ditangani secara permanen maka bisa berdampak kerusakan yang lebih parah.

“Rencananya kami akan mengalihkan aliran air. Kemudian bekas lubang tersebut akan dibangun semacam cadas atau tebing buatan,” tambahnya.

Sedangkan pengecekan dan perbaikan secara keseluruhan rencananya akan dilakukan pada akhir tahun nanti.

Pengecekan dilakukan terutama pada struktur bendungan untuk menaksir pembiayaannya.

Sementara itu, UPT Pelayanan Sumber Daya Air (PSDA) DPUPKP Sleman Wahyudi memaparkan kondisi bendungan yang sudah tua yang menyebabkan peristiwa kemarin.

Meski pernah dilakukan rehabilitasi pada 2012 silam pasca erupsi merapi, namun karena banyaknya beban sedimen membuat lantai bendungan amblas.

Menurutnya, kondisi bendungan ini sama seperti yang dialami bendungan-bendungan lain di Sleman.

Dari catatannya, terdapatnya 835 bendungan yang ada di Kabupaten Sleman.

Baca: Sebagian Besar Bendungan di Sleman Sudah Berusia Tua

Baca Juga :  Gempar, Pelajar di Bantul Temukan Bayi Laki-laki di Jembatan Widuri

Dan hampir semua bendungan berumur tua bahkan ada yang dibangun pada tahun 1960-an.

“Yang masih berfungsi kami biarkan karena memang masih bagus kondisinya. Tapi kami tetap melakukan pengecekan tiap tahun, sekaligus update kondisi bendungan,” ujarnya.

Saat ini, proses perbaikan terhadap lubang di Bendungan Samberembe masih terus dilakukan dengan melakukan pengecoran.

Wahyudi pun berharap prosesnya bisa selesai secepatnya.

“Secepatnya kami selesaikan, terutama kondisi cuaca bagus. Minggu ini kalo bisa sudah selesai agar air bisa mengalir lagi untuk irigasi pertanian,” paparnya.

www.tribunnews.com