WONOGIRI-Setiap tahunnya sekitar 500 ribu petani di Indonesia pindah profesi. Mereka enggan lagi menjadi petani lantaran mengganggap tidak menjamin masa depan.
Jumlah petani yang terus berkurang juga disebabkan minimnya regenerasi petani. Semakin sedikit pemuda yang memilih petani sebagai profesinya.
Kabid Penyelenggaraan Pendidikan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang Sudarmanto mengungkapkan, hal itu di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (15/3/2018). Yakni saat mengikuti penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan).
Sebagian petani Indonesia yang sekarang, papar dia, sudah berusia tua. Namun, profesi mereka tidak dilanjutkan oleh anak-anaknya, lantaran anak muda lebih memilih pekerjaan lain. Menurut mereka petani bukan profesi yang menjanjikan masa depan.
Pihaknya terus berupaya mengatasinya. Misalnya dengan melibatkan pemuda untuk mengisi posisi pengurus kelompok tani.
Cara lain dengan memberikan bantuan berupa alsintan. Sampai sekarang pemerintah sudah memberikan puluhan ribu unit alsintan kepada petani.
“Kalau anak mudah zaman sekarang kan tidak mau mencangkul. Mungkin kalau diganti dengan mesin traktor dan menerapkan pertanian modern mereka mau,” harap dia.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan, bertani menjadi profesi yang paling tua. Namun kesejahteraan petani tidak kunjung meningkat.
Bantuan alsintan menurutnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengintervensi peningkatan kesejahteraan petani agar biaya operasional petani bisa ditekan. Meski demikian, bantuan itu harus dimonitor supaya bermanfaat maksimal.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan dan Wonogiri, Safuan memaparkan, pemerintah memfasilitasi bantuan alsintan. Awal tahun ini perinciannya, 29 handtractor, 36 pompa air, 57 handsprayer tiga rice transplanter, dan dua cultivator. Aris Arianto